Perkenalkan namaku emmm namakuuu.... apa ya? Siapa aku? Siapa namaku? Wah... sepertinya, aku tak mengingat apapun. | Cerpen Islami Jangan Pernah Ragu Akan Kuasa Allah SWT
Emmm baiklah, panggil saja aku Putri, karena aku memang seorang wanita (Putri) kalau pria berati aku (Putra) oke. Hehe garing, renyah.
Ah sudahlah, tidak usah difikirkan (soalnya dia juga tidak memikirkan) pokoknya, siapapun aku, ketahuilah dan percayalah, aku masih sendiri (ya terus?) Ah sudahlah, lupakan dan jangan diingat lagi, karena dia pun tak ingin mengingatmu lagi bukan? (Curhat colongan)
Oke mulai ah. Malah curhat (curi-curi hati).
Aku Putri, terlahir dari keluarga yang berbasic pesantrenan. Kakek memiliki pesantren, uwa (kakaknya mamah) juga. Tapi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan seorang Putri ini.
Aku tumbuh menjadi Putri yang keputra-putraan, sejak kecil hingga besar. Mungkin karena memang kebanyakan saudaraku juga pria, jadi ini si Putri (aku) pun juga menjadi seperti saudara-saudara priaku. Dari mulai gaya berbicara, bergaul hingga gayaku berjalanpun mirip dengan anak pria.
Nah, menginjak usia dewasa, Putri mulai memiliki akun sosial media, lalu setelah itu, aku mulai menemukan akun pria yang ternyata itu adalah saudara sekaligus juga teman lamaku, teman masa kecilku dulu ketika dikampung. Namun, kami terpisah sudah sejak lama sekali. Hingga setelah melihat penampakan kami yang terbaru, kami sama-sama tidak mengenali.
Singkat ceritanya kami mulai memasuki daerah inbox kan di FB. Lalu setelah itu, dia meminta pin BBM ku. Karena dulu kan sedang zaman-zamannya BBM kan...
Oke singkat ceritanya lagi, dikasihlah olehku pin BBM padanya. Dan dia mulai chat di BBM. kita BBMan, pancakaki, tanya sana-sini dan hingga akhirnya ketemulah identitas kita yang ternyata adalah Subhanallah, saudara.
Seneng banget kan. Bisa ketemu lagi, meski hanya melalui media sosial. Oke singkat ceritanya, kita bertukar cerita, bla bla bla hingga dia memintaku untuk mengirimkan foto-foto terbaruku. Hehe
Oke, aku dandan dulu secantik mungkin. Aku kenakan mini dressku kala itu, lalu aku berfose dengan rambut panjangku yang ku biarkan terurai, mengenakan mini dress, manis fikirku.
Lalu setelah itu, aku mengirimkan padanya. Dan apa tanggapan dia? Yang membuat aku semakin jatuh hati padanya. Pada seseorang di seseakunku itu?
"Subhanallah, neng makin cantik aja ya udah gede mah, gak nyangka banget, pangling aa liatnya" dia mengatakan itu di BBM.
"Ah tapi sayang, coba kalo neng tertutup, memakai hijab, pasti neng bakalan lebih cantik lagi dari yang ini" lanjutnya.
Jlebbbb....
Seketika itu pula batinku seperti tertusuk seribu duri. Bukan, seperti orang yang sedang tinggi-tingginya melayang, lalu kemudian ada badai dan kemudian aku jatuh secara tiba-tiba.
Bruaaakkkk
Ah hancur sudah ini berkeping-keping. Sakit, juga malu yang paling gedenya.
Tapi enggak, aku gak sakit hati. Karena aku sedang cinta-cintanya dia. Dan dia pun sama. Kami sama-sama masih sedang mengenang masa indah kami sewaktu kecil. Akhirnya aku pun berusaha bagaimana caranya menjadi seorang gadis yang dia suka.
Dia mendambakan gadis yang tertutup, dia tidak menyukai fashionku. Dia tidak menyukai penampilanku yang seksi ataupun yang tomboy. Dia menyukaiku mengenakan hijab. Dan aku melakukannya, untuknya dan bukan karena Allah awal mula aku berhijab. | Cerpen Islami Jangan Pernah Ragu Akan Kuasa Allah SWT
Masih buka copot hijab. Aku berhijab hanya menginginkan simpati dan perhatiannya saja. Gak lebih. Aku juga memusnahkan foto-foto seksiku di FB. Sebenarnya aku ikhlas gak ikhlas kala itu. Sayang, apalagi banyak foto-foto hasil jepretan tangan kakak sepupuku yang bagus-bagus mirip jepretan studio. Karena emang aa seneng banget foto-foto, aa potografer ponsel yang luar biasa. Hasil karya jepretannya itu tidak kalah dengan hasil jepretan studio. Aku sayang banget untuk menghapusinya. Tapi sudahlah, demi dia, aku harus rela, ujarku dalam hati.
Panas, gerah, gak enak, seperti ibu-ibu. Itulah fikiranku dulu. Tapi aku paksakan. Sekali lagi, aku paksakan semuanya hanya demi dia dia dan dia
2013 kala itu, awal pertama aku bertemu dia di dunia maya itu. Kala itu, aku baru saja lulus SMA, dan akan melanjutkan study kuliahku. Dan itu adalah tahun pertama aku mengenal cinta. Hehe cinta maya lagi, bukan cinta nyata. Haha
Oke lanjut. Dan satu tahun aku membiasakan diri, mengenakan hijab. Seisi rumah aneh? Tentu. Mereka bahagia melihat perkembanganku, namun juga heran. Kok secara tiba-tiba aku berhijab dan mulai mengoleksi baju-baju panjang. Kala itu aku masih mengenakan celana jeans dan juga baju lengan panjang, memakai kerudung.
2014, tepatnya bulan Juni. Aku mulai mantap mendapat hidayah untuk mempatenkan hijabku. Kala itu, kuliahku sudah semester 2. Dan aku mulai mantap untuk berhijab, permanen, tidak lagi buka copot.
Aku mulai mengkoleksi baju-baju longgar, gamis dan juga hijab-hijab yang menutupi area dadaku aku mulai terbiasa dan nyaman dengan itu. Aku mulai merasakan fitrahku sebagai wanita. Dan, ini sangat luar biasa. Aku sangat nyaman. Dan mulai melupakan niat awalku berhijab yang hanya karena ingin mendapat simpatinya saja. Kali ini, aku hanya sudah terbiasa dan nyaman saja menjadi diriku, kembali ke fitrahku sebagai seorang wanita.
Aku juga mesantren, meski hanya satu tahun. Sampai Juni lagi. Juni 2015. Namun meski aku sudah tidak lagi mesantren, aku aktif mengikuti kajian-kajian islam, seminar-seminar tentang islam. Aku dibawa sahabat-sahabatku, teman kampusku yang sangat luar biasa sekali.
Aku berhubungan dengan cinta maya ku itu tidak lama. Pedekateannya aja yang lama, hubungannya kami hanya berjalan empat bulan saja dan setelah itu kandas pada Juli 2014. Itu setara dengan 1 bulannya aku di pesantren. Kami kandas dan bahkan sebelum kami sempat bertemu dulu di dunia nyata nya.
Dari sejak pertama kenalan, jadian hingga putusnya pun, kami sama sekali tidak pernah bertemu dalam dunia nyata. Dan hingga saat ini pun. Dan bagiku, aku hanya menganggapnya fatamorgana saja. Ya, fatamorgana yang membawa dampak positif padaku.
Aku tidak pernah merasa benci padanya, malah aku sering sekali mengucapkan terimaksih padanya, karena memang hakikatnya adalah Allah yang telah mengubah jalanku, namun juga ada dia yang menjadi syareatnya. Yang menjadi jalannya aku hingga bisa seperti sekarang ini.
Dan, selain karena sudah terbiasa dan juga nyaman aku berhijab, hijrah kejalan yang seharusnya menjadi jalanku. Aku juga mulai menyertakan cinta yang berbeda sekarang.
Jika dulu, aku semangat berhijrah karena cinta si dia, maka kali ini pun, aku lebih semangat lagi berhijrah karena ada cinta lain, cinta baruku (Cinta Allah swt dan Rhasulallah).
Aku mulai ingin mengejar cinta Allah dan sudah sangat melupakan cinta pertamaku itu. Hingga akhirnya kini, perjuangan itu telah berjalan kurang lebih 5 tahun. Sampailah aku pada penghujung kisahku di 2018 ini yang kali ini aku mencoba untuk menutupi juga wajahku dari pandangan-pandangan bukan mahramku.
Karena aku hanya ingin terlihat utuh untuk suamiku kelak. Untuk imamku.
Bukan hanya itu, aku juga melakukannya ini semua adalah selain untuk keselamatan diriku sendiri dari pandangan-pandangan mata jahat diluaran sana. Aku juga hanya ingin membantu kaum Adam agar mereka terhindar dari zina matanya yang memandangku baik pandangan secara sengaja ataupun tidak disengaja. Hanya itu saja.
Aku menyadari bahwa awal mula aku hijrah itu sangatlah salah dan tidak terpuji, tapi aku juga tidak menyalahkannya. Karena aku yakin, itu semua adalah sudah susunan takdir untukku. Allah telah menurunkan hidayahnya padaku meski harus aku melalui jalan yang keliru dulu. Hehe
Dan, semoga kisahku ini bisa menginsfirasi kalian para pengguna sosial media.
Tidak usah terlalu fanatik dengan penggunaan sosial media. Karena sosial media tidak lain hanyalah sebuah produk dagangan.
Ya, yang namanya produk dagangan kan serba ada. Positif negatifnya ada. Tinggal kitanya saja yang mengolahkannya mau dibuat seperti apa media sosial yang kita miliki ini? Baik kah? Burukkah? Itu bagaimana pribadinya kita saja yang mengelolanya.
Maka, berbijaksana saja dalam menggunakannya segala apapun. Tidak masalah pula kita menemukan pendamping hidup kita dari sosial media. Selama itu baik, positif, apalagi bisa sampe berpengaruh positif untuk kita. Ya mengapa tidak?
Jangan gengsi dengan cinta dunia maya, juga tidak terlepas dari hati-hati dan waspada. Harus bisa memilah dan memilihnya. Karena tidak semua juga seseakun itu positif, banyak juga yang negatif. Pun di dunia nyata nya juga sama. Tidak selamanya kita temukan seseorang positif, kerap kali juga kita menemukan seseorang negatif. So, sama saja bukan?
Dunia nyata atau pun dunia maya. Dalam masalah jodoh, teman, rekan, sahabat. Itu Allah telah menentukanNya. Ingatlah, karena Allah selalu memiliki berbagai macam cara untuk menyatuka hamba-hambaNya. Dalam dunia apapun termasuk dunia maya, sekalipun Dia tidak memiliki akun sosial media, pun. so, jangan pernah ragu dengan kuasa Allah, meski hanya sedikit.