Hanya Jejak Setapak Kelam Yang Berbekas Part 3

"Spadaaaa,Assalammualaikum"

"Wa'alaikumussalam,siapa ? Ada perlu apa ? "

"Saya temen.." | Cerpen Kehidupan Hanya Jejak Setapak Kelam Yang Berbekas Part 3

"Oh temen mas Ray,mas Ray lagi gak ada dirumah. Maaf ya nanti aja datang lagi ." jawabku tampa membukak kan pintu. Kembali lagi aku duduk didepan tv sembari menunggu Mas Ray pulang. Dari keberangkatannya ke Austaralia. Yang kepergiannya membuat rindu setengah mati .

"Tok..tok.."
"Spadaaa Assalammualaikum."

"Wa'alaikumussalam,Siapa ?"

"Teman.."

"Teman mas R..."

"Bukan. temen hidupmu" Tampa aba-aba lasung kubuka pintu. Kupeluk lasung sekuat tenaga. Terbayar sudah kerinduanku. Mas Ray membalas dengan membelai kepalaku dan mencium keningku.

"Makanya jangan asal motong, baru aja orang mau mangap. Lasung aja. Nyerocos temen mas Ray lalala luuuulululu..." Ledek mas Ray.

"Haaha,maaf. Jadi dari tadi itu mamas ya ? Uuuh maaf kan aku sayang . " muchhh" kuhadiahkan ciuman dipipi nya. Dia tampak syok. Dan aku malu dibuatnya.

"dindaku mamas datang,tidakah kau rindu ?" cetusnya .Sambil memperagakan bungkuk-an ala pangeran kerajaan. Mas Ray memang selalu bisa membuat suasana cair ketika aku mulai merasa malu.

"obat udah diminum ? "

"Obat apa ? " jawabnya bingung.

" Obat dari dokter kejiwaaan kmren. Lupa ya ? Pantesan. Makanya otak mamas agak geser . hahhahaha" jawabku. Dan berlari meninggalkannya duduk diruang tamu rumah kami. Hmm.. Begitulah aku. Humoris tapi memiliki dengan predikat pemalu kucing . "hahaha"

"Dih,ta gelitik nanti." jawab nya yang masih dengan posisinya didepan pintu.

"Lalu haruskah aku takut kakanda ? Wekk "

"Cie manggil kekanda loh,korban drama aling darma ni ye ? Cie cie. " mendekat dan duduk disebelahku.

"Dih mamas itu loh yang duluan manggil adinda " ucapku manja.

"Yauda mamas juga korban . cie cie samaan ni ye."

"Dih alayyyyy" sambil senyum malu aku menjawab.

"Emm . gapapa deh alay . yang penting kamu cintakan sama aku " jawab mas Ray sembari mencubit gemes kedua pipiku.

"Dih mana aaadaa"

"Ayo ngaku, ta gelitik ni."

Tampa memberi kesempatan untuk aku membela diri. Mas Ray lasung megelitikku tampa ampun. Membuat sore itu, diwarnai dengan gelak tawa . Ruang tamu berantakan karena ulah kami saling kejar-kejaran.

Hauem,mas Ray.
Rindu sekali aku denganmu. Kau selalu mampu membuatku tersenyum malu.

Kembali lah mas , Baru 8 bulan kepergianmu membuatku gila.

Bagaimana dengan bulan berikutnya ?
Jangan sampai terhitung tahun kau meninggalkanku mas. Aku bisa mati.

Dirumah sakit.

"Uweekkkk.. Uuuwekkk.."

"Alhamdulillah. Anaknya sehat bu. Selamat ya bu cucunya kembar. Masya Allah Ganteng-ganteng dan lucu bu " ucap dokter kepada ibuku yang membantu persalinanku.

Aku hanya diam. Aku tak mengerti apa yang terjadi. Yang kutau saat itu tubuhku luar biasa sakit dan pengap rasanya pernafasan ku.

Beberapa menit kemudian.

"Nak ini anakmu, Alhamdulillah sehat. Mau dikasih nama siapa ? "

Aku tetap dengan kebisuanku. Ibu lagi-lagi menangis. Dokter dan Ayah mencoba menguatkan ibu.

"Bu Alycka mari kasih ASI pertama ke buah hatinya."

Aku haya melirik..

"Buang anak itu .." ucapku

Pedih sekali hatiku. Anak-ku dilahirkan tanpa seorang ayah.

Bagaiamana kelak ketika mereka mulai pandai bicara dan mulai berpikir . "Bun,ayah mana?"

Haa aku tidak sanggup apabila mereka bertanya hal itu kepadaku.

Jawaban apa yang harus kukatakan?

Haruskah aku jawab ayah mereka telah meninggal ?
Oh tidak mungkin. Aku tidak ingin mengajarkan kebohongan kepada kedua putraku .

Atau haruskah aku katakan, bahwa ayah mereka seorang laki-laki brengsek ?
Haa bagaimana mungkin aku mendidik mereka dengan ungkapan seperti itu.

Bukan aku tidak ingin membelai mereka,mencium dan merawat mereka.

Tapi,jangankan melakukan itu semua. Sekedar melihat mereka saja. Mengingatkan aku kepada laki-laki brengsek itu.

Sebab itu. Alangkan baiknya aku buang saja mereka.

"Astaghfirullah nak,ini anak mu darah dagingmu bagaimana mungkin ? Kamu tega ingin membuang mereka. Apa salah mereka ?" gugat ibuku. Setelah mendengar jawabanku kepada dokter.

"Kesalahan mereka,kenapa harus berada dalam rahimku bu. Sedangkan ayah mereka tidak akan pernah peduli akan hal ini !" cetusku.

"Aku mohon tinggalkan aku bu,dan bawa mereka pergi dari hadapanku." lanjutku.

Ibu hanya diam. Dan melakukan semua inginku. Ibu nampak syok melihat aku merespon jawabannya. Karena kali pertama setelah hampir satu tahun aku tidak pernah memberikan respon tepat. Selain berkhayal dan mengamuk.

"Besok,bu Alycka boleh pulang." Dengan ramah dokter memberikan informasi.

"Iya dok,terimakasih atas informasinya." jawabku .

"Iya bu, sama-sama."

Dua minggu sudah paska melahirkan. Akhirnya aku bisa menghirup udara segar.

Dan tentunya aku tidak perlu lagi berurusan dengan jarum-jarum penenangku. Alhamdulillah aku kembali normal.

Tapi tidak dengan hatiku, yang lukanya masih menganga. Yang tidak mungkin kembali normal .

Jiwaku memang telah stabil tapi bukan berarti pun sama dengan hatiku. Tidak. Itu mustahil.

"Nak,pas kamu melahirkan ray datang ."

"Bagaimana mungkin bu? Tahu dari mana dia aku melahirkan. Ibu yang bilang ke dia ?."

"Gak nak,selama dia pergi. Ibu tidak pernah berkomunikasi dengannya."

"Lalu ??"

"Ya begini ceritanya. Saat setelah kamu minta ingin sendiri. Ibu dan dokter memutuskan membawa kedua putramu keruang inkubator. Tiba-tiba ray memnggil dari belakang. ..."

"Bu,bagaimana keadaan alycka?"

"Kenapa kamu ada disini,tidak perlu kamu tanya apapun tentang alycka."

"Maaf bu. Aku menyesalin semua yang menimpa alycka. Bukan maksud ku ingin membuat alycka terpuruk dan membuatnya depresi."

"Maaf ? Mudah sekali kamu bicara"

"Bu sebenarnya aku sangat mencintai alycka,hingga ajal ku menjemput bu. Alycka tetap satu-satunya wanita yang tidak akan pernah aku berhenti untuk mencintainya. Aku benar-benar menyesalin semuanya. Aku terpaksa bu ?"

"Haa,terpaksa ? Dasar kamu yang tidak bermoral ray! Tidak cukup hanya dengan satu wanita! "

"Bu sebenarnya..."
"Ha,sudahlah. Terserah ibu ingin menilaiku bagaimana. Katakan pada alycka. Aku minta maaf dari lubuk hatiku yang terdalam dan Aku mohon jaga kedua putraku dan alycka ku ya bu ? "

"Putramu ? Alycka mu ? Tidak kau tidak punya hak apapun terhadap mereka . pergilah ray! Jangan ganggu kami lagi!"

"Baiklah bu,aku akan pergi. Tapi izinkan aku me-Adzan kedua putraku bu ."

"Tidak perlu,ayahnya Alycka sudah melakukannya. Ayo dok kita pergi"

"Bu,aku mohon. Izinkan aku untuk me-adzankan mereka bu. Dan mencium mereka satu kali ini saja bu . aku mohon"

"Sambil tersungkur menyentuh kedua kaki ibu dan menangis ray me mohon kepada ibu. Akhirnya ibu merasa kasihan kepadanya. Dan ibu izinkan dia untuk me-adzankan kedua putramu" jelas ibuku tentang drama yang terjadi antara ibu dan mas Ray.

Aku hanya mematung. Dan kembali sendu. Tidak terasa air mataku mengalir. Harus Bahagiah-kah atau iba-kah aku terhadap cerita itu ? . | Cerpen Kehidupan Hanya Jejak Setapak Kelam Yang Berbekas Part 3

Haaa. Aku benci . Benci dengan diriku. Yang sama besar mencintaimu mas Ray. Naif sekali !

- Bersambung -