Dua Puluh Empat Jam Itu Namanya Hadiah

Seperti biasanya, aku memulai pagi ini dengan mengenangmu. Sejenak hening. Menutup mata. Merasakan kehadiranmu. | Cerpen Motivasi Dua Puluh Empat Jam Itu Namanya Hadiah

Aku jalani setiap hari dengan bahagia. Sederhana tanpa drama. Begitukan yang kamu pintakan? Hehe..

Zurich mulai hangat, musim semi. Kamu bisa melihat bunga-bunga tumbuh dan bermekaran. Kamu bisa bermain dengan nyaman di danau. Melihat bangau-bangau berenang hingga beterbangan.

Aku berjalan dan menikmatinya, menghirup udara dengan penuh kesadaran. Kamu ingat ketika kita jalan berduaan? Ya, Aku tertinggal hahaha.. Kamu yang senang sekali berjalan kaki. Aku yang lebih senang bersepeda. “aku adalah pejalan kaki yang tangguh” begitu katamu. “kamu harus menikmatinya bear, berjalan kaki itu bukan seberapa tangguhnya kamu. Tapi seberapa banyak kamu mengambil pelajaran atau makna dari sekitaran yang kita lewati ini” ucapku sebagai pembelaan atas lambannya aku berjalan.

“Kamu memang melankolis bear. Dasar melankolis.” Sambil tertawa aku mengatakan itu. Kamu ingat ini bear ? hahaha.. Aku selalu ingin tertawa jika mengingat kejadian ini. Kamu menangis haru membaca surat ayahku. Hanya selember kertas sudah cukup membuat mu sesegukan. Lalu kamu melempar tabung gambar kepadaku. Isyarat tak boleh lagi ada yang meledek. Hahaha..

Suatu ketika kamu yang amat menyesal karena tidak membeli ‘buras’ dari bapak penjual dipasar yang mengikuti lantas menawarkan dagangannya dengan wajah yang mengiris hati. Kamu mengadukannya kepadaku. Kamu menangis bear. Dan aku menyematkan gelar cengeng padamu. Lalu esoknya kita kembali. Untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan berbagi kasih pada si bapak penjual buras.

Masih dengan buras. Kamu begitu menyukainya. Dan aku? Aku tidak haha.. bagiku ‘buras’ itu nasi bungkus, bagimu ya buras. Enak. Selesai. Kamu tau kenapa aku menyebutnya nasi bungkus,sebab penjual dirumahku menjajakannya demikin. Nasi bungkus isi abon kelapa. Atau tumis oncom. Dipadukan dengan sambal. Hari ini penjualnya telah berpulang, padahal sudah seperti nenek ku sendiri. Penjual nasi bungkus yang melegenda itu tak tergantikan.

Jika kita makan atau jajan. Terlihat sekali perbedaannya. Kamu yang lebih senang memilih ‘kue-kue jadul’ dan aku dengan jajanan yang kekinian hahaha.. ketika gemblong vs cake begitu kiranya kiasan yang tepat hahaha..”kamu harus tau bhi, ini namanya jalabia” katamu menyodorkan. Kulihat bentuknya seperti donat. Berkuah gula merah. “Hiii itu pasti manis sekali, bikin giung”responku. Kamu tertawa,” jangan sambil lihat aku kalau makan ini. Nanti kamu makin giung” kamu tertawa lagi.

Mengenangmu itu tidak pernah ada habisnya. Membuat ku tersenyum hingga tertawa. Tingkah konyol kita itu sungguh menggelikan. Kita dua orang dewasa bergantian menjadi seperti anak kecil, demi menarik perhatian satu sama lain. hahahaha..

“Bhi, dua puluh empat jam itu namanya hadiah, maka berbahagialah” katamu. aku mengecup keningmu. Selamat tidur bear. | Cerpen Motivasi Dua Puluh Empat Jam Itu Namanya Hadiah

Aku akan berbahagia di duapuluh empat jam yang selalu kita lewati bersama. kini aku mampu untuk sadar-hadir utuh lantas melepaskan dan merelakanmu pergi.