Karan Yang Ganteng Namun Sekarang Jahat Part 14

"Baiklah. Kalau memang itu sudah menjadi keputusanmu, Mama sama Papa tidak bisa menahan. Kamu yang menjalani, kamu juga yang harus bertanggung jawab."

Ucap Ibu Laila seperti ada nada terpaksa di dalamnya. Merasakan sesuatu yang aneh dan berbeda. Namun entahlah, mungkin hanya perasaan saja. | Cerpen Kehidupan Karan Yang Ganteng Namun Sekarang Jahat Part 14

"Jadi bagaimana Khalwa, apakah kamu menerima lamaran Nak Fatir?" Pak Benny menatap putrinya sejurus.

"Dengan mengucap bismillah, lamaran Kang Fatir saya terima." Khalwa menarik nafas lega. Alhamdulillah, akhirnya. Dan jawaban itu melegakan semuanya. Menghirup nafas panjang, termasuk Karan tentunya.

"Alhamdulillah."

Akhirnya keputusan telah dibuat. Khalwa tidak ragu lagi menerima lamaran Karan. Berbagai acara dan rencana pernikahan pun akhirnya disusun. Dibicarakan bersama-sama. Dari pihak Khalwa dan Karan, masing-masing mulai mengeluarkan pendapatnya. Maunya seperti apa dan bagaimana. Kapan pelaksanaannya dan tempatnya di mana, malam itu juga langsung dibicarakan.

Khalwa ingin resepsi yang biasa saja, tanpa harus menyewa gedung atau ballroom hotel. Yang diundang pun seperlunya saja dan diiyakan oleh Karan. Namun ternyata hal itu ditentang habis-habisan oleh Pak Benny dan Ibu Laila. Mereka menginginkan pernikahan itu dilakukan dengan meriah dan mewah. Sebagai salah satu pengusaha terkenal di Jakarta, Pak Benny tidak mau pernikahan putri semata wayangnya berlangsung biasa-biasa saja.

Bagaimana nanti tanggapan rekan bisnis, kolega dan teman-temannya. Sudah pasti akan menjadi bahan pertanyaan. Anak tinggal satu, mengapa perayaan pernikahannya dilaksanakan biasa saja. Untuk itu, Pak Benny meminta kepada Khalwa dan juga Karan untuk mengadakan pesta pernikahan yang benar-benar meriah. Karena ini menyangkut reputasi dan nama baik. Pak Benny tidak mau semua rekan bisnis dan kolega memperbincangkannya.

Begitupun dengan Ibu Laila. Dia pasti akan merasa malu dengan rekan bisnis dan semua koleganya juga kalau pernikahan itu diselenggarakan biasa saja. Semua pasti mempertanyakannya. Seakan-akan seperti tidak ada biaya. Padahal kekayaannya begitu banyak.

Akhirnya, mau tidak mau Khalwa pun menuruti walaupun sebenarnya kurang setuju. Bagi Khalwa, pesta pernikahan itu tidak harus mewah. Yang penting sederhana namun awet sampai maut memisahkan. Karena, banyak kejadian yang sering dia lihat. Menikah dengan pesta yang meriah dan besar-besaran. Namun pada akhirnya, bercerai. Padahal usia pernikahan baru seumur jagung. Mendapati hal seperti itu, Khalwa tak bisa membayangkan betapa malunya. Dan dia tidak mau hal seperti itu.

Baginya, uang yang digunakan untuk acara resepsi yang besar-besaran, alangkah lebih baiknya dipakai untuk hal-hal yang lebih bermanfaat. Misalnya menyantuni anak yatim, menolong orang yang tidak mampu, disumbangkan untuk panti jompo, atau membangun masjid. Insya allah pahalanya sama. Itulah yang menjadi prinsip Khalwa. Dia bukan termasuk perempuan yang suka foya-foya atau menghambur-hamburkan uang. Namun bila kedua orangtua menginginkan berbeda, dia bisa apa. Hanya bisa menurut dan patuh. Sebagai anak, dia ingin terlihat baik dan berbakti.

Akhirnya setelah disepakati bersama, pernikahan akan dilaksanakan empat bulan ke depan. Tempat resepsi insya allah ada dan menjadi urusan Pak Benny. Karena beliau punya teman salah satu pemilik hotel berbintang di Jakarta. Dengan mudah, bisa dihubungi kapan saja. Dan mengenai acara ijab qabul, akan diadakan di masjid Istiqlal Jakarta.

Mengenai undangan, gaun pengantin, Event Organizer yang akan mengurus pernikahan nanti, Ibu Laila punya teman dekat untuk mengatasi hal tersebut. Dan alhamdulillah, Khalwa dan Karan setuju-setuju saja. Setelah dipikirkan, ternyata semua ini sangat menguntungkan Karan. Pastinya demikian. Belum menikah saja, dia sudah mendapatkan kenikmatan dan kemudahan dalam mengurus pernikahan. Tak perlu memikirkan ini dan itu seperti dulu ketika menikah dengan Vaela.

Pak Benny dan Ibu Laila sangat antusias dan aktif dalam membantu mempersiapkan pernikahan ini. Mungkin karena, ini untuk pertama kalinya bagi mereka akan melaksanakan pernikahan. Terlebih Khalwa adalah putri satu-satunya. Jadi wajar saja mereka sangat bersemangat. Pak Graha dan Ibu Garneta pun menginginkan hal yang sama. Pernikahan putranya harus diadakan meriah. Karena Karan putra mereka satu-satunya. Kapan lagi? Pak Graha pun mau mengeluarkan sejumlah uang untuk membiayai pernikahan ini. Tidak ada alasan bagi Khalwa dan Karan untuk menolak.

Betapa enak, betapa indahnya yang dirasakan Karan. Benar-benar tinggal ongkang-ongkang kaki tanpa harus memikirkan apa-apa lagi. Dia yang akan menikah dengan Khalwa, para orangtua yang sibuk. Tapi tidak apa, bagus malah. Anggap saja ini kenikmatan awal yang harus dia terima. Karena setelah menikah nanti, dia pasti akan mendapatkan kenikmatan-kenikmatan lainnya.

Bahkan setelah resepsi nanti, Pak Benny sudah mempersiapkan tiket bulan madu ke luar negeri untuk Karan dan Khalwa. Padahal tidak diminta. Tentu saja Karan yang memang sedang merencanakan sesuatu, menerimanya dengan lapang dada.

"Fatir... saya yakin, kamu bisa menjadi suami yang baik untuk Khalwa putri semata wayang saya. Jaga dia ya." Pesan Pak Benny kepada Karan begitu dalam.

"Iya Pak Benny, mohon doanya dari Bapak. Semoga kami nanti, bisa membina rumah tangga yang harmonis."

"Kalau sampai Nak Fatir berani menyakiti atau membuat Khalwa terluka, saya tidak akan tinggal diam."

"Iya Pak. Saya akan menjaga Khalwa dengan baik."

Itu hanya sekedar ucapan di mulut. Di dalam hati, tentu saja tidak demikian. Karan tahu apa yang harus dilakukan setelah dia menikah dengan Khalwa. Serangkaian rencana telah dia persiapkan. Saat ini dia hanya butuh bersabar saja. Untuk itu dia harus bermain cantik.

●●●

Rencana pernikahan Karan dengan Khalwa, akhirnya terdengar ke telinga, Ditya, Ibu Hanny dan Pak Rasyid. Mereka mengetahuinya secara tidak sengaja ketika bertemu dengan Ibu Garneta dan Pak Graha di sebuah toko souvenir. Pada awalnya hanya pertemuan biasa. Namun setelah mengobrol lebih jauh, Pak Graha akhirnya menceritakan hal yang sebenarnya.

Untuk membicarakan hal itu, Ibu Garneta dan Pak Graha mengundang keluarga Pak Rasyid ke rumah. Mengobrol di tempat umum dinilai kurang bebas dan terbatas. Lagipula kalau ada Karan, akan lebih baik. Maka dari itu, atas hal itu, Pak Rasyid dan keluarga memenuhi undangan.

Pak Graha dan Ibu Garneta sengaja mengundang dan memberitahukan hal ini kepada keluarga Pak Rasyid karena menghormati keluarga tersebut. Secara, Karan pernah hidup dan mengenal dekat dengan mereka. Bagaimanapun juga, Pak Graha dan istri sangat menghormati keluarga Pak Rasyid. Silaturahmi yang sudah terjalin sampai saat ini, jangan sampai putus.

"Ayo Pak, Bu, Ditya, silakan masuk. Senang sekali kalian bisa datang." Ibu Garnetta menyambut kedatangan Pak Rasyid dan keluarga dengan ramah. | Cerpen Kehidupan Karan Yang Ganteng Namun Sekarang Jahat Part 14

Sementara itu Pak Graha tidak terlihat, hanya Ibu Garneta saja.

"Pak Graha kemana Bu, nggak keliatan?" Tanya Ibu Hanny sambil duduk di kursi. Diikuti oleh Ditya dan Pak Rasyid.

"Masih di jalan katanya. Sebentar lagi sampai koq."

"Ooo gitu."

Hubungan silaturahmi Ibu Garneta, Pak Graha dengan keluarga Pak Rasyid berawal dari Shafeea, putri Pak Rasyid. Kembali ke masa lalu. Dulu itu Pak Rasyid pernah memberikan salah satu anak kembarnya kepada Ibu Garneta karena faktor keuangan. Kebetulan di waktu yang sama, Ibu Garneta baru saja kehilangan bayi yang baru saja dilahirkannya. Sesuai kesepakatan, akhirnya Pak Rasyid merelakan salah satu putri kembarnya kepada Ibu Garneta tanpa sepengetahuan Ibu Hanny istrinya. Pak Rasyid berkata kepada istrinya, bahwa salah satu putri kembarnya meninggal.

Namun siapa sangka, ternyata setelah dewasa, Pak Rasyid pun dipertemukan kembali dengan putrinya yang ditukar itu ketika Vaela, terkena sakit lupus. Saat itu Vaela yang sedang mencarikan jodoh untuk Karan, karena merasa tak sanggup lagi menjadi istri untuk suaminya, akhirnya mengenalkannya kepada Karan. Dan siapa sangka, calon yang dibawa Vaela adalah Shafeea yang saat itu masih bernama Zahro.

Setelah diinterogasi dan ditanya-tanya, orangtua Zahro alias Shafeea bernama Pak Graha dan Ibu Garneta. Dan hal itu mengagetkan Pak Rasyid dan Ibu Hanny tentunya. Setelah ditelusuri ternyata memang benar. Bahwa Shafeea adalah kembarannya Vaela, putrinya Pak Rasyid yang diberikan kepada Ibu Garneta saat dulu.

Awalnya Ibu Garneta tak mau memberikan Shafeea kepada Pak Rasyid dan keluarga. Dia yang sudah merawat dan membesarkan Shafeea dari kecil hingga dewasa. Namun akhirnya, setelah diberikan pengertian oleh Karan saat itu, semua keadaan baik-baik saja. Shafeea yang sempat kaget bahwa dia bukan anak kandung Ibu Garneta dan Pak Graha merasa marah dan benci. Tidak bisa menerima kenyataan. Namun lagi-lagi Karan memberikan pengertian, bahwa semua terjadi karena terpaksa. Karena keadaan.

Atas polemik tersebut, hingga saat ini hubungan keluarga Pak Graha dan Pak Rasyid sampai saat ini baik-baik saja. Sudah sepet keluarga besar, padahal tidak ada hubungan keluarga sebelumnya.

"Jadi kapan Bu Karan akan menikah. Siapa calon istrinya?" Ibu Hanny yang bertanya.

"Sekitar empat bulan lagi. Alhamdulillah. Calon istrinya bernama Khalwa, anak seorang pengusaha terkenal. Orangnya cantik dan anggun."

"Alhamdulillah, kami senang mendengarnya." Pak Rasyid yang menimpali.

"Bapak sama Ibu tidak keberatan kan, mantan menantunya menikah lagi?"

"Ya tentu saja tidak Bu Garneta. Malah kami bahagia. Berarti Karan sudah bangkit dari kesedihannya atas kepergian Vaela."

"Alhamdulillah memang. Ibu dan keluarga jangan lupa datang ya. Kalau bisa menjadi salah satu keluarga besan Karan. Mau ya."

"Tidak boleh! Aku tidak setuju!"

Suara itu terdengar tiba-tiba. Datang dari arah pintu rumah. Keras dan lantang.

"Karan..."

"Fatir..." | Cerpen Kehidupan Karan Yang Ganteng Namun Sekarang Jahat Part 14

- Bersambung -