Inikah Kisah Cinta Kids Jaman Now

Fatih menghentikan mobilnya tepat di depan rumah dengan bangunan yang sudah tak layak huni. Dia memperhatikan gadis mungil dengan rambut pendek tengah menjahit tasnya yang sudah sobek. Sesekali gadis itu menatap langit, lalu kembali fokus menjahit sobekan di tas tua miliknya.

Pintu rumah renyot itu terbuka, di ambang pintu terlihat lelaki separuh baya keluar sambil membawa rotan di tangannya | Cerpen Lucu Inikah Kisah Cinta Kids Jaman Now 

Lelaki itu merampas tas di tangan gadis mungil, lalu melempar paksa.

"Hei … Jalang! Beraninya kamu pulang setelah membuang botol minumanku." Hardik lelaki setengah baya itu, tanpa belas kasihan dia memukul punggung gadis mungil dengan rotan yang ada di tangannya. Seketika gadis itu terjatuh akibat pukulan keras di punggungnya. Lelaki itu pun kembali menendang perutnya tanpa ampun.

"Hentikan … !" teriak Fatih lalu berlari menyelamatkan gadis mungil yang sudah tidak berdaya.

"Siapa kamu? Berani mencampuri urusan keluargaku," ujar lelaki paruh baya dengan penuh amarah.

"Aku seorang jaksa, aku bisa menuntutmu karena melakukan tindakan kekerasan!" bentak fatih lalu mengeluarkan name tag yang membuktikan bahwa dia memang seorang jaksa. Lelaki itu pun masuk kembali ke rumahnya dan membanting pintu.

Fatih membantu Hanum duduk, dia merasa iba melihat memar yang ada di tubuh gadis itu.

"Aku akan membawamu ke rumah sakit."

"Plakk!"

Tamparan keras mendarat di pipi kanan Fatih.

"Jangan campuri urusanku!" bentak Hanum dengan tatapan tajam.

"Bodoh! Sampai kapan kamu membiarkan tubuhmu menjadi sasaran Ayahmu? Kamu mau mati konyol?"
Fatih memegang bahu Hanum, berharap gadis mungil ini bisa berpikir jernih.

Hanum menghentakkan tangan Fatih dengan kasar.

"Dia Ayahku. Aku tidak peduli jika aku mati konyol sekali pun. Asal Ayah bahagia, itu sudah lebih dari cukup untukku." Suara Hanum terdengar bergetar menahan tangis. Dia tidak ingin Fatih melihat tangisnya, dia harus kuat menghadapi semua kepahitan dalam hidup.

Fatih melemah, sekali lagi dia mengalah. Dia pun mengusap lembut rambut Hanum.

"Obati lukamu!," ucapnya lalu pergi meninggalkan Hanum.

"Fatih, berhenti peduli padaku!" gumam Hanum. Dia menatap punggung lelaki keras kepala itu hingga lenyap di hadapannya. Hanum mengambil tas yang dilempar oleh Ayahnya, dia pun menjadikan tas itu sebagai bantal. Malam ini dia kembali tidur di lantai depan rumah dan beratap langit malam yang indah.
Fatih terlihat sibuk dengan tumpukan berkas yang ada di meja kerjanya, dengan teliti dia membaca setiap kasus yang akan dia tangani. Sesekali dia meminum secangkir kopi manis kesukaannya.

"Pak, ini berkas yang Anda minta." Seorang wanita bertubuh tinggi menyodorkan beberapa berkas kearah Fatih. Fatih mengambil berkas lalu membacanya sekilas. Dia pun memberi kode agar wanita tinggi itu keluar dari ruangannya.

Setelah membaca berkas dan mendalami kasus yang akan dia tangani, Fatih pun keluar ruangan dan menunggu Hanum yang masih sibuk dengan pekerjaannya sebagai cleaning service. Dari kejauhan dia melihat Hanum tengah sibuk membersihkan kaca jendela, sesekali dia menyeka keringat yang bercucuran di keningnya.
Fatih mendekari Hanum lalu mengeluarkan sapu tangan dari sakunya.

"Ini, untuk mengelap keringatmu." Fatih memberikan sapu tangannya pada Hanum. Hanum mengabaikan Fatih, dia tetap fokus membersihkan kaca jendela.
Melihat penolakan Hanum, dengan kasar dia mendorongnya hingga menempel pada kaca jendela. Fatih mengunci pergerakan Hanum dan menatap tajam mata coklat gelap miliknya. Hanum meronta dan berusaha melepaskan diri, tapi tidak berhasil karena fatih terlalu kuat.

"Aku tidak tahu, kenapa aku peduli pada wanita sepertimu? Aku tidak mengerti, kenapa aku membiarkan diriku untuk ikut campur dalam masalahmu? Sejak kejadian itu, aku selalu memikirkan mu. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku," ujar Fatih frustasi. Hanum terdiam mendengar ucapan Fatih, dia melihat kejujuran di mata lelaki itu. Fatih pun melepaskan Hanum, dia berlalu meninggalkan Hanum dalam kebingungan.

Matahari siang ini begitu menyengat, Hanum memutuskan untuk beristirahat di salah satu warung pinggir jalan. Dia membeli air botolan untuk meredakan rasa haus yang menyerang tenggorokannya. Sekali minum air dalam botol itu langsung ludes. Dia kembali mengingat kejadian tadi pagi, saat Fatih mengatakan hal konyol padanya, tampak rona merah di pipi Hanum terlihat jelas karena membayangkan wajah Fatih yang hanya berjarak sejengkal tangannya saja. Hanum pun berusaha melupakan kejadian tadi pagi, dia menggelengkan kepalanya agar tidak membayangkan wajah Fatih lagi. | Cerpen Lucu Inikah Kisah Cinta Kids Jaman Now 

Hanum tersenyum membawa dua bungkus nasi yang akan diberikan pada Ayahnya. Pelan dia membuka pintu rumah, tampak Ayahnya masih tertidur lelap, di sampingnya terlihat dua botol minuman keras. Hanum pun meletakkan bungkusan nasi di atas meja lalu mengambil dua botol minuman itu dan membuangnya ke bak sampah.

Hanum masuk ke kamar dan berganti pakaian. Tampak seluruh tubuhnya lebam akibat siksaan dari Ayahnya. Tapi, dia sudah terbiasa menjadi pelampiasan kekesalan lelaki paruh baya itu. Bagaimana pun lelaki itu tetap Ayahnya, dia tidak akan pernah meninggalkan Ayahnya sendiri.

"Hei … jalang, cepat buka pintu ini!" teriak Ayahnya sembari menggedor keras pintu kamar. Hanum kembali sadar dari lamunan dan cepat memakai pakaiannya. Dia pun buru-buru membuka pintu, dan tanpa aba-aba Ayahnya menarik rambut Hanum kasar. Hanum merintih kesakitan, serasa rambutnya akan terlepas dari kepala.

"Jalang, rasakan ini!" Tubuh mungil itu dihempaskan ke dinding, lelaki paruh baya itu membuka ikat pinggangnya dan memukul tubuh Hanum dengan keras. Hanum menjerit kesakitan, tapi lelaki yang dia panggil Ayah itu terus menghujani tubuhnya dengan pukulan yang bertubi-tubi.

"Ha … ha … rasakan kau!" Tawa lelaki itu puas menyiksa tubuh mungil dan ringkih milik Hanum. Belum sembuh luka di tubuhnya, muncul lagi luka-luka baru yang tak ada habisnya.

'Ibu, kembalilah!' pekik Hanum dalam hati, air mata terus menetes tanpa henti. Dia berusaha bangkit tapi tubuhnya tak sanggup bergerak.

"Ayah … bunuh saja aku. Rasanya aku sudah tidak kuat lagi," ujarnya lemah. Tidak ada yang mendengar karena lelaki paruh baya itu pergi setelah puas menyiksa tubuh mungilnya.
***

Fatih asyik bermain game di ponsel, dia tidak menyadari Kaneki duduk di sampingnya.

"Paman, punya pacar?" tanya Kaneki polos.
Fatih sontak menjatuhkan ponsel miliknya setelah mendengar pertanyaan anak yang baru berusia tujuh tahun itu.

"Kaneki masih kecil, nggak boleh bahas pacar-pacaran."

"Aku kan cuma nanyak. Soalnya paman selalu sendiri. Apa nggak ada cewek yang mau sama Paman?"

Jeleb, kata-kata Kaneki langsung menusuk tajam Fatih. Mendengar pertanyaan Kaneki, Fatih hanya membalas dengan senyum yang dipaksakan.

"Sayang, belajar sana!" teriak Ken pada Kaneki, dia ingin mengakhiri pembicaraan antara paman dan keponakan itu.

Ken pun menggendong Kaneki menjauh dari Fatih yang masih membisu.

"Pa … aku mau jodohin Paman sama penjaga kantin di sekolahku, katanya dia masih jomblo." Ocehan Kaneki masih terdengar jelas di telinga Fatih, dengan jelas dia juga mendengar tawa lepas Ken.

"Ya ampun, kids zaman now," celetuk Fatih sambil menepuk jidat. Dia pun mengambil ponselnya yang jatuh lalu kembali bermain game.| Cerpen Lucu Inikah Kisah Cinta Kids Jaman Now 

Berharap dengan bermain game dia bisa tidak memikirkan Hanum.