Bukan ditinggalkan keluarga. | Cerpen Sedih Cintaku Hanya Sampai Diujung Rindu Part 5
Teman atau kekasih yang menjadikanmu sepi,
karena kesepian sesungguhnya adalah saat kau tak bisa mendengar tangis hatimu serta tak peduli sesamamu.
karena kesepian sesungguhnya adalah saat kau tak bisa mendengar tangis hatimu serta tak peduli sesamamu.
Senja yang turun memberi warna jingga pada tepian pantai Nongsa. Khai baru saja menyelesaikan lagu terakhirnya diatas podium Teras café yang menghadap tepat ke bibir pantai. Sorak sorai pengunjung yang menikmati alunan gitarnya menutup penampilan Khai sore itu. Beberapa gadis menghampiri Khai meminta tanda tangan atau sekedar swafoto berdua idola mereka. Biasanya Khai dengan sangat ramah meladeni mereka dengan sepenuh hati.
Tak jarang bahkan ia memberi cipika cipiki pada fansnya yang mayoritas usia remaja. Satu ciuman di kiri kanan pipi mereka sudah membuat hati melambung tinggi. Bukankah aktualiasasi dan eksistensi bagi anak zaman now jauh lebih penting dari berkarya membuat prestasi, karena eksis bagi mereka adalah bagian prestasi, meski eksisnya hanya sekedar swafoto bersama idola mereka.
Khai ingin segera keluar dari hingar bingar cafe yang sebulan ini sudah mengikatnya dengan kontrak manggung di setiap penghujung pekan. Sejak launching album perdananya dua bulan lalu, jadwal manggung Khai semakin padat. Namanya semakin dikenal, baik di dunia maya maupun di dunia nyata.
Awalnya ia sangat menikmati masa disanjung, dirindukan dan diperhatikan. Setiap status yang ia update di medsosnya baik facebook, instagram, path ataupun twitter semua berbalas ratusan bahkan ribuan jempol dan komentar. Bahkan tak jarang menuai kedekatan dengan beberapa fans yang berlanjut di inbox hingga ke line dan watsap. Meski begitu lelaki berambut legam lurus itu masih mampu menjaga jarak agar tidak sampai pada hubungan lebih dalam. Godaan dari para gadis yang mengaku fansnya ia nikmati saja untuk mengisi kesendiriannya. Meski tak satupun mengobati rindunya. Ya, ia akui masih merindukan Kekasih, Kekanya. Rindu yang merajam malam-malamnya. Hingga akhirnya terasa euforia dielu-elukan para penggemar itu tetap tak bisa mengobati sakit didera rindu.
Khai bergegas keluar dari Teras Café dengan menenteng gitarnya. Langkah diayun cepat menuju parkiran motor di sisi café yang menghadap pantai tercantik di kotanya itu. Tak ia hiraukan lengkingan suara Gayatri memanggilnya. Gadis yang juga kerja part time sebagai penyanyi di café itu memang sudah seminggu ini nampak jelas menyukai Khai. Jadwal manggungnya berbeda dengan Khai, tapi ia selalu ada seminggu sekali menyertai Khai kapanpun lelaki itu manggung.
Gadis berjilbab pendek itu mengejar Khai.
“Baaang … Abang!” Gayatri berteriak.
Khai sudah duduk di atas motor besarnya. Di bahunya tersandang gitar listrik Ibanez kesayangan. Gayatri tak ingin kalah cepat, pergelangan tangan Khai di cengkeramnya.
“Tunggu, Bang. Aku dari tadi udah nungguin Abang, sampe bolos kuliah demi ketemu Abang.”
“Sorry, Gay. Gue buru-buru. Ntar lagi ngobrolnya ya.” Kay menukas cepat.
“Inbox Gay ngga dibaca. Watsap juga. Abang sombong,” Gadis berwajah oriental itu merajuk.
“Sorry. Hp ngehang Gay. Kebanyakan digangguin fans,” Khai nyengir tanpa rasa bersalah, “talk to you later, okay.” Khai tersenyum dengan mata berkedip satu, genit. Lalu dengan satu gerakan menarik gas motornya, meninggalkan Gayatri yang masih termangu menatap punggung Khai menjauh.
Gayatri sangat tahu bahwa HP ngehang itu hanya alasan lelaki saat ingin menghindari komunikasi dengan perempuan. | Cerpen Sedih Cintaku Hanya Sampai Diujung Rindu Part 5
Alasan yang mudah sekali diterima, meski tetap saja basi.
Gayatri menghela nafas panjang, ia tak mengerti mengapa tetap saja hatinya dipenuhi harap sementara ia tahu dengan pasti ada puluhan gadis mengejar Khai, sedangkan hati Khai masih menggenggam mantan kekasihnya. Itu bukan rahasia lagi. Entah dengan sadar atau tidak lelaki berparas Jawa-Pakistan itu sering mengungkapkan rindu pada mantan kekasihnya baik di status medsos maupun di speech opening pentasnya. Itu terdengar mempesona bagi Gayatri, rindu yang tulus sekaligus menyesakkan dada. Ia cemburu.
Ironisnya Khai menyadari itu, ia sangat memahami rasa yang bermain di hati beberapa gadis yang mulai memujanya sejak ia mengumumkan patah hati . Awalnya ia menikmati kecemburuan mereka, menuai setiap sanjungan dan perhatian, hingga ujungnya ia tak kuasa menghadapi hati yang penuh harap itu dengan setengah hatinya yang masih berdarah.
“Kau tidak manggung hari ini Khai?” Diana menelponnya suatu sore. Diana gadis manis, yang tidak pernah absen menelponnya setiap petang hanya untuk memastikan Khai tak lupa makan dan tidur yang cukup. Diana, pengagum setia Khai yang sama berharapnya seperti Gayatri dan beberapa gadis lain yang memuja indah diksi di lagu karyanya.
“ Masih sakitkah Khai?”
“Ya.”
“Apanya?”
“Hatiku.”
“Sini, biar kuobati.”
Lalu berakhir dengan tawa mereka, seperti biasa. Itu menyenangkan bagi Khai, tapi tetap tak menyembuhkan.
Diana maupun Gayatri, dua gadis yang telah memasuki zona lebih dalam dibanding pengagum Khai yang lain. Keduanya cantik menawan, memiliki segala yang diimpikan perempuan. Sosok penuh perhatian, nampak siap menjadi istri sholehah bagi Khai. Sempurna. Justru karena kesempurnaan itulah Khai merasa tak kuasa memberi hatinya yang setengah terluka. Ia merasa tak layak.
Ia perlu waktu menguatkan diri. Kadang ia ingin sendiri, meski sepi itu menyakitkan . Setidaknya ia punya ruang bernafas untuk melepaskan nyeri atas kenangan ditinggalkan gadis yang setahun telah bersemayam di relung hatinya. Gadis bermata hitam pekat yang di maniknya ia temukan rumah bagi jiwa pemimpinya. Gadis keras kepala yang apa adanya, yang di kesederhanaannya Khai menemukan kepercayaan diri sebagai ia apa adanya. Hanya pada Keka, lelaki itu berani menjadi lelaki apa adanya yang bermimpi di atas awan meski tanpa sayap. Baru pada Keka, Khai berani membuka diri sepenuh hati. Menyuguhkan seluruh dirinya, baik buruk hingga sisi paling mengerikan. Cinta Keka teruji, tetap bernyali dan setia untuk Khai dengan ketidak sempurnaannya. Dulu. Ya, itu dulu. Sebelum akhirnya gadis itu menyerah pada perang ego yang entah untuk keberapa kalinya.
Ada penyesalan meraja di hati lelaki itu, ia mengakui kesalahannya yang tak bisa memegang janjinya, yang tak bisa menempatkan prioritas bagi perempuannya. Ia bahkan tak menyangka, ditinggalkan Kekasih akan senelangsa ini rasanya. Ia pikir ini hanya sakit sesaat, ia akan baik-baik saja, ternyata hatinya masih terdiri dari gumpalan daging dan darah yang mudah cedera. Parah.
Berita terbaiknya adalah patah hati bisa meningkatkan kreatifitas seorang Rakhaiva Shinatriya. Khai menuangkan banyak tulisan, puisi dan nada indah sejak ia tahu dirinya dihapus dari kehidupan Keka tanpa kata perpisahan. Hanya saja, rindunya tetap bernama luka yang tak terobati.
Khai memarkir motor besarnya di garasi. Belum sempat melepas helm, gawainya bergetar dengan nada sambung lagu Kekasih, lagunya Keka. Itu memang Keka yang menelpon, nama gadis itu tertera di sana! Khai menatap layar gawainya tak percaya.
Keka?
Benarkah?
Tangan Khai gemetar tiba-tiba, gawai di tangannya hampir terjatuh. Susah payah ia mengatur detak jantung agar tak membuat getaran hebat pada tangannya. Ia harus membuka sarung tangan kulitnya lalu membuka helm sebelum menjawab telpon Keka. Terlambat, begitu ia menyentuh screen sedetik kemudian nada sambung di ujung sana menghilang. Khai menelpon balik, tak ada jawaban. Bahkan semenit kemudian nomor Keka kembali tidak aktif.
“Damn!” Khai mengumpat. Ia disulut rasa penasaran. Keka sungguh berhasil memainkan emosi, dan rindunya yang terus bertalu-talu. Lelaki berbadan tinggi kurus itu sungguh merasa dihantui Keka, dihantui semua kenangan tentangnya. | Cerpen Sedih Cintaku Hanya Sampai Diujung Rindu Part 5
Sungguh ia merasa ini tak adil, ini terasa menyakitkan!
- Bersambung -