Kak Malik Kakak Kelas Yang Amat Kukagumi Part 3



Kenapa dia harus memasang wajah itu. Sekarang, aku jadi merasa tidak enak. Sepanjang perjalanan pulang tadi, aku terus memikirkan Langit. | Cerpen Sekolah Kak Malik Kakak Kelas Yang Amat Kukagumi Part 3

Aku bukan gadis yang istimewa. Paras juga tidak cantik. Pandai? Ah, apalagi.

Fakta itulah yang mungkin membuatnya kecewa. Atau mungkin lebih tepatnya menyesal? Secara, dia sudah berbicara dan menawarkan sesuatu kepada gadis yang tak populer sepertiku. Dan aku menolak, pula. Bukankah itu adalah sebuah masalah bagi seorang lelaki populer. Yah ... istilahnya menjatuhkan harga diri mungkin?

Tapi tetap saja. Aku merasa bersalah. Wajah itu ... lebih tampak seperti orang kecewa dan sedih dibanding marah. Aku merasakan dari sorot mata dan gerakannya yang lemah saat menutup kaca helm. Dan ... kenapa? Seharusnya dia memasang wajah marah saja. Atau kalau tidak, membentakku gitu?

Ah, mengingat kata 'membentak', aku jadi semakin merasa bersalah. Langit adalah lelaki temperamental, yang emosinya suka meledak-ledak. Dan tadi dia hanya terdiam sambil berlalu begitu saja. Bukankah ini parah?

Astaghfirullah .... Kenapa aku jadi memikirkan Langit terus?

Karena sudah begitu frustrasi, langkahku menggiring ke tempat wudhu. Segera berwudhu dan melaksanakan salat malam. Daripada aku diam karena mata tidak lekas terpejam meski hari sudah hampir menjelang pagi.

Malam itu kuhabiskan waktu untuk bersujud. Melafalkan ayat suci, terus menerus sampai aku tertidur.

Masih dengan mukena dan di atas sajadah.

"Kamu kenapa, Ra?"

Tata menatapku aneh.

"Cuma kurang tidur, Ta," jawabku lemah.

"Ada apa, Ra? Cerita dong! Mata kamu udah kayak panda gitu."

"Tidak, Ta. Lupakan aku dan diamlah!"

Jam kosong seperti ini malah membuatku semakin mengantuk. Aku mendelosor di meja dan menyembunyikan wajah agar Tata tak menatapku lagi. Badanku terasa remuk. Hanya perlu memejamkan mata sebentar, dan,

"Zahra!"

Aku merasa ada yang menowel pundakku. Argh! Ingin istirahat saja tidak bisa.

"Ada apa?" sungutku.

Sepasang gadis menatapku dengan senyuman lebar. Aduh! Dari mana sih datangnya dua orang ini?

"Ramalin jodoh gue dong! Plis .... Ya? Ya?"

Itu lagi?? Mereka menggangguku demi 'itu'?

"Kalian menggangguku hanya karena itu?" tanyaku kesal, bangkit dengan kasar.

"Aku bukan peramal! Ingat itu!"

Setelah berkata seperti itu, aku melangkah pergi. Dua gadis itu menatapku aneh, seakan aku orang gila yang baru kabur dari rumah sakit jiwa.

***
Baru saja selesai salat dhuha, terdengar ada keributan di luar. Aku menoleh dan memastikan. Musholla sekolah dikelilingi kaca besar sebagai pengganti jendela. Jadi, dengan menoleh saja, aku sudah bisa melihat dunia luar.

Dan, benar saja. Jarak beberapa meter dariku, ada keributan kecil di lapangan.

Ada sekitar 6 lelaki yang bersitatap. Aku mengenal beberapa dari mereka. Bahkan ada ... Langit? Langit terlibat perkelahian itu? | Cerpen Sekolah Kak Malik Kakak Kelas Yang Amat Kukagumi Part 3

- Bersambung -