Kirimkan Jodoh Sejati Hanya Untuk Arushi Part 8

Hilir mudik langkah pemuda itu tidak tenang. Sebentar ingin menghampiri kontruktor tapi akan banyak penjelasan nanti. Hatinya terasa ganjal. | Cerpen Cinta Kirimkan Jodoh Sejati Hanya Untuk Arushi Part 8

Ada sesuatu yang entah apa tapi mempengaruhi geraknya. Seolah badannya di tempat konstruksi, namun konsentrasinya melayang pada seseorang. Arushi. Apa terjadi sesuatu pada gadis itu? Dan Rudra sebisa mungkin menyangkal intuisi buruknya. Ia memilih diam sambil mengamati para pekerja membangun gedung berlantai tinggi itu.

"Buka mata kamu, Shi!" Malik menepuk pipi Arushi yang pingsan. Tadi ketika tengah melayani mengunjung, mendadak tubuh gadis itu jatuh tak sadarkan diri. Segeralah pengunjung tadi menelepon Malik karena memang sudah sering berbelanja di toko boneka itu.

"Kenapa Arushi ya, Mas?" tanya Kiki sambil menyodorkan sebotol air mineral dari kantong plastik yang dicangkingnya.

"Kita telepon keluarganya. Saya nggak tau kok bisa pingsan begini." Tangan Malik sudah akan menekan tombol memanggil, tapi urung lantaran ponsel Arushi berdering.

Kiki mengambil dan melihat nama kontak: Kak Rudra. "Ada yang nelepon ini, Mas. Siapa tau dari keluarganya. Saya angkat, ya?"

Malik mengangguk setuju. Sedangkan Kiki mulai membuka pembicaraan via telepon.

"Halo? Ini keluarganya Arushi, ya?"

Dari koneksi itu tidak ada jawaban beberapa saat. Sampai Kiki mengulang lagi, "Ini keluarganya Arushi atau bukan? Arushi pingsan. Kalo bisa tolong dijemput, Mas."

"Pingsan? Kenapa, Mbak?" tanyanya suara itu. Agak cemas.

"Nggak tau Mas. Tiba-tiba pingsan. Belum sadar. Kalo bisa tolong datang ke mari ya Mas. Kasihan Arushi. Mas? Halo?" Dilihatnya layar ponsel Arushi. Panggilan berakhir. Pria di ujung sana mematikan hubungan sepihak.

Mencipratkan air ke muka Arushi, menepuk-nepuk pipinya, pun mendekatkan minyak angin supaya terhirup Arushi. Cara-cara di atas gagal semua. Gadis berjilbab pashmina biru dongker itu tak bangun juga. Malik dan Kiki jadi kebingungan harus melakukan apalagi.

"Arushi?!"

Seorang pemuda masuk ke toko dan berkata setengah memekik. Kaget. Membuat Malik dan Kiki menoleh ke asal suara. Dengan langkah setengah berlari pemuda berambut gondrong itu datang ke sofa--tempat Arushi dibaringkan.

"Ini kenapa teman saya?" tanya Erdogan sambil memandang serius Arushi. "Kok dia pingsan, Mas?" Kepanikan pun menyusup ke dalam dada Erdogan. Pasalnya gadis itu jarang sakit. Entah hanya sepengetahuannya saja. Tapi, sejak mengenal Arushi selama empat tahun ini, gadis itu paling cuma demam biasa. Tidak sampai pingsan.

"Arushi tiba-tiba aja pingsan Mas. Padahal kayaknya tadi baik-baik. Kita bawa ke Rumah Sakit aja, Mas?" Malik mengusulkan.

Tak butuh banyak waktu untuk berpikir. Erdogan lekas mengangkat tubuh ringan Arushi sambil menyahut, "Mas nggak perlu khawatir. Saya teman kakaknya, Mas. Saya bawa ke Rumah Sakit. Nanti saya kembalikan kalo udah sadar."

Kepergiaan pemuda berwajah tegas itu membuat Malik dan Kiki saling pandang. Mengangkat bahu, sambil terus menatap ke arah pemuda itu hingga mereka memasuki mobil. Beranjak kendaraan keren itu melesat cepat. Meluncur melewati lintasan dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Ayah ... Ayah ...." | Cerpen Cinta Kirimkan Jodoh Sejati Hanya Untuk Arushi Part 8

Mata Erdogan yang tadinya menatap lurus jalanan, kini menoleh. Menurunkan laju mobilnya. Arushi meracau. Secepat kilat ia menghentikan mobil agak minggir ke tepi. Sepertinya gadis itu mulai sadar.

"Arushi ... hai, buka mata kamu," kata Erdogan. Tapi, netra Arushi belum membuka. Malah terus meracau lirih menyebut ayah.

Airmata mengalir. Gadis itu menangis. Namun bibirnya berhenti bicara. Erdogan tertegun. Ia tidak tega dan merasa iba atas rindu yang mesti ditahan karena kehilangan seorang ayah. Dulu, ketika setahun sudah ayah Arushi meninggal, gadis itu mengawali pagi dengan wajah sembab. Pasti bayang-bayang sosok ayahnya berada di pelupuk mata. Dan seolah itu permanen. Hingga Erdogan sering meledek bahwa Arushi adalah gadis paling cengeng yang pernah ditemuinya di Bumi ini. Tangan Erdogan terangkat, menyeka bening kristal yang terus menggelinding di pipi Arushi. Mendadak, di dalam sana ada sesuatu yang meremas. Pedih sekali.

"Arushi ..." Erdogan berkata lembut.

Perlahan-lahan kelopak mata berbulu lentik membuka. Arushi sadar. Matanya sayu. "Ih, Kak Erdogan ngapain pegang pipi aku?" decaknya dengan nada lemah.

Buru-buru Erdogan menurunkan tangannya. Menatap ke depan. "Pura-pura pingsan kamu?" Ia bertanya dengan suara datar seperti biasa. Nadanya normal lagi.

Seraya memegang pelipis yang terasa berdenyut, Arushi menatap Erdogan malas. "Aku mau diculik nih ceritanya?"

Erdogan hanya membalas dengan mendelik. Malah dituduh.

"Aku mau ke toko lagi, Kak.

Masih jam kerja," kata Arushi, "Ayo, cepetan!" tegasnya sembari memukul lengan Erdogan yang belum menyalakan mesin mobil. | Cerpen Cinta Kirimkan Jodoh Sejati Hanya Untuk Arushi Part 8