Di Satu Hati Ternyata Terdapat Dua Cinta Part 4

Impian terindah bagi seorang wanita adalah menikah dengan orang yang dicintainya. Tapi Arnetha harus mengubur dalam-dalam impiannya itu. Karena Aji pun telah pergi meninggalkan Arnetha. Pada malam itu, Arnetha menerima lamaran dari Ardy. | Cerpen Cinta Di Satu Hati Ternyata Terdapat Dua Cinta Part 4

Laki-laki yang Ayahnya pilihkan sebagai pendamping hidupnya.

“Kamu yakin dengan keputusanmu, Tha?” tanya Mita sambil menatap ke arah jendela.

“Mungkin ini sudah jalan takdirku, Mit. Mencintai tidak harus memiliki, orang tua dulu juga bilang, cinta bisa tumbuh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu dan pertemuan,” ucap Arnetha.

Waktu yang telah ditentukan pun tiba. Arnetha duduk di pelaminan bersama orang asing yang baru saja ia kenal dan saat ini dia harus memanggilnya dengan sebutan suami.

Senyum yang tersungging di bibir Arnetha yang seolah dipaksakan tidak sedikitpun mengurangi kecantikannya malam itu. Dengan berbalut kebaya berwarna ungu dan rangkaian bunga melati di rambutnya semakin tampak anggun Arnetha malam itu.

***

“Kamu adalah wanita paling bodoh yang pernah aku temui!” ucapan itu terlontar dari mulut Ardy.

Arnetha yang duduk di tepian ranjang hanya bisa menunduk dan terdiam.

“Kalau kamu menolak perjodohan ini, semua tidak akan terjadi!” sekali lagi Ardy berteriak penuh amarah di hadapan Arnetha.

“Lalu, kenapa kamu juga tidak berusaha menolak perjodohan ini?” akhirnya Arnetha membuka suara meskipun pelan disertai isak tangis.

“Orang tuaku tidak akan membatalkan perjodohan kalau bukan kamu yang meminta!” jawab Ardy masih dengan amarah dan wajah memerah.

Seketika tangis Arnetha pun pecah, tapi itu tidak membuat Ardy meredakan amarahnya.

“Nggak ada gunanya menangis, semua sudah terlambat, toh sekarang aku tidak bisa lagi menikahi Nindy, orang yang kucintai selama ini,” tukas Ardy.

“Tapi kamu harus ingat, jangan berharap banyak dariku untuk melakukan tanggung jawabku sebagai suami, karena aku tidak pernah mencintaimu dan tidak akan pernah!” Ardy menegaskan.

Ucapan yang terlontar dari mulut Ardy seolah sebilah pisau yang menyayat hati Arnetha. Pernikahan yang diharapkan membahagiakan ternyata hanya bagai neraka. Pengorbanan Arnetha tidak berarti apa-apa untuk Ardy.

Tak ada seorang pun yang tahu tentang kisah pernikahannya, termasuk ibunya, ayahnya dan Mita. Arnetha mampu menyembunyikan semua kisah sedihnya sendiri.

***

Satu tahun sudah berjalan, Ardy masih tetap sama. Dia masih menjalin hubungan dengan Nindy.

“Tha, udah lama ya kita nggak jalan ke mall kaya gini,” ucap Mita.

Arnetha hanya mengangguk dengan senyum tipis tersungging di bibirnya.

“Sejak kamu nikah aja kayanya ya, Tha?” Mita masih terus mengoceh.

“Eh, tunggu, Tha! Itu bukannya Ardy ya? Itu suami kamu kan, Tha?” Mita menunjuk ke suatu arah tepat di depannya.

Arnetha menoleh dan pandangannya tertuju pada arah yang Mita tunjuk. Arnetha hanya diam kemudian tertunduk.

“Jalan lagi yuk, Mit!” ajak Arnetha sambil menggandeng tangan Mita.

Seperti gemuruh dalam dada Arnetha, keringat bercucuran padahal ia ada di ruang ber-AC saat itu, matanya pun memerah. Arnetha tak sanggup menyembunyikan lagi bagaimana kondisi hatinya saat itu.

Mita menarik Arnetha ke dalam toilet, karena suara Mita tak mampu menandingi bisingnya suara musik di mall itu.

“Benarkan yang sama perempuan tadi itu Ardy, Tha?” tanya Mita.

Arnetha hanya mengangguk lalu memeluk Mita erat. Air mata yang ditahannya sejak tadi tak sanggup lagi terbendung.

“Siapa perempuan itu, Tha?” tanya Mita lembut sambil membelai rambut Arnetha yang panjang.

“Dia pacar Ardy, sejak sebelum menikah denganku, Mit,” ucap Arnetha terbata-bata.

“Mereka masih berhubungan? Meskipun Ardy sudah menikah dengan kamu, Tha?” tukas Mita penuh selidik.

Arnetha hanya mengangguk dan tenggelam dalam isak tangisnya.

***

Obrolan mereka berlanjut di rumah Arnetha. Melihat kondisi Arnetha yang sangat tertekan membuat Mita memutuskan untuk mengantarkan Arnetha pulang.

“Ardy tidak pernah mencintaiku, Mit. Pernikahan kami hanya di selembar kertas,” jelas Arnetha.

“Jadi, selama ini kalian…,” Mita tak meneruskan ucapannya.

“Kami satu rumah, tapi kami punya kehidupan masing-masing. Aku mohon ya, Mit, jangan sampai ayah dan ibuku tahu tentang masalah ini,” pinta Arnetha.

Tiba-tiba handphone Mita berdering. Mita melihat layar handphonenya, ada nama yang sangat ia kenal.

“Aji…,” ucap Mita kaget sambil menatap Arnetha.

“Halo, Ji,” sapa Mita. | Cerpen Cinta Di Satu Hati Ternyata Terdapat Dua Cinta Part 4

“Halo, Mita, aku lagi di Indonesia nih, ketemuan yuk!” ucap Aji di ujung telpon.

“Iya, Ji, kabarin lagi kapannya ya, kalau sekarang aku nggak bisa,” jawab Mita.

Setelah itu telpon pun ditutup.

“Aji udah balik, Tha” Mita berbisik.

“Janji jangan cerita apapun pada Aji ya, Mit!” pinta Arnetha.

“Besok aku janji ketemuan sama Aji, kamu mau ikut nggak?”

“Lihat bagaimana besok ya, Mit, aku nggak bisa janji, nanti aku kabarin kamu lagi,”

***

Pertemuan kembali setelah sekian lama berpisah dengan Aji membuat Arnetha tidak bisa tidur. Terkenang masa-masa masih bersama Aji. Ada rasa khawatir bercampur aduk dengan rasa senang. Arnetha tidak sanggup berharap banyak karena saat ini kondisinya sudah berbeda. Statusnya sudah menjadi istri sahnya Ardy.

Di sebuah kafe mereka bertemu, menumpahkan semua cerita penuh kenangan dan melapas rindu. Masih ada tatapan yang sama dari Arnetha terhadap Aji. Hampir 2 jam sudah mereka lewati, ngobrol panjang lebar, becanda dan tertawa.

“Aku pamit pulang duluan ya, Mit,” ucap Arnetha disela obrolan.

“Iya, aku juga mau pergi, Tha, ada janji sama ibuku,” sambut Mita.

“Ya udah kalau gitu, kuantar kalian yuk!” tawaran Aji.

“Nggak usah, Ji. Aku kan beda arah, kamu antar Arnetha aja,” Mita menolak.

Arnetha tampak bingung, matanya melirik ke arah Mita kemudian ke arah Aji.

“Nggak usah, Ji. Aku pulang sendiri aja,” jawab Arnetha gugup.

“Aku antar aja ya, Tha. Sudah mendung, nanti kehujanan bagaimana, aku antar kamu sampai rumah, biar aku juga tahu rumah kamu yang sekarang, Tha,” pinta Aji.

Kali ini Arnetha tak sanggup menolak permintaan Aji. Mereka bertiga berjalan menuju parkiran mobil. Lagi-lagi Arnetha harus menyaksikan pemandangan yang menyakitkan, kenyataan yang tak pernah dia harapkan. Di seberang kafe, tepatnya di sebuah boutique, dia melihat Ardy bersama Nindy. Bergandengan tangan mesra, Nindy bergelayut manja pada pundak Ardy.

Arnetha terpaku sesaat, meskipun dia tidak pernah mencintai Ardy, namun menyaksikan kenyataan tentang suaminya sungguh membuat Arnetha sakit hati. Aji yang memahami perubahan raut wajah Arnetha pun berusaha memastikan bahwa apa yang mereka lihat memang benar.

“Ardy, Tha!” celetuk Mita.

Mata Arnetha memerah, senyuman yang baru saja merekah lenyap seketika, Arnetha gugup.

“Ardy? Ardy suami kamu, Tha?” Aji menegaskan.

Mita mengangguk.

“Siapa perempuan itu, Tha?” tanya Aji penasaran.

“Itu pacarnya, Ji,” sambut Mita cepat.

“Mit…,” Arnetha mencegah Mita untuk bicara panjang lebar.

Aji langsung naik pitam, dadanya bergemuruh. Seolah merasakan apa yang Arnetha rasakan saat itu.

“Dia harus diberi pelajaran!” gumam Aji sambil melangkah menuju seberang jalan.

“Jangan, Ji, aku mohon, biarkan saja. Aku sudah tahu semuanya, hubungan mereka sudah lama, seja sebelum menikah denganku. Biarlah ini menjadi urusanku, Ji, aku mohon!” pinta Arnetha memelas sambil menarik lengan Aji.

Mita berpisah di parkiran, sedangkan Aji mengantar Arnetha pulang dengan mobilnya. Sepanjang perjalanan hanya isak tangis Arnetha yang terdengar.

“Kamu mencintai Ardy, Tha?” tanya Aji pelan.

Arnetha hanya tertunduk diam tanpa jawaban.

“Aku masih mencintai kamu, Tha,”

lanjut Aji sambil menoleh ke arah Arnetha. |Cerpen Cinta Di Satu Hati Ternyata Terdapat Dua Cinta Part 4

~ Bersambung ~