Di dalam kamarnya, Ditya menatap foto Karan, kakak iparnya. Dulu, dia sangat kagum dan bangga dengan laki-laki itu. | Cerpen Kehidupan Karan Yang Ganteng Namun Sekarang Jahat Part 2
Selama mengenalnya, tidak pernah melihat dia marah atau memperlihatkan wajah galak dan jahat seperti tadi. Dulu, Karan selalu membuatnya bahagia dan tersenyum dengan sifat humorisnya.
Ketika pertamakali datang ke kontrakannya, Ditya disambut dengan baik dan ramah. Malah, dia yang meminta agar menginap. Padahal waktu itu Valea kurang setuju dengan kedatangannya. Namun karena Karan baik, laki-laki itu mencoba meyakinkan kakaknya agar bisa menginap di kontrakan. Dan alhamdulillah berhasil.
"Ditya, kamu tahu nggak kenapa rel kereta itu ditaruh batu-batu kerikil. Kenapa nggak besi atau baja gitu."
"Iya juga ya Kang, Ditya nggak pernah kepikiran. Mungkin biar kuat aja kali kang untuk menopang rel."
"Yakin dengan jawaban kamu itu?"
"Menurut Ditya sih gitu Kang. Soalnya besi atau baja itu kan kuat. Kita sudah tahu semua itu."
"Jawaban kamu salah total."
"Terus kenapa dong Kang?"
"Yang jelas, kalau rel kereta ditaro-in keripik singkong atau peyek kacang, kamu yang ngabisin. Bener nggak?!"
"Huaaaa. Gkgkgkgk. Semprul nih Kang Karan. Ditya udah serius juga. Ihhh... dasar Humood Alkhudher KW 2."
"Hahahaha, kena deh dikerjain."
Itu adalah salah satu moment yang masih Ditya ingat dengan kakak iparnya ketika menginap di kontrakan dulu. Banyak sekali banyolan-banyolan yang terucap dari mulut Karan. Merasa sangat terhibur dan tersenyum terus.
Bukan hanya itu, masih banyak lagi kebaikan dan keramahan yang sangat berkesan di hati Ditya tentang Karan. Orangnya sangat dermawan, murah senyum dan penolong. Tak ada kata yang bisa menggambarkan, betapa dia ingin sekali seperti sosok Karan. Bukan hanya ganteng khas orang Timur Tengah sana, laki-laki itu sangat sabar dalam menghadapi almarhumah kakaknya. Vaela.
Ya, Karan sabar menungggu Vaela agar cintanya segera diterima. Meskipun sempat ditolak berkali-kali, namun ia tidak menyerah. Terus berjuang untuk mendapatkan cinta kakaknya. Dan, hal yang tak mungkin dilupakan Ditya adalah ketika Karan melamar kakaknya lewat acara reality show ‘Maukah Kau Menikah Denganku’ di Pantai Sanur, Bali. Itu adalah sisi yang paling romantis dari sosok Karan menurutnya.
Di antara mantan kakaknya yang pernah memacari, baru Karan yang berani dan mau melakukan hal seromantis itu. Di hadapan banyak orang dan crew televisi acara tersebut, Karan resmi melamar kakaknya dengan sangat romantis. Bunga mawar putih yang tersebar dan nyanyian yang indah. Bersama riak-riak air di tepi pantai Sanur yang tenang airnya.
Kalau kamu lautan
Aku yang akan menjadi ombaknya
Agar aku bisa terus menjagamu
Aku yang akan menjadi ombaknya
Agar aku bisa terus menjagamu
Kalau kamu pesisir
Aku akan jadi pasirnya
Agar aku bisa menemanimu siang dan malam
Aku akan jadi pasirnya
Agar aku bisa menemanimu siang dan malam
Kalau kamu perahunya
Aku akan menjadi dayungnya
Agar aku bisa terus bersamamu
Sampai matahari tenggelam di petala barat
Aku akan menjadi dayungnya
Agar aku bisa terus bersamamu
Sampai matahari tenggelam di petala barat
“Vaela… aku harus jujur mengatakan, malam ini kamu terlihat sangat cantik. Hatiku bergetar-getar melihatmu. Andai saja hatimu bisa mendengar, tentu dia akan jujur mengatakan bahwa kamu seperti bidadari malam ini.”
Bidadariku…
Ketika nafas ini tersengal
Ada senyummu yang menyembuhkan
Hadirmu yang mengubah segalanya
Di sini di tepi Pantai Sanur
Aku melihat wajahmu bercahaya
Di antara gelapnya malam
Ketika nafas ini tersengal
Ada senyummu yang menyembuhkan
Hadirmu yang mengubah segalanya
Di sini di tepi Pantai Sanur
Aku melihat wajahmu bercahaya
Di antara gelapnya malam
Decak riang air di tepi pantai
Mencumbu… memanja bebatuan
Dan juga karang
Tanpa deras ombak
Tanpa gemuruh gelombang
Dan dirimu adalah berlian
Yang mengerjap sayu penuh rindu
Menyapa relung hati
Mencumbu… memanja bebatuan
Dan juga karang
Tanpa deras ombak
Tanpa gemuruh gelombang
Dan dirimu adalah berlian
Yang mengerjap sayu penuh rindu
Menyapa relung hati
Bidadariku…
Aku ingin kau tahu
Bahwa rasa ini adalah segalanya
Betapa aku menginginkannya
Insya Allah... Allah merestui
Insya Allah kita akan dipersatukan-Nya
Tentang rasa berdua
Tentang cinta kita
Aku ingin kau tahu
Bahwa rasa ini adalah segalanya
Betapa aku menginginkannya
Insya Allah... Allah merestui
Insya Allah kita akan dipersatukan-Nya
Tentang rasa berdua
Tentang cinta kita
“Vaela… maukah kau menikah denganku. Will you marry me?”
"Aku tidak bisa menolak kamu Karan. | Cerpen Kehidupan Karan Yang Ganteng Namun Sekarang Jahat Part 2
Aku terima lamaran kamu. Aku mau jadi istrimu. I love you."
"Ap... apa kamu bilang Vaela?!"
"Aku cinta kamu Karan Syah Alfatiry, datanglah dan sematkan cincin itu di jariku. Ayo cepat! Nggak pake lama."
"Jadi kamu menerima lamaran aku?"
"Iya sayang. Aku tidak mungkin menolak laki-laki sebaik kamu. Kamu Humood Alkhudherku, pangeran tampanku malam ini dan seterusnya. Dan aku ingin kamu tahu bahwa sebenarnya, dari lubuk hatiku yang paling dalam, sebenarnya aku mengagumi dan mencintaimu."
"Aku janji, setelah kita nikah nanti aku akan menjadi suami yang baik. Akan selalu berada di sampingmu apapun yang terjadi. Dalam keadaan suka dan duka, aku akan selalu mencintaimu. Kamu harus percaya itu."
"Ngomong terus nih, masukin cincinnya kapan Humood Alkhudher?"
"Uhuyyy, ada yang nggak tahan nih. Aku cium juga nih."
"Ihhh, belum muhrim tahu."
"Kan sebentar lagi mau muhrim."
"Uhuyyy."
"Uhuyyy juga."
Ya. Ditya terkenang akan suasana lamaran saat itu. Karan yang memakai jas dan celana warna putih, sangat kontras dengan kakak, yang mengenakan gaun putih juga. Romantisnya tak tergantikan sampai kapanpun.
Tidak hanya itu, Karan juga yang sudah berbaik hati kepada kedua orangtuanya untuk tinggal di rumahnya kaena insiden kebarakan saat itu. Memberikan modal usaha warung makan untuk Papanya, membelikan Mamanya mesin jahit untuk meneruskan usaha jahitnya dan juga membiayai kulihanya hingga beberapa semester. Sungguh, kebaikan-kebaikan itu tidak mungkin Ditya lupakan seumur hidupnya.
Tapi itu dulu, ketika Vaela kakaknya masih hidup. Kini, Karan tak ubahnya seperti penjahat yang siap menyiksa dan menganiaya korbannya dengan kejam. Berubah jadi sangar dan menyebalkan. Sikap ramah, dermawan dan santun seperti dulu, tinggal kenangan. Ditya rindu dengan Karan yang dulu. Yang mudah tersenyum dan selalu mengajaknya jalan-jalan. Bahkan ketika Shahira pacarnya hendak dijodohkan untuk dijadikan istri kedua, dengan jelas Karan menolaknya. Dia menghargai Ditya dan perasaannya sebagai seorang laki-laki.
“Kang… mengapa sekarang jadi berubah. Ditya ingin seperti yang dulu. Kang Karan yang baik hati, mulia dan santun. Ditya benar-benar kehilangan sosok Akang. Sekarang, Ditya seperti tidak mengenal Akang lagi. Kini, seakan-akan… Akang seperti akan membunuh Ditya, Mama dan Papa bila tidak mau membayar hutang."
"Ya Allah… balikkanlah hati Kang Karan seperti dulu. Jangan kau biarkan dia terus bersifat jahat seperti sekarang. Memperlakukan Mama dan Papa seperti bukan ke orangtua. Ya Allah Yang Maha Pengasih, berikanlah Kang Karan hidayah. Agar ganteng wajahnya, ganteng pula hatinya. Aamiin."
"Insya allah doa kamu didengar Allah, Nak." Rupanya, Ibu Hanny mendengarkan Ditya berdoa. Seraya menghampiri putranya itu.
"Mama. Ditya cuma sedih aja, sekaligus bingung. Mengapa Kang Karan sekarang seperti itu. Pasti ada sesuatu yang membuatnya begitu jahat sama kita. Ditya rindu dengan dia yang dulu, Ma. Yang baik hati, humoris dan tidak pernah marah-marah."
"Mama sama Papa juga sedih. Apalagi sekarang, uang yang dulu sudah dia keluarkan untuk biaya pengobatan almarhumah kakakmu, dia anggap sebagai hutang. Mama benar-benar nggak nyangka."
"Ditya nggak usah teruskan kuliah saja ya Ma, biar bisa melunasi hutang-hutang." Ucap Ditya tiba-tiba.
"Jangan sayang, tinggal satu semester lagi. Kamu kan mau jadi insinyur arsitek."
"Tapi Ma..."
"Kita tidak boleh menyerah Ditya. Selain harus terus berusaha, kita doakan Karan, semoga dia diberikan hidayah oleh Allah, agar baik hati lagi seperti dulu." | Cerpen Kehidupan Karan Yang Ganteng Namun Sekarang Jahat Part 2
"Aamiin."
- Bersambung -