"Iya....aku Khalid, kenapa kamu nangis? Sudah.......ya, sudah aman.Aku Khalid calon suamimu sudah menyelamatkanmu."
Dia berhenti menangis dan langsung menatapku tajam, aku jadi ngeri.
"Kenapa?"
Aku bertanya sambil berdiri karena kakiku sudah mulai pegal, dia mengikui berdiri.
"Apa tadi kamu bilang?" | Cerpen Cinta Cowok Misterius Itu Mau Menjadi Pacarku Part 11
"Kita ke mobil saja dulu ya, nanti aku jelaskan semuanya. Gak enak kelamaan di sini banyak jin yang berbisik."
"Maksudnya?"
"Ada jin yang minta aku memelukmu lho."
"Itu....bukan jin tapi Khalid bernafsu."
"Hehe.....ayo."
Kami berjalan bersisian menuju mobil. Senja sudah mulai turun, semburat merah saga tampak jelas di ufuk barat sana. Sesekali aku melihatnya, nampak kegelisahan di wajahnya.
Dia berjalan dengan memasukkan tangannya di kedua kantong jaketnya, wajahnya menunduk tanpa kata. Akupun diam mengiringinya.
Paman Sam sudah menunggu di mobil ketika kami sampai. Aku mengambil kaos yang sengaja aku bawa jika bepergian. Kemejaku penuh dengan debu dan lumpur untung warnanya coklat. Aku memintanya menunggu di luar sebentar sementara aku di dalam mobil ganti kaos.
"Laki-laki tadi terobsesi banget sama Mbak Shafi .....Den. Ternyata dia juga lagi mabuk. Temannya tadi datang menjelaskan semuanya dan membawanya pulang. Alhamdulillah Mbak Shafi selamat. Maaf ya...Den Bapak tidak mengizinkan dibawa ke kantor polisi karena urusannya pasti lebih panjang."
Cerita paman Sam setelah mobil berjalan.
"Alhamdulillah. O...begitu. Terima kasih Paman, mudah-mudahan hukuman tadi cukup mbuatnya jera."
Aku menjawab singkat, karena aku lebih fokus ke dia yang saat ini diam saja.
Hp ku bergetar, aku lihat telpon dari Bapak.
"........"
"Alhamdulillah berkat doa Bapak dan semuanya, Shafi sudah aman sama saya. Silahkan kalau Bapak mau bicara."
Aku serahkan hp nya, dia agak terkejut. Aku meliriknya, dia tidak banyak bicara ketika telpon. Kemudian menyerahkan hp nya padaku dan sudah mati. Aku langsung kirim wa ke bapak.
Aku melihat ke samping, dia masih diam memperhatikan jalan, tubuhnya yang dibalut gamis warna biru toska dan jaket almamater serta jilbab putihnya terlihat lesu. Kepalanya disenderkan ke kaca mobil. Aku sedih melihatnya.
"Bapak ngomong apa? Kok kamu jadi diem saja dari tadi? atau kamu sakit?"
"Bapak....Bapak bilang, dia sudah ambil keputusan."
"Terus?"
"Bapak.......milih....Akbar sebagai calon suamiku?" Dia mengusap matanya yang mulai basah oleh air matanya.
"Terus masalahnya apa? Bukannya kamu sudah pasrahkan sama Bapakmu?"
"Iya....sih,tapi......." Aku sengaja menunggu jawbannya.
"Tapi...aku di sini bersamamu," tiba-tiba dia menghadap ke arahku. "Aku baru ingat, yang malam itu menyelamatkan aku juga kamu kan? Pak.......Sam, bener kan?"
Dia beralih milihat Pak Sam. Aku tersenyum, menatapnya sebentar dan geleng-geleng kepala. Pak Sam menoleh sebentar mengangguk dan fokus nyetir lagi.
""Masak kamu gak kenal sih, sedih banget aku tidak dikenali. Waktu brewokan dan gondrong saja kamu kejar-kejar penasaran."
"Iya maaf, aku ketakutan malam itu, terima kasih ya Pak Sam..."
"Pak Sam doang?"
"Gak...lah kamu juga." Dia tersenyum malu.
"Jadi kamu calon suaminya Akbar?"
"Maaf ya, terima kasih untuk semuanya. Aku tidak bisa menepati janjiku saat di belakang sekolah. Allah berkehendak lain.
"Oh.....gitu." Aku hanya menjawabnya santai.
"Kok kamu biasa saja sih? berarti bener kan yang di belakang sekolah itu hanya bercanda?"
"Terus aku harus bagaimana? menangis meronta-ronta, memohon -mohon, gitu?"
"Perjuangin aku kek, katanya kamu mau berjuang buat aku? Tadi bilangnya calon suami? Kenyataannya begini doang." Dia jadi cemberut diam dan kembali menatap ke luar.
"Kamu itu kadang-kadang memang gak cerdas, kebanyakan menganalisa rumus jadi lupa menganaisa kehidupan."
"Maksudnya?"
Pikir dulu kalau sudah ketemu baru bicara lagi, aku memejamkan mata pura-pura tidur, badanku mulai terasa sakit dan pegal. Lumayan juga tadi pukulan orang itu. Kepalaku ada yang terasa perih.
"Masya Allah......"tiba-tiba dia menarik kaosku, tubuhku yang lemas menabraknya. Seperti ada sengatan jadinya.
"Apa.... sih? Pelan-pelan dong." Aku melihatnya sambil meluruskan tubuhku lagi.
"Eh.....iya maaf. Kok Bapak tahu sih kalau aku kena musibah? terus kenapa Bapak telpon kamu?"
"Terus? Analisa lagi baru dua analisanya."
"Bapak bilang sudah percaya sama Akbar karena sering menjagaku dan menyelamatkanku padahal yang pernah menyelamatkanku itu kamu. Berarti......"
"Ya...... terus....dikit lagi nona."
"Akbar itu Khalid."
Dia berkata pas mobil berhenti di depan sebuah masjid. Azan mgrib berkumandang. Paman Sam yang sudah lama menjadi sopir kantor paham dengan kebisaanku. Dia akan segera mencari masjid jika sudah mendekati waktu Sholat. | Cerpen Cinta Cowok Misterius Itu Mau Menjadi Pacarku Part 11
"Kita magrib dulu ya? Masih kuat jalan kan?"
Padahal sebenarnya aku yang merasa lemes.
Padahal sebenarnya aku yang merasa lemes.
"Jawab dulu."
"Habis Magrib ya."
"Aku lagi gak sholat."
"Paling tidak cuci muka biar seger."
- Bersambung -