Cerpen Cinta, Kumpulan Cerpen Cinta, Cerpen Cinta

"Perempuan lebih suka bunga atau boneka?"

"Tergantung." | Cerpen Cinta Kirimkan Jodoh Sejati Hanya Untuk Arushi Part 5

Kening Erdogan berkerut. "Tergantung gimana? Maksudnya boneka yang digantung? Minimalis gitu?"

Arushi menepuk jidat. Pemuda di depannya memang bodoh atau naif. "Bukan berarti harus digantung juga. Maksudnya, tergantung perempuannya suka sama apa."

Erdogan melihat-lihat jejeran boneka di etase toko. Ada yang sebesar dirinya sampai ke ukuran paling mungil yaitu segenggaman tangan. Imut. Tapi, ia tidak tau apa Adiba suka yang kecil, sedang, besar atau super jumbo. Senyum tipis terukir di wajah Erdogan. Baru kali ini dia berpikir keras untuk sebuah permintaan maaf.

"Adiba suka boneka atau bunga?" tanya Erdogan dengan datar. Seperti biasa.

"Mau minta maaf ya?" tebak Arushi. Matanya memicing, menuduh. "Dia nangis tau. Kak Erdogan bilang apa memang?"

"Bilang apa? Nggak ada," serta-merta tangan Erdogan menunjuk salah satu boneka cantik bergaun putih dengan senyum mengembang, "Adiba mungkin suka boneka," katanya mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

Lumayan juga pilihan Erdogan. Arushi hanya mengangguk sambil melangkah ke arah boneka yang cukup besar itu. Sayangnya ia tidak begitu tinggi untuk menggapai etalase paling atas. Arushi melirik Erdogan lagi. Sudah tahu dia tidak bisa mengambilnya, bukannya membantu, malah cuma memandangi dengan biasa-biasa saja.

"Tuan, apa Anda hanya akan melihat boneka itu turun tanpa mau membantu?" tanya Arushi. Menegur. Meskipun ia cukup tinggi, tapi etalase itu satu setengah kali lebih tinggi dari badannya.

"Dasar pendek! Berdiri di kursi dan ambil bonekanya," sahut Erdogan. Masih fokus pada Arushi yang tangannya mencoba meraih boneka seraya melompat-lompat serupa anak kecil menangkap kupu-kupu.

Adiba mondar-mandir. Memeriksa tumpukan berkas di mejanya. Tapi nihil. Berkas yang dicari tidak ditemukan. Ia berdiri sambil mengingat-ingat di mana terakhir kali map itu disimpan. Lagi-lagi gadis mungil itu mencebik lantaran pikirannya masih budrek karena pernyataan Erdogan semalam. Sekarang bagaimana menghadap Rudra dan mengatakan bahwa berkas penting itu hilang? Bagaimana reaksinya nanti? Padahal dua jam lagi Rudra harus menemui klien dan mempresentasikan hasil diskusi karyawan-karyawan kantornya. Itu proyek besar. Kenapa Adiba secerobohAdiba mondar-mandir. Memeriksa tumpukan berkas di mejanya. Tapi nihil. Berkas yang dicari tidak ditemukan. Ia berdiri sambil mengingat-ingat di mana terakhir kali map itu disimpan. Lagi-lagi gadis mungil itu mencebik lantaran pikirannya masih budrek karena pernyataan Erdogan semalam. Sekarang bagaimana menghadap Rudra dan mengatakan bahwa berkas penting itu hilang? Bagaimana reaksinya nanti? Padahal dua jam lagi Rudra harus menemui klien dan mempresentasikan hasil diskusi karyawan-karyawan kantornya. Itu proyek besar. Kenapa Adiba seceroboh ini?

"Kamu cari apa, Dib?" tanya Sasha yang baru masuk ke ruangan Adiba.

"Berkas. Aku lupa taruh di mana berkasnya. Kayak udah kebawa tadi pas berangkat. Kok nggak ada, ya?" Adiba terus mengobrak-abrik meja kerja beserta semua laci di ruangannya. Tetap tidak ada.

Drrt! Drrrrt! | Cerpen Cinta Kirimkan Jodoh Sejati Hanya Untuk Arushi Part 5

Dengan panik Adiba menyambar ponselnya cepat. "Iya," jawabnya tanpa melihat nama kontak.

"Kak Adiba ini tadi Kakak lupa bawa berkas warna birunya, ya?" Terdengar suara Arushi menyahut.

Seketika mata Adiba berbinar. Senang bukan kepalang. "Iya, iya itu yang kakak cari-cari, Ar. Kok bisa di kamu?"

Tawa Arushi menyembur di telepon. Mengekeh. "Hahaha ... gimana sih kok Kakak lupa? Semalam kakak bilang tolong bawa karena ada beberapa berkas lain yang butuh tanda tangan Kak Rudra."

"Oh, ya?" Adiba menggeleng keras. "Bisa-bisanya kakak lupa. Ya udah, nanti kakak jemput ke toko ya?"

"He'em."

Berakhirlah sambungan telepon sedetik kemudian.

Sasha yang tadinya ikut memporak-porandakan ruangan kerja Adiba, sudah mendengar percakapan yang menyatakan bahwa berkas itu berada di Arushi. Tidak perlu khawatir. Ke toko boneka tempat Arushi bekerja tidak terlalu jauh. Paling cuma butuh dua puluh menit perjalanan. Lega juga Sasha.

"Jadi berkasnya dibawa Arushi?" tanya Rudra. Ia baru datang ketika obrolan terakhir Adiba tentang keberadaan berkas itu.

Sedikit tegang, Adiba mengangguk pelan. Aneh, Rudra malah tersenyum. Seolah-olah kelalaian Adiba tidak berpengaruh apa-apa.

"Kalo gitu aku mau ke toko Adiba dulu," kata Rudra antusias. Matanya bersinar.

"Biar saya yang mengambil, Pak," sela Adiba. Soalnya ia merasa bersalah. Dan akan lebih kurang ajar, kalau kesalahannya ditanggung Rudra.
.
Kedua tangan Rudra terangkat di depan dada, menghentikan Adiba dan Sasha yang akan melangkah keluar. "Biar saya yang ambil. Kalian bereskan saja ruangan ini. Ya?"

Sasha mengangguk. Sementara Adiba bungkam. Tidak menjawab. Rudra berlalu sambil menyungging senyum. Terlihat bersemangat. Seolah-olah energinya bertambah bila bertemu gadis itu. Di sini, Adiba merasa mencelos. Sesuatu menyentil ke benaknya. Tidak terlihat, namun sanggup melukai.

"Aku pergi dulu ya, Dib. Kayaknya tadi lupa ngasih laporan ke Dera." Sasha ngeloyor cepat-cepat. Tidak mau merapikan ruangan seperti kapal pecah itu.

Lagi. Arushi tidak menjawab karena benak dan logikanya saling melempar pertanyaan. Tidak cukupkah Erdogan saja yang habis-habisan membuat kepala Arushi berdenyut. Kini giliran hatinya terjerembab. Bagaimana ia akan menerjemahkan sesuatu jika bibirnya kelu?  | Cerpen Cinta Kirimkan Jodoh Sejati Hanya Untuk Arushi Part 5

- Bersambung -