Gaya Sok Cool Seperti Freezer Es Lilin

Dari dalam kamarnya, nampak Patrick sedang merenggangkan jari. Bunyi gemeretaknya memantul di sudut-sudut kamar. | Cerpen Lucu Gaya Sok Cool Seperti Freezer Es Lilin

DI depannya beretengger sebuah laptop. Ide baru yang masih hangat seolah baru dikeluarkan dari oven segera dipindahkan ke layar persegi panjang itu. Pemuda itu menjatuhkan pantatnya di kursi. Jemarinya bermain-main, melompat dari huruf ke huruf lain. Tanpa jeda, seolah apa yang ada dalam kepalanya sudah tersusun rapi hingga ending. Tak lupa, secangkir kopi yang berada di dekatnya disesap.

Patrick itu kadang sangat kejam. Ia siksa tokohnya dengan berbagai penderitaan. Salah satunya adalah tokoh bernama Frank. Di dalam cerita digambarkan, Frank adalah orang berwajah jelek dan dia sedang menjomblo. Suatu hari di sebuah gang yang sepi, ada seorang perempuan yang sedang diganggu oleh preman. Lalu Frank berusaha menjadi seorang pahlawan. Apa yang terjadi? Frank malah pulang membawa benjolan di kepalanya.

Tiba-tiba, hujan yang tidak sempat diprediksikan datang menerjang rumah Patrick. Petir menyambar di sana-sini. Sesaat pemuda itu memikirkan sesuatu di belakang rumah. Ah, tidak ada selembar pun kolor yang digantung di jemuran. Jadi, aman.

Patrick masih asyik dengan laptopnya. Seolah cuaca buruk tak mampu memadamkan semangatnya. Karena yang ada di pikirannya cuma satu. Sekali duduk, tulisan harus selesai. Kurang lebih seperti itu prinsip hidupnya di dunia literasi.

Petir kesekian puluh sekian menyelinap masuk ke kamar Patrick. Melewati jendela dan menyambar laptopnya.

"Eh, kodok copot!" Spontan Patrick berlisan.

Layar laptop pemuda itu mengeluarkan cahaya. Silau. Tiba-tiba Frank yang hanya digambarkan melalui kata-kata dalam cerita Patrick, muncul jadi kenyataan. Ia melucur, menubruk tubuh Patrick hingga kursinya jatuh.

"Ah sialan, loe. Penulis jahat. Masa nasib gue apes mulu, sih. Gak ada enak-enaknya," sembur si Frank. Muka jeleknya memerah. Menandakan betapa marahnya ia kepada penulisnya. Kerah baju Patrick ditarik-tarik.

"Sekarang loe rasain gimana hidup jadi gue," lanjut si Frank sambil melempar tubuh Patrick ke layar laptop.

"Uwaaaaaaaa!" Teriak si penulis terkenal itu. Ia merasa seperti sedang memasuki lorong waktu.Tubuhnya terseret-seret. Bagai dihisap oleh mesin vacuum cleaner raksasa. Di sekelilingnya ada huruf-huruf beterbangan. Ia masih belum memahami apa yang sudah terjadi selama 20 detik terakhir.

Kemudian lorong itu menunjukkan ujungnya. Sebuah lingkaran cahaya yang tak kalah terangnya dengan yang tadi. Lalu, sebuah pemandangan gang sempit yang sepi hinggap dalam pandanagannya. Patrick terjatuh dengan pipi lebih dulu. Suara gedebuknya lumayan. Cukup untuk mengagetkan si preman tadi. Patrick berusaha beradaptasi dengan apa yang baru saja menimpanya. Ini adalah dunia dalam cerita yang dibuat olehnya sendiri. Dan si preman dan perempuan yang diganggu itu adalah ciptaannya juga.

Saatnya bagi Patrick untuk menunjukkan kekuatannya. The Power of Saving Girl.

"Woy, lepasin cewek itu!" teriak si Patrick.

Sontak si preman menoleh. Dia kaget, orang yang semula adalah Frank sekarang berubah menjadi orang asing. Perasaan tadi wajahnya jelek, kenapa sekarang jadi biasa-biasa saja?

Terjadilah sebuah pertarungan yang sudah pasaran. Seorang lelaki ingin menyelamatkan perempuan. Si Patrick mengeluarkan tinjunya.| Cerpen Lucu Gaya Sok Cool Seperti Freezer Es Lilin

Lalu tendangan, lalu tinju lagi. Serangan-serangan mereka saling bertabrakan. Sedangkan si perempuan, ia hanya bisa mendoakan agar si Patrick baik-baik saja.

Gedebak gedebuk seperti film Jackie Chan. Setelah serangan kesekian, kaki Patrick berhasil mampir keras di pantat lawannya. Si preman terjungkang, terjatuh, lalu ia bangkit dan melarikan diri. Sempat pula menabrak tong sampah saking sulitnya menjaga keseimbangan.

"Terima kasih, Mas," kata si perempuan sambil mendaratkan ciuman di pipi. Kecupannya tidak terasa bagi Patrick. Namanya juga cerita fiktif.

Si Frank kesal atas kemenangan pemuda di dalam layar laptop tersebut. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali memasuki dunia tulisan fiksi itu. Ingin berurusan dengan Patrick. Frank menginginkan happy ending.

"Lah, loe lagi, loe lagi," celoteh Patrick. Baru saja ia mengatakan 5L.

"Heh, itu cewek punya gue," kata Frank yang baru saja muncul dari sebuah lingkaran bercahaya.

"Ambil, tuh. Gak ada rasanya," jawab Patrick. "Loe kan satu alam sama dia."

"Apa loe bilang? Gak berasa?" Si perempuan tersinggung. Langsung saja ia mengayunkan tas tangannya berisikan hape, laptop, dan benda berat lainnya ke wajah Patrick. Sekali lagi. Tidak terasa apa-apa. Gatal pun tidak.

"Kalau gitu, gue tendang lo balik ke dunia nyata," ujar Frank.

"Tidak perlu," sanggah Patrick, "biar aku saja yang pulang sendiri." Ia memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. Tiba-tiba ada bunga sakura berguguran entah muncul dari mana. Patrick membalikkan tubuhnya lalu berjalan perlahan seperti sebuah adegan film cinta segitiga, di mana ia ada di pihak yang mengalah. Sepasang sepatu pantovelnya mengetuk-ngetuk tanah. Padahal tadi waktu menulis di kamar tidur ia tidak beralas kaki alias 'nyeker'.

Sebelum menyentuh lorong yang menjembatani dua alam. Patrick menoleh, "jaga dia baik-baik" nada biacanya berubah. Sok bijak. Sok cool seperti freezer es lilin. Kata-katanya dibalas oleh acungan jempol dari Frank.

Cahaya itu perlahan membesar. Semakin terang. Lalu cahaya itu menelan tubuh Patrick hingga akhirnya meredup. Semakin meredup dan lenyap sudah. Meninggalkan sepasang sepatu pantovel yang ternyata tidak bisa dibawa pulang. Patrick sudah kembali menuju alamnya. Sedangkan Frank dan wanitanya hidup bahagia dan menikah.

Patrcik meluncur dari layar laptop dan mendarat di kasur.

Ia memeriksa kembali tulisannya. Ternyata sudah selesai hingga ending. Seperti sudah tertulis dengan sendirinya. Tinggal di-copy lalu paste. | Cerpen Lucu Gaya Sok Cool Seperti Freezer Es Lilin

Kesimpulannya adalah, selain pandai merangkai kata, ternyata Patrick jago berkelahi. Tidak bilang-bilang.