Diberi Ujian Hidup Agar Aku Naik Kelas

Seperti ditampar keras, itu yang kurasakan, jantungku berdegup kencang, lalu melihat alasanku ditolak di Universitas impianku itu. | Cerpen Motivasi Diberi Ujian Hidup Agar Aku Naik Kelas

Nilaiku rata-rata 4,1 yang artinya 9, lalu kenapa aku ditolak?

Dan setetes air mata jatuh, saat membaca alasanku ditolak. Kembali aku memegang wajah yang sudah memerah, lalu menamparnya kuat.

"Penyakit sialan!" Umpatku.

Menjadi seorang Tour leader adalah impianku, ketika menginjak kaki di SMK dengan jurusan perhotelan, lalu ketika semuanya telah kurangkai di imajinasi dan ingin kunyatakan, kenapa semuanya hancur?

Lalu, ada notifikasi di fb, aku melihat, lagi-lagi aku menarik rambutku kasar, mengeram marah sekaligus kesal.

"Dunia Maya, dunia nyata, sama-sama ada masalah!" Pekikku keras.

Satu bulan yang lalu, Abangku yang di Bali mengirimku pesan, agar aku melanjutkan kuliah di Bali, dan akan dibiayai olehnya. Dan, kami merahasiakannya dari orangtua maupun sahabat, sebagai suprise ketika aku masuk universitas tersebut.

Tapi, ternyata kenyataan tidak seindah khayalan, dan semuanya sudah melebur jadi angan-angan.

Semua bermula ketika aku casual di hotel 3 tahun yang lalu, dimana di kota tersebut memiliki cuaca yang cukup ekstrim alias sangat dingin, aku terinfeksi di sana, dan terkena polip. Awalnya, aku biasa saja tidak menganggap itu serius tapi semakin lama, aku mulai merasakannya, aku sering sakit kepala, sering sesak nafas, dan ketika aku terkena matahari, wajahku langgsung memerah bagai tomat. Dan, itu bertahan selama beberapa hari.

"Fris, lu jangan minum es, entar polip lu kambuh!" Devi berseru padaku.

Aku terkekeh pelan, lalu mengangkat bahu tak acuh,"iya-iya," balasku.

Dan sekarang dokter mengatakan kalau aku kanker hidung?

"Kanker hidung? saya gak pernah denger tuh Dok!" Ucapku.

"Friska, awalnya kamu hanya sinus biasa, tapi karena kamu biarkan, penyakit kamu sudah merembet ke mata dan telinga."

Dan semuanya menjadi Dejavu.

Pertama, penglihatanku sering kabur.
Kedua, pendengaranku menjadi kurang.
Ketiga, selain lendir, darah juga keluar dari hidungku.

"Jadi, kamu mau operasi?"

"Apa tidak ada cara lain lagi Dok? saya takut dengan pisau rumah sakit," cicitku pelan.

"Ada cara lain, kamu harus bersedia melakukan penyedotan 3x sebulan."

Meski takut, aku mengangguk. Awalnya aku ngeri melihat jarum sepanjang jari manis itu, bagaimana mungkin jarum sepanjang itu bisa masuk ke hidungku?

"Diam, dan jangan goyang." Dokter berucap tegas padaku, karena aku bergerak gelisah.

Sakit. Itu yang kurasakan, tapi akhirnya aku terbiasa karena melakukan hal itu 3x sebulan. Karena itu, aku sering tidak hadir di kelas, teman-temanku juga bingung karena setiap hari aku membawa obat yang banyak, dan obat berbentuk sprai yang kusemprotkan ke hidung, jika polipku kambuh. Lalu, ketika aku mulai sehat, bodohnya aku yang kembali PKL ke kota yang memiliki cuaca dingin, dan penyakitku kembali kambuh. Bukannya diobati, aku tidak mengambil pusing dan berakhir dengan tuntutan dari orangtua agar aku operasi.

"Operasi jalan satu-satunya agar kamu sembuh!" Mama berteriak kencang padaku, aku meringis lalu memejamkan mata.

"Tapi Friska gak mau Ma," balasku ketika keheningan beberapa menit menemani.

"Ini demi kebaikan kamu Fris," Ucap Papa.

"Kalian semua gak mengerti!!" Teriakku, sebelum berlari ke kamar.

Kutuliskan sebuah status di Facebook.

Frustasi=Bunuh diri!

Banyak yang mengirimku pesan, banyak juga yang mengatakan aku becanda.

"Ahk gak penting!" Desisku.

Detik ini, aku berniat kabur, kularikan fotocopy KK, aku berniat membuat KTP sebelum melarikan diri keluar kota. Lalu, saat aku sampai di kantor Capil menunggu hingga 2 jam lamanya, dan terakhir aku dipanggil ingin berfoto.

"Dek, kamu kembali tanggal 2 mei kesini yah," ucapnya.

"Maksudnya Bu?" Tanyaku.

"Kamu belum 17 tahun."

Dan, kulihat semua orang melihatku, dengan pipi memerah aku pergi dari kantor Capil itu.

"Aku gak direstui kabur," gumamku.

Kabur itu mengerikan, dan sekarang aku kelaparan, aku tidak membawa uang yang cukup, ingin aku meminta bantuan teman-temanku tapi aku malu. Lalu, aku meminta tolong kepada Emak Resda, emak kece dari dunia Maya mengirimku uang lewat pulsa kepada pemilik warung yang sedang kududuki sekarang.

"Gila ajah lu kabur Fris!" Adelia berseru kencang padaku, di genteng rumahnya kuceritakan semua masalahku padanya. Aku pergi keluar kota, dan kabur kerumahnya.

"Gue gak mau operasi!" Seruku.

"Kabur dari masalah bukan cara yang baik Fris, selesaikan semuanya gue tau lu gadis kuat."

Diketerdiamanku, ingin sekali kakiku loncat, kuatatap batu-batu dibawah, lalu memasang wajah ngeri.

"Kalau gue bunuh diri, sakit gak yah? Iya kalau langgsung mati, gimana kalau gue pakek acara sekarat-sekaratan lagi? Ih! Gak elit banget!" Gumamku.

Banyak sekali notif dari fb, wa, mengatakan supaya aku kembali ke rumah, berhenti bertingkah bodoh dan sebagainya. | Cerpen Motivasi Diberi Ujian Hidup Agar Aku Naik Kelas

Sebagian ku read, sebagian ku balas.

(Friska pernah ujian?) Masuk pesan dari Om Arya.

(Pernah Om) balasku.

(Kalau mau naik kelas, artinya kita harus melewati ujian kan? Ngerti ucapan oom kan?) Kupejamkan mataku pelan.

(Paham om)

(Jangan bertingkah bodoh, pulang ke rumah, dan tenangkan diri)

Lagi, air mataku meluncur bebas, Om Arya hanya seseorang yang kukenal dari dunia Maya, selalu mendukungku, memberiku motivasi agar aku menjadi gadis yang kuat.

Selain itu ada Emak Wahyuni, Bunda Ifa, kak Kiki, Satria, Asta, bang Arul yang sayangnya udah tutup akun, aku bakal kangen Abang. Dan masih banyak lagi, yang memberi aku motivasi, membakar semangat dalam diri. Ternyata meski hanya kenal lewat dunia Maya, mereka sangat baik.

Lalu masuk pesan Vano, aku tersenyum semoga dengan kedatangan sahabatku ini, satu persatu masalahku kelar.

Kalian tau perpaduan masalah yang lengkap yang kualami?

Pertama aku ditolak di universitas impianku. Kedua, penyakitku kambuh, ketiga masalah dunia Maya, keempat sahabat-sahabatku semua pergi dengan alasan kuliah, kelima, ternyata Vano kecelakaan, dan keenam, ketika aku menyukai seoarang pria dari dunia Maya, dan juga tidak mempercayaiku.

Disini, tepat di hati sakit.

"Fris, Abang lu dateng!" Teriakan Adelia, membuyarkan lamunanku sekaligus acara nangis-nangisku.

"Friska, Ayuk pulang." Nada dingin yang keluar dari bibir Abangku, mampu membuatku merinding.

"Del, gue pamit dulu."

"Iya, gue harap masalah lu cepet kelar Fris, titip salam sama Abang lu." Dia terkekeh.

Sialan!

Sesampainya di Rumah, aku masuk ke kamar tanpa ucapan sepatah katapun. Kudengar Mama berseru padaku dari luar.

"Mama tunggu, sampai kamu mau operasi Fris!"

Di kamar ini, aku terduduk, kuambil Alkitab, lalu salib kuletakkan diatasnya. Kusentuh salib itu, lalu kupejamkan mata.

"Bapa, kuserahkan semua masalahku kepadamu, hidupku, hamba tau Bapa tidak buta, tolong beri hamba jalan, dalam nama anakmu Tuhan Jesus Kristus, hamba berdoa dan mengucap syukur. Haleluya, amin."

Saat mengecek ponsel, hatiku kembali terluka saat melihat Om Arya tutup akun.

"Oh God," gumamku.

Kulihat pesan yang dikirimkan Vano padaku.

(Fris, masalah udah kelar. Maafin gue, karena gue juga sedang dalam kondisi tidak baik, gue akan kembali tutup akun, nanti gue bakal balik kalau udah benar-benar bisa jalan, Syaloom.)

Bersyukur, hanya itu yang kulakukan. Setelah dari kemarin-kemarin aku cukup tertekan, akhirnya masalah dunia Maya sudah kelar.

Lalu, saat mataku membaca komentar di postingan Om Jev, tertarik pada komen.

(KTP kan bisa ajah dipinjam Mbah, haha)

(Lagian, kok bisa mereka kompakan sakit gitu?) Ku check akunnya, dan kami tidak berteman. Stalker yang hebat kakak.

Banyak komentarnya dengan nama sama, ku ss komentarnya, jujur! Aku sudah lelah, untuk menjadi pribadi yang dewasa, kau tak perlu mengambil hati ucapan mereka Friska! Lalu, ada juga yang menuduh aku playgiat,"saya hanya menyadur cerpen itu kak, dan diatas sudah saya sertakan note bahwa itu saduran, lagian cerpen itu terkenal, dan tidak mungkin admin asal approve bukan? Balasku. tapi tampaknya yang stalker tadi kembali ikut komentar "Woah sama lagi." Tidak lama kemudian penulis aslinya memberi komentar bijak.
"Saya sangat senang, jika ada yang membuat cerita karena terinspirasi dari tulisan saya "

Dan see! Tidak ada lagi komentar dari mereka.

Kembali ke masalah Dunia nyata, setelah berbicara kepada Tuhan, aku tau apapun itu, aku tidak mau bertingkah bodoh lagi.

"Besok Friska jadi operasi Ma," ucapku.

Sontak Mama, Papa, menatapku.

"Ada kabar baik Fris," ucap Papa.

"Puji Tuhan, kamu gak jadi dioperasi, tapi kembali penyedotan kayak dulu, tapi kamu juga harus ikut pengobatan alternatif."

Tidak tau perasaanku seperti apa, Tuhan sudah membalas semua doaku. Bener kata Om Arya, "Tuhan memberiku ujian, agar aku naik kelas." | Cerpen Motivasi Diberi Ujian Hidup Agar Aku Naik Kelas