Dari Kantong Kresek Pindah Karung Goni

Teman-teman tahu dengan istilah El-Clasico? Untuk yang laki-laki, biasanya tahu ya. Tapi untuk perempuan, nah mungkin belum banyak yang tahu. | Cerpen Kehidupan Dari Kantong Kresek Pindah Karung Goni

Baik, untuk yang belum tahu apa itu El-Clasico, El-Clasico adalah dimana jika dua club sepakbola terbesar di liga Spanyol berhadapan; Real-Madrid dan Barcelona. Dua club ini adalah rival abadi. Begitulah kira-kira. Dan saya kira semua orang yang menyukai sepak bola definisinya tentang El-Clasico akan serupa dengan saya.

Dulu, saya ini penggemar Barcelona. Penyebabnya, tentu ada sesuatu yang membuat saya kagum di sana. Selain gaya permainan tiki-taka, tidak salah lagi, saya sangat menyukai Leonel Messi, karena skill driblingnya yang di atas rata-rata serta kecerdasan dia saat berada di atas rumput hijau.

Nah menyukai gaya permainan tiki-taka tentu ada alasan pula. Dulu saya ini bisa dibilang gamers. Salah satu game yang wajib adalah, ya sepak bola. Bermain dengan gaya tiki-taka bagi saya seru sekali. Kenapa seru? Panjang kalau saya jelaskan alasannya. Pokoknya ada alasannya. Dan itu tidak begitu penting jika saya paparkan di sini. Singkatnya, tiki-taka itu bagi saya terlihat sangat terencana. Jadi kalau sampai mencetak goal, itu kerasa banget.

Intinya, jika kita suka terhadap sesuatu, tentu harus ada alasannya. Dan ketika tidak suka, tentu ada alasannya pula. Saya kira kita semua sepakat tentang ini. Tinggal lagi, alasan suka dan tidak suka itu apakah positif atau malah negatif? Jeng jeeeeng!

Maksudnya bagaimana?

Begini,

Saya sangat menyukai Messi ketika dia berlaga di lapangan. Dan tidak begitu suka dengan Ronaldo ketika di lapangan. Walau keduanya sama-sama hebat. Tetapi jika di luar lapangan, saya jauh lebih menyukai Ronaldo dibanding Messi. Karena Ronaldo sangat peduli terhadap kemanusiaan. Sedangkan Messi tidak.

Dapat dipahami? Ya, begitulah contoh jika menyukai sesuatu secara dewasa. Menyukai sesuatu karena alasan yang positif.

Tapi saya mengaku. Dulu saya juga pernah menjadi fans yang buta dan sangat kekanak kanakan. Tak peduli negatif atau positif, pokoknya suka saja.

Contohnya begini, ketika ada pemain Barcelona melakukan pelanggaran dan kecurangan, saya tidak terganggu dengan hal itu. Bahkan senang dan membela mati-matian pemainnya walau saya tahu dia salah.

Sebaliknya ketika Real Madrid melakukan kecurangan, saya protes sekeras-kerasnya. Mau sekotor apa cara Barcelona menang, yang penting Barcelona. Dan mau sebersih apapun kemenangan Real Madrid, pokoknya seharusnya yang menang tetap Barcelona.

Nyambung, ya. Alhamdulillah.

Nah begitulah saya terhadap pemerintahan yang sekarang. Menyukai jika positif, tidak suka jika negatif. Saya beri contoh, dan contoh ini adalah fakta:

Saya sangat suka sikap pemerintah terhadap keputusan Donald Trump tentang ibukota Israel tempo hari. Saya dukung sikap itu sepenuhnya.

Tetapi untuk tenaga kerja asing yang berbondong-bondong masuk ke Indonesia, sedangkan dulu janji kampanye adalah menciptakan sepuluh ribu lapangan kerja, saya ini kekanak-kanakan kalau tetap membenarkan ini. Saya ini buta kalau tetap menyukainya. Paham, ya.

Sengaja soal tenaga kerja yang saya angkat. Karena lagi hangat. Jejak digital masih wara-wiri. Jadi tidak susah kalau ada yang mau minta bukti. Karena untuk sebagian orang yang mempunyai sifat congkak, bagi mereka apa yang saya sampaikan ini adalah hoax.

Silakan saja mengapresiasi prestasi pemerintah. Tapi jangan bela kebijakannya yang membuat rakyat susah. Ini baru dewasa.

Ada yang berkomentar ke salah satu posting saya,

"Anda ini hanya melihat keburukan pemerintah tetapi tidak melihat kebaikannya. Itu egois!"

Saya jawab, "Baik. Anda yang tidak egois. Coba sebutkan kebaikan pemerintah dan kekurangannya. Biar saya bisa jadikan perbandingan."

Dia tidak bisa menjawab. Bukankah ini lucu? Begitulah. Nah satu lagi! Biar bagaimanapun, ini adalah tulisan. Beda penulis, beda gaya. Kalau Anda tidak suka dengan isinya, maka kritik saja tanda bacanya. Ajari saya cara menulis yang benar. Dan jangan debat tentang isi. Mending buat saja posting tandingan yang lebih berisi. Biar capeknya sekalian.

Satu lagi satu lagi! Di awal saya ambil perumpamaan El-Clasico, itu tidak ada kaitan dengan rival saat ini. Untuk presiden nanti, yang paling baik agamanya, itulah yang saya pilih. Selain pengalaman, harus lancar berbahasa asing. Biar naik derajat Indonesia. | Cerpen Kehidupan Dari Kantong Kresek Pindah Karung Goni

Kalau bisa tidak hanya bahasa inggris saja. Bahasa lain juga. Apalagi kalau Al-Qur'an ada di kepalanya. MasyaAllah.

Baik. Saya tutup dengan cerita Umar Ibn Khaththab RA.

Dulu, Umar Ibn Khathab sering melakukan blusukan ke daerah terpencil. Salah satunya, setiba di sana, raja yang adil ini mendapati suara anak kecil menangis disuatu rumah. Sedangkan ibunya sibuk memasak di luar rumah.

"Boleh aku mendekat?" tanya Umar.

"Jika kau bermaksud baik." Jawab wanita itu.

Umar mendekat lalu langsung menanyakan hal yang sedari tadi mengganggunya,

"Kenapa anakmu menangis tak berhenti?"

"Dia kelaparan." Jawab wanita tanpa menoleh, sibuk mengaduk sesuatu yang sedang ia masak.

"Apa yang kau masak?" Tanya Umar lagi.

"Aku memasak batu."

Umar keheranan. Sebelum ia bertanya wanita itu menjelaskan,

"Aku memasak batu untuk menghibur anakku. Nanti jika dia lelah menangis, dia akan tertidur. Hanya itu yang bisa kulakukan. Dan demi Allah! Aku akan membuat perhitungan terhadap Umar di hadapan Allah."

Umar ketakutan, "Kenapa kau melakukan itu?"

"Karena dia tidak mempedulikan kami."

"Bagaimana Umar tahu kalau keadaanmu begini?" Tanya Umar.

"Seharusnya dia tahu. Karena dia adalah khalifah."

Wanita ini tidak tahu wajah Umar, yang ia tahu ia adalah rakyatnya. Apa yang dilakukan Umar? Umar langsung kembali ke baitul mal, memikul sendiri sekarung gandum, membawa sendiri ke tempat wanita tadi, membantunya memasak hingga anaknya makan dan kenyang. Dan yang mengagumkan adalah, Umar tidak mengaku kalau dia adalah Umar.

MasyaAllah, begitulah Umar. Yang dia cari adalah perhatian Allah, bukan manusia. Inilah blusukan. Dan inilah pencitraan. Pencitraan yang ditujukan kepada Allah, sehingga kita bisa tahu peristiwa ini walau sudah seribu empat ratus tahunan lamanya.

Demi Allah, jika terpilih Presiden baru, yang itu adalah pilihan saya, namun dia tidak menepati janjinya seperti saat ini, maka yang saya lakukan adalah sama. Persis seperti saat ini. Tidak peduli walau dulu saya pilih. Apalagi tidak.

Ngomong-ngomong, kira-kira apa yang akan disampaikan calon-calon Presiden tentang janji kampanye?

Saya membayangkan, untuk yang belum pernah berjanji, ya maka dia akan berjanji tentang program-programnya. Nah untuk yang sudah pernah berjanji tetapi ingkar janji, mau janji apa lagi?

"Kami berjanji akan menepati janji kami yang dulu."

Masa begitu?

Bisa jadi nih ya, kalau begitu kejadiannya, nanti kantong kresek kehabisan stok. Dan orang-orang beralih ke Karung Goni. | Cerpen Kehidupan Dari Kantong Kresek Pindah Karung Goni