"Sayang, udah jangan marah lagi yah."
Aku berkata dengan nada lembut, mencoba meredakan emosi istriku. Dia menatapku garang, lalu memukul bahuku cukup keras. | Cerpen Kehidupan Istriku Adalah Wanita Yang Galak
Sakit, sungguh wanita tulen seperti dia tidak pantas memiliki kekuatan seperti itu.
"Arg.." ringisku.
"Aku kan udah bilang ke kamu, kalau kamu bangunin aku, tapi apa? gara-gara kamu aku telat," sahutnya.
Pipinya merah, karena marah, bibirnya juga mengerucut membuatku ingin tertawa di saat bersamaan.
"Iya maaf yang, gak akan aku ulangi lagi."
Aku memegang bahunya, lalu mengelus nya pelan mencoba menenangkan dirinya.
"Besok, kalau aku telat lagi, kita cerai."
Dia berdecih, sebelum berjalan dan masuk diluan ke mobil. Aku mengatup mulutku, takut tawaku menyembur dan dihadiahi siksaan darinya.
Friska Delima Adyanti Siahaan, gadis manis yang baru tamat SMK, yang kupaksa menikah denganku lewat perjodohan yang kuminta dengan Papa. Kami bisa menikah, asalkan menunda momongan hingga dia lulus kuliah, dan tentu saja aku menyetujuinya.
Agak geli ketika dia memanggil dengan sebutan "Om-om mesum" ketika ingin menyentuhnya, padahal kami sudah sah. Entah darimana dia mendapat kata "Om-om" itu dia pernah berkata bahwa dari seseorang yang disukainya, dan demi apapun aku rela dipanggil "om-om" asal dia juga menyukaiku.
"Udah jangan marah lagi yang," ucapku.
Tangan bergerak mengelus rambutnya, lalu berakhir di pipi tembemnya, ingin sekali kukecup pipi gembul itu, saat aku memajukan wajahku.
"Om-om mesum!!" Teriaknya.
Aku sukses kaget, dan terkesiap, ingin marah tapi tak bisa.
"Jangan cium-cium gue Om mesum!"
Aku hanya terkekeh pelan, lalu menatap mata coklatnya dalam. Sebelum mengemudi tanpa suara.
"Vanoo!!"
"Apa yang," sahutku pelan.
"Dress coklat aku mana, dari sini?" Tanyanya.
Istriku tampak gelisah, sambil memasang wajah cemberut kepadaku.
"Ingat dulu, kamu letak dimana sayang?"
"Ya aku letak disini!" Ucapnya dengan nada tinggi, sambil menunjuk nakas.
Sejak kapan dress di nakas?
Aku ingin tertawa, bodohnya istriku. Tapi jika sampai suara hatiku kukeluarkan, bisa dipastikan aku akan tidur di luar seperti kemarin.
"Mungkin di lemari sayang."
Dia menghentakkan kakinya, lalu membuka lemari asal, aku tersenyum tipis saat dia melongo karena melihat dressnya dalam keadaan masih terbalut plastik putih, bertengger di atas, mencoba menggapai tapi dia kesulitan. Istriku selain manis, galak, dia juga pendek, membuatku sering menjadikan pendeknya bahan ejekan.
"Perlu aku bantu yang?"
"Gak lerlu!" Ucapnya dengan nada sinis.
Aku bersandar di dinding, merapikan rambutku yang masih basah. Mataku tidak lepas dari istriku yang keliatan kesusahan.
Lihat!
Sungguh istriku yang gengsi.
Istriku berbalik, lalu menatapku kesal.
"Kamu udah lihat aku susah, bukannya bantuin!" Bentaknya.
Lah? Tadi yang gak mau dibantuin, siapa setan? Ucapku dalam hati.
Aku mendengus geli, lalu dengan mudah mengambil dress itu lalu memberikannya kepada istriku. Dia menerima dengan kasar, saat ingin melangkah. Aku menarik tangannya lembut.
"Nothing thanks?"
"Nothing!" Pekiknya keras.
"Cup."
Setelah mengecup pipinya, aku berlari keluar lalu terbahak, bisa dipastikan dia akan berteriak.
"OM-OM MESUM!!"
Nah kan?
"Aku pergi dulu yang, kamu baik-baik di Rumah."
Istriku itu hanya mengangguk, lalu menyalamku dan aku yang mengecup keningnya. Hari ini dia tidak ada kelas.
Dulu, hal ini adalah impianku yaitu disalam olehnya dalam status suami istri, dan disambut oleh wajah jutek tapi cantik dari istri galakku ini. Dan sekarang hal itu menjadi kenyataan, yang membuatku bahagia.
"Iya-iya!" Ucapnya sinis.
Lihat, sangat ketus bukan?
Aku tertawa pelan, sebelum melangkah ke arah mobil, melambaikan tanganku yang dibalas malas olehnya.
Ah..sungguh aku mencintaimu Friska.
"Astaga.."
Aku memukul keningku sendiri.
"Kenapa pak?"
Andhini, sekretaris baruku bertanya.
"Berkas untuk meeting siang nanti ketinggalan."
"Jadi bagaimana pak?"
"Em ..tidak papa."
Aku tau, Friska pasti akan mengomel nanti, tapi itu urusan belakang. Telepon tersambung.
("Apa?") Suara galaknya terdengar.
"Sayang, aku boleh minta tolong gak?"
("Apa?")
"Tolong, kamu antarkan berkas aku yang ketinggalan di laci ruang kerja aku."
Terdengar, dia mengumpat disana.
("Oke.")
Aku tersenyum geli, sebentar lagi Ibu negara akan marah.
("Maaf Pak, ada gadis kecil yang ingin bertemu dengan Anda, dia mengaku-ngaku istri anda namanya 'Friska." )
Aku mengeram kesal, tapi tersenyum, Friska mengatakan kalau dia istriku?
"Antar dia ke ruangan ku, dia memang istriku," Ucapku dengan nada dingin.
Terdengar nada ketakutan disana.
"Maaf Pak, apa anda ingin kopi? Saya bisa membuatkannya."
Aku mengangguk, tanpa menjawab.
"Ceklek."
"Sayang maaf mem-"
"Aku tidak mau tau, Reception yang dibawah itu menghinaku! dia harus dipecat!"
Dia menatapku nyalang, lalu meletakkan asal mapku yang ketinggalan.
"Tapi sayan-"
"Kamu pecat atau tidak?"
Memangnya aku bisa nolak?
"Iya-iya."
"Ini pak, kopinya."
ndhini berucap lembut, sambil meletakkan kopi itu di meja, dia juga tersenyum, kulirik Friska, bibirku berkedut ketika istriku itu menatap tajam Andhini.
"Ehemm.."
Sungguh menggemaskan karena Friska berdehem, Andhini tersenyum sambil melihat Friska.
"Staff magang ya dik?" Tanyanya.
Dan ini tidak baik!
"Saya istri Revano Adriansyah," ucapnya dengan nada penuh penekanan.
"Hahaha.."
Tawa Andini menyembur. Mampus!
"Hey gadis kecil, jangan mengada-ada mana mungkin Pak Vano suami Anda."
Aku hanya diam, menikmati semua ini, aku ingin melihat perasaan Friska padaku. Dia melangkah.
"Plakk.."
Andhini tersungkur, sudut bibirnya berdarah.
"Saya istri sah Revano, ini-" dia menunjuk buku nikah kami, ternyata dia selalu membawanya? Oh aku terharu.
Tampak Andhini membulatkan matanya.
"Sudah jelas bukan? dan mulai sekarang kau dipecat!" Serunya marah.
Tanpa sepatah kata Andini pergi, wajahnya memerah menahan marah, dan aku terkekeh geli.
Upss!
Istri galakku itu menatapku.
"Krakk!"
"Sayang!" pekiku.
Aku memegang kakiku yang dipijak olehnya.
"Kdrt kamu!"
"Bomat!"
"Kamu cemburu yah?"
"Cemburu kenapa?"
Aku hanya terkekeh geli, tidak sengaja kulihat pipinya memerah.
Oh Tuhan!
Sungguh manis istriku ini.
"Kamu tidur diluar malam ini."
"Whatt?!!" | Cerpen Kehidupan Istriku Adalah Wanita Yang Galak