Ini Hanya Sebuah Kisah Cerita Sederhana

Sudah hampir setengah tahun sejak mereka pindah ke kota ini. Sebagai seorang anak perempuan yang sulit menyesuaikan diri di lingkungan baru, Nina belum mengenal banyak teman di sekolahnya walaupun satu semester sudah berlalu. | Cerpen Kehidupan Ini Hanya Sebuah Kisah Cerita Sederhana 

Di sekolahnya, dia hanya akrab dengan Anna dan Rahma. Mungkin karena Rahma cukup cerewet dan Anna juga punya hobi yang sama, merekapun lebih mudah akrab. Walaupun begitu, di sekitar tempat tinggalnya, tidak ada satupun nama tetangga yang dia ingat.

Setiap hari selalu dia lalui dengan hal-hal yang sama. Pergi ke sekolah, kemudian membaca buku di perpustakaan saat jam istirahat. Selain itu dia hanya pergi ke kantin,dan mengikuti pelajaran-pelajaran yang sudah terjadwal. Setelah pulang sekolah dan membantu ayahnya. Begitulah kesehariannya. Tapi, hari ini mungkin akan jadi hari yang membuat kehidupannya berbeda dari hari-hari sebelumnya.

Setelah melangkahkan kakinya dari pintu rumahnya, dia segera menuju halte bus. Setelah dia membeli tiket dengan kartu yang dia miliki, dia segera naik bus yang sudah berisi beberapa penumpang. Dia menikmati pemandangan yang indah dari bus itu yang melintas di jalur khusus yang tidak dilalui kendaraan lain.

Bus itu melaju dengan suara yang sangat halus. Tidak ada asap yang keluar dari bus tersebut karena bus tersebut menggunakan baterai dan tenaga matahari. Udara sejuk yang bertiup ke dalam bus terasa dari tempat duduk Nina.

Sepanjang perjalanan, Nina melihat kapal-kapal kecil di sekitar danau buatan itu. Di ujung danau itu ada gedung-gedung tinggi yang tampak seperti mainan yang sangat kecil karena letaknya yang sangat jauh. Beberapa orang berjalan di sekitar danau itu. Di jalur sepeda yang ada di sebelah danau itu, orang-orang tampak sedang saling berpapasan dan berlomba dengan sepedanya.

Setelah cukup lama melaju, akhirnya bus itu tiba di halte dekat sekolahnya. Nina melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul enam tepat saat dia tiba di sekolahnya yang masih sepi tanpa penghuni. Udara pagi yang sejuk dan matahari pagi yang mulai terasa hangat menyambut kedatangannya bersama dengan tetesan embun pagi di atas daun-daun yang ada di taman sekolahnya.

Setelah dia melintas melewati gerbang sekolah bagian dalam, dia melihat seorang pemuda yang sedang membaca buku duduk sendiri di koridor yang ada di depan perpustakaan. Saat Nina melewatinya, pemuda tersebut

tiba-tiba saja melihat Nina sambil tersenyum tanpa ada sedikit kata pun kata yang terucap. Wajah Nina memerah, dia mempercepat langkahnya saat dia melewati pemuda itu. Ini pertama kalinya seorang lelaki tersenyum padanya. Sejak SD hingga sekarang, dia hanya mempunyai teman perempuan.

Saat Nina sampai di kelasnya, dia segera duduk dan menggantung tasnya di sisi kanan mejanya. Dia segera duduk dan mengambil buku. Dia membaca bukunya hingga beberapa menit kemudian teman-teman satu kelasnya datang.

Satu jam lebih berlalu sejak Nina mulai membaca buku hingga akhirnya bel tanda masuk kelas berbunyi. Seperti biasa seseorang selalu datang tepat waktu saat bel sudah berbunyi.

"Pagi..., " Rahma manyapa Nina sambil tersenyum dengan nafasnya yang masih terengah-engah. Ninapun hanya menanggapinya dengan senyuman.

Beberapa saat setelah Rahma duduk, Kepala sekolah mereka masuk bersama dengan pemuda yang Nina lihat tadi pagi. Walaupun tampak masih sangat muda, sepertinya pemuda tersebut adalah guru matematika mereka yang baru. | Cerpen Kehidupan Ini Hanya Sebuah Kisah Cerita Sederhana 

Setelah mereka masuk dan mengucapkan salam, Kepala sekolah mereka mempersilahkan pemuda tersebut untuk memperkenalkan diri. Kepala sekolah segera keluar setelah berpamitan dengan semua murid di kelas itu dan mempersilahkan Faiz mengambil alih.

"Nama saya Alfa Isnaini. Kalian bisa memanggil saya Faiz. Usia saya akan bertambah jadi 19 tahun 2 bulan ke depan. Saya baru lulus tahun lalu dari jurusan Tekhnik informatika. Cukup sampai di sini perkenalan dari saya. Silakan, kalau kalian mau bertanya." Faiz memperkenalkan diri pada murid-muridnya sambil menulis namanya di papan tulis.

Setelah Faiz memperkenalkan diri dan menghentikan ucapannya, Aina segera berdiri dan mengacungkan tangannya.

"Pak..., sepertinya saya melihat ada yang janggal di sini. Dari SD sampai SMA kan 12 tahun dan kuliah juga . Kenapa usia bapak sekarang baru 19 tahun."

"Saya sekolah saat usia saya sekitar 5 setengah tahun. SD sampai dengan SMA saya selesaikan selama 9 tahun. Lalu saya kuliah sampai tahun lalu. Jadi...?"

"Berarti bapak cukup jenius. Oh ya, bapak sudah punya pacar? "

"Belum..., Saya terlalu sibuk untuk pacaran dan lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah. Apa kamu mau jadi pacar saya? "

"Hahaha, gak Pak, saya cuma bercanda. Tapi, kalau bapak mau..., hahaha. Ya sudah, pertanyaan saya cuma itu kok." seloroh Aina dengan tawa kecilnya.

"Saya juga cuma bercanda..., kalau saya pacaran dengan murid saya sendiri saya bisa dapat masalah, apalagi saya masih guru baru di sini. Kalian masih ada pertanyaan lagi?" Suasana menjadi hening setelah Faiz berhenti berbicara.

"Baiklah, kalau begitu, kita mulai pelajarannya. "

Faiz segera memulai pelajaran. Walaupun Nina tetap kaku dan tidak mengucapkan sepatah katapun saat diminta ke depan kelas oleh Faiz. Cara mengajar Faiz yang menyenangkan membuat hampir semua murid lainnya seperti melupakan sulitnya pelajaran matematika. Waktupun terasa seperti berlalu begitu cepat bagi mereka. Mereka seperti ingin melanjutkan jam belajar yang sudah mereka ikuti.

Setelah jam istirahat, Nina segera ke perpustakaan bersama dengan Anna. Rahma tetap berada di dalam kelas dan mengobrol bersama teman-temannya. Setelah jam istirahat, pelajaran-pelajaran yang tersisa segera menyambut mereka hingga jam istirahat kedua, masuk kelas lagi dan akhirnya mereka pulang.

Saat mereka akan pulang, Anna dipanggil ke ruang guru dan Rahma bersiap-siap untuk mengikuti ekskul taekwondo. Nina segera keluar kelas setelah berjanji akan menunggu Anna di koridor yang ada di depan perpustakaan. Nina berjalan sendiri karena sudah tak ada teman yang bisa dia ajak bicara dan jalan bersama. Saat tiba di depan koridor perpustakaan, Nina segera duduk dan mengambil buku dari tasnya.

Tepat saat dia akan membuka bukunya, Nina melihat Faiz masuk ke dalam perpustakaan. Nina segera membaca kembali buku cerita yang dia baca. Anehnya, beberapa saat kemudian dia melihat Faiz datang dari sebelah luar gerbang bagian dalam dan masuk ke perpustakaan lagi. Setelah itu, dia tidak melihat Faiz lagi hingga Anna menemuinya dan mengajaknya pulang. | Cerpen Sederhana Ini Hanya Sebuah Kisah Cerita Sederhana