Hidayah Membayar Tagihan Pinjaman Orangtua Ku

Namaku Eka. Aku seorang anak tunggal dari keluarga dengan kehidupan sederhana. Ayahku seorang pekerja bangunan, dan ibuku adalah buruh cuci. Sementara aku sendiri bekerja sebagai seorang administrasi pada sebuah perusahaan kecil di kotaku. | Cerpen Motivasi Hidayah Membayar Tagihan Pnjaman Orangtua Ku

Hingga pada suatu hari datang seorang renternir ingin menyita rumah kami. Aku tersentak tak percaya. Ternyata orang tua ku pernah meminjam uang pada renternir tersebut dengan jaminan surat rumah kami dan pada akhirnya tidak mampu mengembalikan.

Aku membongkar tabunganku, dan jumlah yang ada didalamnya tidak mencukupi untuk membayar tagihan renternir tersebut.

Aku memohon waktu agar dapat mencari kekurangannya. Renternir tersebut memberiku waktu 1 bulan.

Aku datang kepada pimpinan perusahaan dimana aku bekerja lantas menceritakan masalahku berharap mendapat bantuan. Boss ku lalu memberikan aku gaji bulan itu dan memecat aku. Dia bilang tidak bisa memberikan aku pinjaman karena tidak yakin aku bisa membayarnya. Dan dia khawatir apabila aku diberikan pinjaman maka aku akan melarikan diri dan melalaikan tugas ku sebagai karyawannya.

Aku bingung setengah mati. Kemana lagi aku harus mencari pinjaman? Aku datangin seluruh keluarga dan sahabat. Mereka bisa meminjamkan tapi jumlah nya sedikit sekali bahkan setelah dikumpulkan dan disatukan dengan gajiku bulan ini hanya dapat menutup separuh dari jumlah yang harus dibayarkan ke renternir tersebut.

Aku makin kacau. Pikiran ku kalut. Sempat terbersit rasa ingin bunuh diri. Tapi aku pandang wajah kedua orangtua ku. Kasihan mereka. Bagaimana nanti mereka melunasi tagihan si renternir? Sementara aku lah satu-satunya harapan mereka.

Sedang dalam kondisi kalut sedemikian tiba-tiba aku teringat ada salah seorang kawan lama yang sepertinya sekarang sudah berhasil. Dia jarang ada dirumah karena selalu bepergian keluar kota. Tapi setiap kali datang selalu membawa uang yang banyak dan membeli berbagai macam perabotan rumah tangga yang mahal harganya serta kebutuhan dan belanja dapur ibunya. ( kawan ku ini ibunya janda dan punya 2 adik yang masih kecil sehingga kawan ku tulang punggung keluarga nya).

Sore hari aku berangkat kerumah nya. Aku mengetuk pintu rumahnya sembari mengucapkan salam dan berharap dia ada dirumah. Dan syukur alhamdulillah dia ada. Sebut saja namanya kawanku ini Lena. Setelah basa basi aku langsung mengutarakan niatku untuk meminjam uang.

"Lena aku mau pinjam uang nah".

"Tumben kamu datang pinjam uang Ka. Ada apa?".

Aku langsung menangis dan menceritakan semua permasalahanku. Lena memeluk dan menenangkan ku.

"Aku ada uang Ka, tapi ini untuk keperluan belanja ibu dan adik-adikku."

"Pekerjaanmu gimana ? Kan ada uang gajimu ?".

"Aku udah dipecat Len".

Lena terdiam. Berfikir lama. Lantas mengatakan padaku bahwa dia bisa membantu ku memperoleh sisa uang tagihan tapi aku harus ikut bekerja bersama dia.

Aku antusias sekali dan sangat senang. Setidaknya ada titik terang untuk melunasi pinjaman renternir tersebut dan surat rumah ku bisa kembali lagi sehingga kami sekeluarga tidak akan terusir dari rumah kami sendiri.

"Sekarang kamu pulang Ka, siapkan pakaianmu untuk seminggu kedepan. Besok kita berangkat. Pamit sama orangtua mu ya."

Aku mengangguk mengiyakan. Masih ada waktu sebulan pikirku.

Karena terlalu semangat aku sampai lupa menanyakan pekerjaan macam apa yang akan aku kerjakan seminggu kedepan hingga bisa menghasilkan uang sedemikian banyak dalam waktu seminggu untuk membayar tagihan pinjaman orangtua ku.

Aku pulang dengan hati senang. Lalu memberitahukan kepada kedua orang tua ku bahwa besok aku akan pergi keluar kota untuk bekerja bersama Lena kawanku.

"Kamu mau kerja apa sama Lena nduk?" Tanya khawatir ibu ku.

"Eka gak tahu bu. | Cerpen Motivasi Hidayah Membayar Tagihan Pnjaman Orangtua Ku

Tapi inshaallah ini cukup buat nebus surat rumah kita bu".