Seorang perempuan bergamis merah gelap, lengkap dengan jilbab panjang menjuntai dan sehelai cadar menutupi seluruh bagian wajahnya. | Cerpen Romantis Izinkan Aku Yang Akan Menjagamu Nanti
Terkecuali sepasang mata besar beriris cokelat cerah, duduk bersandar pada salah satu bangku panjang berwarna jingga yang sengaja dipasang di taman kota.
Khumaira. Begitu orang-orang biasa memanggilnya. Gadis yang karenanya aku sadar, bahwa perempuan adalah makhluk mulia yang tidak seharusnya bisa dihargai dan dibeli dengan sesuatu semurah rayuan gombal.
Mereka adalah mutiara di dasar lautan. Kau harus menyelam, mencapai dasar. Memerangi arus dan kedalaman. Bahkan mempertaruhkan jiwa juga raga, demi mendapatkannya.
Bukan laksana pakaian obralan di pasar, yang kau bisa menurunkan harga dan membelinya dengan murah asal sudi meluangkan waktu untuk merayu si penjual.
~ Untukmu, Ukhty, jadilah engkau laksana bunga mawar. Indah, tapi tidak bisa disentuh secara sembarang. Jadilah berduri, namun bukan untuk melukai. Melainkan untuk menjaga diri dari laki-laki yang berusaha menodai. 🌷~
Mataku langsung berbinar ketika melihat sebuah postingan dilengkapi gambar setangkai bunga mawar dari akun bernama 'Putri Senja', melintas di beranda facebook.
Aku tahu siapa gerangan yang berada di balik akun tersebut. Dialah, Khumaira. Gadis berwajah khas asia yang menarik perhatianku semenjak memasuki bangku universitas.
[ Assalamu'alaikum, Um,]
Kuberanikan diri mengiriminya pesan. Ini bukan pesanku yang pertama, tetapi entah mengapa rasanya jantung selalu berdetak lebih kencang setiap hendak mengawali percakapan lewat media. Berbeda halnya bila bertemu secara langsung.
[Wa'alaikumsalam wr. Wb]
[Sedang apa, Um, kok jam segini belum tidur? 😕 ]
[Ada keperluan apa, Abi?]
Bukannya menjawab, ia justru melempar pertanyaan demikian. Membuat aku harus berpikir lebih keras, mencari kata yang pas untuk membalas.
[ Ada keperluan penting. Abi, mau ngingetin kalau perempuan gak boleh banyak begadang. Nanti sakit dan gak bisa masuk kuliah. Kalau Uum sakit dan gak masuk, kan, Abi pasti jadi khawatir bercampur rindu!😁😁]
Pesan terkirim. Kutambahkan emoticon untuk membuat suasana lebih hidup dan tidak canggung.
Beberapa menit berlalu, tetapi belum juga ada balasan padahal pesan sudah dibaca. Ia juga masih aktif, terlihat dari lingkaran kecil berwarna hijau menyala di ujung kiri bagian bawah foto profil akun gadis tersebut. Sampai greenlight-nya mati, balasan pesan tidak kunjung menyambagi gawaiku.
Aku menghela napas berat, meletakkan benda berlayar lima inci itu sembarang. Aku sudah tahu jika Khumaira paling tidak suka digombali, tetapi entah mengapa rasanya ada yang kurang jika tidak kulayangkan rayuan padanya. Lagi pula, aku juga tidak peduli apakah ia suka atau tidak padaku.
Yang kuyakini, suatu hari gadis pendiam itu akan luluh. | Cerpen Romantis Izinkan Aku Yang Akan Menjagamu Nanti
Pepatah sunda berkata, "ci karacak ningang batu, laun-laun jadi legok."
Sekeras-kerasnya batu, jika terus terkena tetesan air, lama-lama ia akan cekung juga.. Dan aku tahu, itu berlaku pula untuk puteri tunggal salah satu dosen filsafat tersebut.
"Selamat pagi, Um!"
Kupasang wajah semanis mungkin, menyambut kedatangan gadis berbalut gamis hitam motif bunga-bunga.
"Selamat pagi juga, Abi!"
Ia tersenyum hampa, menolehku sekilas.
"Udah siang, lho. Kapan bangunnya, Um?"
"Tentu saja tadi pagi."
"Bukan bangun tidur. Tapi bangun rumah tangga dan hidup bahagia bersama keluarga kecil kita."
Suasana yang tadinya hening, langsung jadi ramai dipenuhi siulan dan godaan teman-teman. Khumaira memutar bola mata, jengah. Berjalan menuju bangkunya, acuh. Meski yang kulontarkan masih belum bisa melelehkan dinginnya, tapi aku cukup puas.
Apa bila diibaratkan binatang, aku ini kancil. Cerdik dan licik. Selalu bisa menemukan cara untuk menyelesainya masalah. Termasuk cara untuk mendekatkan diri dengan Khumaira. Gadis pujaan yang sedetik pun tidak pernah memujaku. Menyedihkan.
Selang beberapa menit setelah bel pertanda proses pembelajaran harus segera dimulai, seorang pria tambun berkumis tebal dan perut buncit yang membuat kancingnya nyaris terlepas, masuk. Memberikan beberapa penjelasan akan materi hari ini. Tidak lama, hanya beberapa menit, lalu kembali ke luar dengan alasan ada keperluan, setelah memberi kami tugas setumpuk.
"Um, aku pinjem balpen, ada gak?"
Kumanfaatkan waktu untuk kembali mendekati gadis berdarah timur tengah itu. Iya, turunan jawa timur dan jawa tengah. Nama lengkapnya Khumaira Al-fatunniasa, tapi aku lebih senang memanggilnya Um atau Uum. Penggalan dari kata Khumaira, Khum, Um. Selain itu, Um juga dua huruf pertama dari kata 'Ummi'. Sebenarnya, dari pada panggilan, itu lebih ke do'a. Semoga dialah perempuan yang akan dipanggil Ummi, oleh anak-anakku nanti. Hahaha.
"Ini,"
Sebuah balpoin hitam ia serahkan. Tidak ada ekspresi berarti dari raut wajahnya. Datar, seperti biasa.
"Um, pinjem penggaris!" pintaku lagi.
Ia menyerahkan benda panjang yang dihiasi angka di tepiannya. Masih dengan raut wajah datar. Baiklah, akan kuminta barang lain.
"Um, pinjem tipe-x, !"
"Um, pinjem penggaris!"
"Um, pinjem Jangka!"
"Um, penghapus!"
"Busur derajat!
"Pinjem serutan!"
"Pinjem lem kertas!"
Aku terus bolak-balik ke bangkunya. Meminjam barang apapun yang sebenarnya tidak kuperlukan. Dan hanya ingin mengganggu gadis yang duduk tepat dua bangku di sampingku.
"Um …."
Untuk yang terakhir, Khumaira menoleh, menatapku kesal. Seperti seekor harimau yang hendak menerkam mangsanya.
Kontan, leherku memendek sampai nyaris rata dengan bahu. Kuacungkan telunjuk, sambil nyengir kuda.
"Untuk yang terakhir, bolehkah aku meminjam sesuatu lagi?"
Khumaira membuang napas berat, menahan emosi, "pinjam apa lagi, Abidzar?!" katanya penuh tekanan.
"Izinkan aku meminjam namamu untuk kudiskusikan dengan Rabb-ku, di sepertiga malam nanti."
Lagi, ucapanku membuat suasana kelas kembali ramai.
"ABIDZAR …!" volume suaranya naik beberapa oktaf.
Aku langsung ngacir ke bangku.
Meninggalkan khumaira dengan segala kekesalannya. Hah, menyenangkan sekali bisa menggoda gadis yang hanya memiliki tinggi setara bahuku tersebut. | Cerpen Romantis Izinkan Aku Yang Akan Menjagamu Nanti
~Bersambung~