Lena mengajakku masuk ke sebuah ruangan lain. Disana seperti ruang makan bagi para karyawan di kapal tersebut. Karena aku melihat ada meja panjang dan kursi di sekeliling nya serta ada beberapa mangkuk berisi buah dan aneka macam makanan ringan yang aku tidak mengerti namanya karena menggunakan bahasa asing.
Sudah ada beberapa orang diruangan itu... lelaki dan perempuan... mereka asyik mengobrol dan tertawa bersama hingga ketika aku dan Lena melangkah masuk. Mereka semua menghentikan aktivitas nya dan hanya memandang aku dan Lena. | Cerpen Motivasi Hidayah Membayar Tagihan Pinjaman Orangtua Ku Part 3
Lena mengajakku duduk lantas menawarkan minuman dari botol yang bentuk nya tidak pernah aku lihat sebelum nya. Kata Lena itu minuman dari luar negeri dan rasanya enak. Aku dituangkan segelas dan disuruh habiskan.
Aku mencicipi sedikit, rasanya pahit dan panas. Aku menatap Lena sambil menggeleng. Tapi dia terus memaksaku menghabiskan minuman itu. Setelah gelas pertama habis Lena menuangkan lagi dan kembali memaksaku meminumnya sampai habis.
Semua orang yang ada disana hanya tertawa melihat ku hampir menangis karena menolak minum tapi terus menerus dipaksa oleh Lena.
Semua orang yang ada disana hanya tertawa melihat ku hampir menangis karena menolak minum tapi terus menerus dipaksa oleh Lena.
Tidak berselang lama kepala ku terasa sakit sekali... pandangan ku mulai berbayang dan berputar-putar. Kesadaran ku mulai kacau. Aku memohon pada Lena agar kembali ke tempat sebelumnya. Aku ingin berbaring dan tidur saja rasanya. Lena membopong ku dan membimbingku keluar dari ruangan itu.
Tapi anehnya dia tidak kembali ke ruangan sebelumnya. Melainkan masuk ke sebuah ruangan lain yang luas dengan tempat tidur, lemari dan kamar mandi di dalamnya.
Aku direbahkan di tempat tidurnya. Lantas dia duduk di samping ku. Aku berusaha bertanya lagi tapi kepala ku terlalu sakit. Sebelum aku kehilangan kesadaran, aku mendengar pintu kamar dibuka. Aku tak mampu membuka mata.
Hanya mendengar suara lelaki itu bertanya pada Lena.
" is that the girl you was tough to me? " (apakah ini gadis yang kamu bicarakan denganku sebelumnya? )
Lena menjawab
" yeah she is a new comer. Nobody touch her before. I think she is still virgin. You can taste her to prove it " ( iya dia pendatang baru. Tidak pernah ada yang menyentuh dia sebelumnya. Aku fikir dia masih suci. Kamu bisa mencoba nya untuk membuktikannya. )
" yeah she is a new comer. Nobody touch her before. I think she is still virgin. You can taste her to prove it " ( iya dia pendatang baru. Tidak pernah ada yang menyentuh dia sebelumnya. Aku fikir dia masih suci. Kamu bisa mencoba nya untuk membuktikannya. )
Dan kedua nya tertawa. Aku mendengar Lena keluar kamar. Sesaat sebelum aku kehilangan kesadaran ku sepenuhnya aku dapat merasakan lelaki itu menyentuh tubuhku dan membelai rambutku.
Menjelang siang harinya aku terbangun dengan sakit kepala hebat dan perasaan mual. Aku lari ke kamar mandi dan muntah sejadi-jadinya disana. Usai muntah aku sekalian mandi. Segar rasanya mandi dan berkeramas mencuci rambutku berharap sakit kepalaku bisa hilang .
Aku merasakan sakit di bagian kewanitaaan ku dan aku sudah bisa menebak apa yang terjadi tadi malam. Aku menangis dan terus menangis. Aku tidak tau lagi harus bagaimana. Pikiran ku kosong dan buntu.
Saat aku kembali merebahkan badanku. Aku menemukan setumpuk uang di bawah bantal. Uang Dollar. Dalam pecahan seratus Dollar. Aku menghitungnya dan mendapati ada sekian ribu dollar.
Saat sedang bingung begitu Lena mendadak masuk. Aku langsung menyembunyikan uang itu di bawah bantal, tempatnya semula.
Lena tersenyum dan menghampiriku lalu duduk disampingku. Aku membuang muka. Rasanya aku begitu benci terhadap Lena. Ingin rasanya aku menamparnya dan mencaci makinya.
Sebelum aku sempat membuka mulutku Lena sudah terlebih dahulu bersuara.
" maafkan aku Eka, kalau harus dengan cara seperti ini. Aku juga dulu seperti ini karena harus membiayai sekolah kedua adikku dan kebutuhan hidup Ibuku. Sementara kamu harus segera membayar hutang renternir mu agar rumahmu tidak disita mereka." | Cerpen Motivasi Hidayah Membayar Tagihan Pinjaman Orangtua Ku Part 3
"Aku tidak menemukan cara lain untuk membantumu. Maafkan aku. Kamu boleh marah terhadapku. Aku tidak berharap kamu bisa mengerti tindakanku. Semoga uang yang kamu dapat cukup untuk membayar hutang renternir dan menebus kembali rumahmu "
aku menangis dalam diam... ketika Lena beranjak berdiri aku langsung memeluk nya dan menangis lagi. Aku tidak tahu harus berkata apa. Lena juga ikut menangis. Sejenak kami larut dalam kesedihan.
Ketika kami sudah mulai agak tenang. Lelaki tadi malam tiba-tiba membuka pintu dan terkejut mendapati wajah kami sembab dan mata kami merah.
Dia mengatakan pada Lena bahwa sudah membayar ku dan uangnya dibawah bantal. Lena bertanya padaku dan aku mengiyakan. Lelaki tersebut mengambil berkas kerjanya yang ketinggalan di atas meja lantas mengecup keningku sekilas dan pamit untuk bekerja lagi, katanya yang diterjemahkan oleh Lena.
Setelah lelaki itu pergi. Lena mengunci pintu lalu memintaku mengambil uang dollar dibawah bantal itu untuk kami hitung bersama. Dia menjelaskan kurs dollar saat itu dan seusai menghitung dia mengatakan bahwa jumlah itu cukup untuk membayar hutang renternir. Aku merasa sangat bahagia sekali meskipun di saat yang bersamaan aku merasa sangat sedih.
Lena lalu menjelaskan bahwa aku harus membayar uang keamanan sebesar 100$ dan uang speedboat 50$. Dan speedboat baru akan datang 4 hari lagi segera setelah kapal ini usai muat batu bara.
Dia juga memperingatkan ku agar menyimpan uang ini di tempat yang aman karena diantara teman wanita kami diluar sana terkadang ada yang bisa mencuri uang kami ketika sedang mandi atau tidur atau lengah.
Aku mengangguk mengerti. Lantas Lena menyurhku bersiap keluar dari kamar itu dan mengikuti Lena kembali ke ruangan dimana kami datang sebelumnya. Belakangan aku baru tahu ruangan itu namanya mess room.
Wanita yang ada disana tidak sebanyak sebelumnya. Lena mengatakan bahwa mereka ada yang mendapatkan partner sehingga masih melayani partner mereka masing-masing dan ada juga sebagian wanita yang pindah ke kapal sebelah karena tidak mendapatkan partner di kapal ini.
Aku duduk di salah satu pojok ruangan bersama Lena. Kami mengobrol tentang banyak hal.
Lena mengatakan bahwa dia dikontrak selama 4 hari ini sehingga mungkin dia tidak bisa selalu menemani ku di ruangan ini karena harus menemani Partner nya.
Dia bilang lebih aman dan nyaman kalau sudah dikontrak begitu karena kami tidak perlu berpindah-pindah kamar dan partner.
Aku hanya mengangguk meskipun tidak mengerti.
Aku baru menyadari bahwa ini lah pekerjaan Lena selama ini. Hingga dia selalu bepergian keluar kota dan pulang dengan membawa begitu banyak uang hingga adik-adiknya bisa sekolah dan Ibunya tidak perlu bekerja. Hanya saja selama ini Ibunya tidak mengetahui apa pekerjaan Lena yang sebenarnya.
Sedang asyik mengobrol lelaki partner Lena datang lalu mengajak Lena untuk makan siang. Lena mengajakku. Kebetulan aku merasa lapar sekali.
Aku mengikuti Lena yang sudah bergayut manja pada partner nya. Kami masuk ke ruangan tadi malam dimana aku dipaksa minum oleh Lena.
Sudah ada begitu banyak makanan terhidang disana. Aku dipersilahkan duduk dan aku langsung menyantap makanan yang tersaji disana saking kelaparannya.
Mereka berbicara dengan bahasa yang aneh. Belakangan aku baru tahu kalau itu bahasa Thailand dan Philipine serta bahasa Inggris yang sedikit aku ketahui.
Lena duduk di sebelahku. Banyak yang menegur ku dengan bahasanya dan Lena yang menjawab sementara aku hanya tersenyum dan mengangguk, sekedar bersikap sopan.
Lena mengatakan kalau sebagian dari mereka ingin menjadikan aku partner nya.
Aku menggeleng. Rasanya masih trauma. Aku hanya ingin speedboat segera datang agar aku bisa segera pergi dari sini. | Cerpen Motivasi Hidayah Membayar Tagihan Pinjaman Orangtua Ku Part 3
- Bersambung -