Kita tak bisa menjadi pengatur rindu kapan datang dan perginya,
namun kita mampu menjadi pengendali hati untuk menyandera atau membebaskannya.
Akhirnya mereka bertemu. | Cerpen Sedih Cintaku Hanya Sampai Diujung Rindu Part 4
Penantian gadis bernama lengkap Kekasih Humaira itu berakhir sukacita. Keka menunggu momen bahagia ini berpuluh-puluh purnama. Kadang menahan rindunya yang membuncah hingga tak berairmata.
Gadis berambut ikal panjang itu banyak tersenyum sepanjang hari ini. Bagaimana tidak, dua lelaki kesayangannya pulang bersamaan setelah berbulan-bulan terpisah jarak karena pekerjaan mereka. Damar dan Ananta datang mengambil cuti meski hanya beberapa hari saja.
Ananta, kakak semata wayang Keka yang bekerja di perusahaan otomotif ternama di Bengkalis itu sengaja pulang seminggu ini untuk mengobati rindunya pada Mamah, Abah dan tentu saja Keka. Sekaligus menghadiri reuni organisasi pecinta alam di almamaternya dulu. Karena itu Damar pun datang dan menyengaja ikut ambil cuti dari pekerjaannya. Siapa yang tak mengenal Damar dan Ananta, duo wisesa yang tak terpisahkan bahkan sejak mereka masih di bangku SMP. Damar bagai anak Abah dan Mamah yang tak dibedakan kasih sayangnya dari Ananta. Bagi Keka keduanya adalah sahabat, abang sekaligus bodyguard yang bisa diandalkan.
Siang tadi akhirnya mereka benar-benar berkumpul lagi. Mereka duduk melingkar di meja makan. Abah dan Mamah duduk bersisian di kanannya Damar. Sementara Keka berdampingan dengan Ananta.
Untuk pertama kalinya mereka menikmati masakan Keka setelah ia mengikuti kursus masak ala chef Juna dua bulan ini. Sop gurame kesukaan Ananta menjadi menu utama siang tadi, dan berhasil memanen pujian seisi rumah.
"Manteb banget Adek sekarang, habis patah hati langsung jago masak, " Ananta menggoda Keka sambil menyendok kembali nasi di piringnya.
"Yeeh siapa yang patah hati, Kakak ngasal," Keka mencibir. "Neng udah jago masak dari dulu tapi baru sekarang aja akang nyadarnya, kelamaan cuekin adeknya sih."
"Nyuekin? Yang sibuk pacaran ampe nyuekin orang serumah tuuh sapaaaa eneeeeng heiloooo," bibir Ananta membentuk huruf O sempurna sambil di dekatkan ke telinga Keka. Keka langsung menyambar bibir kakaknya dengan cubitan dari tangan kanannya. Gadis manja itu mencubit tanpa ampun.
"Ampuuun, Neng nyeri atuh," Ananta mengaduh, memegangi bibirnya yang memerah. Keka terkekeh melihatnya.
"Puas wew! "
Ananta mencolek sambal dengan telunjuknya lalu dilepetkan ke bibir Keka. Keka menghindar secepat kilat, hingga pipinya yang menjadi pendaratan sambel
terasi buatannya. Jadilah senjata makan tuan.
"Kakaaak, ini panaaas ih, " Keka meringis lalu merajuk manja. Mencubit bahu lelaki 26 tahun itu dengan jarinya. Menunjuk pipinya memberi isyarat pada Ananta untuk bertanggungjawab membersihkan sambal yang menempel disana. Ananta dan Damar tertawa geli. "Kakaaaak...." Keka merajuk lagi.
Abah memberi isyarat dengan telunjuk diletakkan dibibirnya untuk tidak ribut di meja makan.
Ananta meredakan kekesalan adik manjanya dengan membersihkan pipi bulatnya dengan tisu.
"Makanya tobat, jangan pacaran mulu Neng." Lelaki berambut ikal ala Giring nidji itu mengakhiri gerakannya dengan satu cubitan pada pipi yang menggemaskan itu.
"Siapa yang pacaran, Kaaak?"
"Eta saha teh, artis youtube artis facebook lah. Saha Mar, Kahi ... Kali ... Kayi .... Key.... " Ananta mengedipkan satu mata pada Damar.
"Khai. Rakhaiva Shintogendeng," Damar menyambut kedipan mata sahabatnya dengan senyum mengembang. Mereka berhasil menggoda Keka, wajah gadis itu bersemu merah. Marah.
"Teu lucu ih! " Keka beranjak dari kursinya, bersamaan dengan ketukan di pintu depan. Keka seperti punya alasan untuk menyelamatkan diri dari godaan kedua lelaki yang disayangnya.
Gadis itu menjawab salam dan membukakan pintu. Tamu untuk Abah, teman lama di kantor farmasi tempatnya bekerja dulu.
Abah dan Mamah meninggalkan meja makan dan bergegas menemui tamu mereka. Keka membereskan meja makan di bantu Damar dan Ananta. Sesekali Ananta menelikung kaki atau mencolek pipi Keka, sengaja menambah kesal hati Keka.
Keka tiba-tiba merasa ada duri tertinggal di ulu hatinya selepas makan. Bukan duri ikan tentunya. Nama Khai berhasil menyematkan duri itu lagi. Tak sesakit dulu rasanya, namun tetap nyeri.
Keka membuka pintu dapur mencari udara segar bagi rongga dadanya, berjalan keluar halaman belakang. Duduk menjulurkan kaki di tepi kolam ikan khoi milik abah. Menikmati suara gemercik air mancur di sana. Menghidu udara sore hari yang hangat di bawah sinar mentari yang mulai jatuh di ufuk barat.
"De, " Damar sudah mengambil posisi di samping Keka. Entah sejak kapan lelaki berjambang rapi itu mengikuti Keka. "Aa temenin ya, boleh? "
Keka menoleh selintas. Mengangguk lalu kembali memandang para ikan khoi yang asyik berenang di antara kakinya.
"Aa pulang besok pagi De, jangan kangen ya. "
" Ngegombal lagi, " mata bulat Keka melotot pada Damar, namun senyumnya mengembang. Damar balas tersenyum. Ia tahu ia selalu bisa membuat gadis bermata indah itu tersenyum bahkan saat sekesal apapun dirinya. Bukankah perempuan mudah baper saat dirayu, dan mudah marah saat tak digubris?
Damar belajar banyak tentang cara berempati pada perempuan dari ibu dan ketiga kakak perempuannya. Belajar tentang hati sang pemilik rahim yang konon katanya begitu halus, lebih halus dari makhluk ghaib.
Saat perempuan marah maka lelakinya tak perlu pergi tanpa arah, cukup duduk bersamanya tanpa perlu mencari yang salah, cukup dengarkan segala keluh kesah.
"Apa rasanya pacaran di facebook, De?" Damar membuka percakapan setelah beberapa saat mereka saling diam.
"Pahit, " Keka meleletkan lidahnya pada Damar.
"Pahit mana sama rasa rindu yang tak mau pergi?"
"Pahit rasa kopi ama paria lah! "
"Pahit rasa in lu kali De," Damar mendaratkan satu jitakan di kepala Keka.
Keka balas menjewer Damar. Mereka tergelak bersama. Sinar matahari yang mulai layu sore itu menerpa hangat wajah penuh tawa mereka.
"Gitu doooong kan cantiknya poll kalau ketawa, daripada manyun kaya tadi."
Keka hanya balas tersenyum.
"Beneran masih sakit ya? " Damar bertanya lebih serius.
"Apanya?"
"Hatinya."
"Ho oh, dikit."
"Udah di obatin? "
"Udah."
"Pake apa?"
"Konon katanya kalo sakit patah hati obatnya ya pacaran lagi, bener ngga sih, A."
"Katanya tuh jauh ka enya, De. Jangan percaya."
Keka manggut-manggut. Ia tak benar-benar mencari jawaban dari pertanyaannya. Sejatinya ia sangat mengerti hatinya tak perlu semua tanya itu, ia sudah menggenggam jawabannya. Ia masih menggenggam hati Khai, belum benar-benar melepaskannya.
"Jadi setahun pacaran di facebook hasilnya sakit, De?"
"Hmm ... tertawain aja terus." Keka mendelik
"Aa bukan mau ketawain, tapi beneran penasaran. Abah sama Mamah kan cerita, Adek tuh waktunya sibuk sama HP, pacarna HP, bobogohan jeung HP, kitu kata Abah."
"Udah ngga kok. Adek udah ga ada hubungan sama dia, putus hubungan sama medsos."
"Pantesan jadi jago masak."
Keka hanya melempar senyum manisnya.
"A, tunggu ya bentar. " Keka berlari ke kamarnya, mengambil sesuatu dari laci mejanya. Ia kembali lagi dengan tergesa. Duduk kembali di sisi Damar dengan kaki menjulur ke kolam.
"Buat Aa," Keka memberikan sesuatu di tangannya.
"Apaan, De?" Damar membolak-balik benda bulat pipih di tangannya.
"Album perdananya dia."
"Khai yang ngirim buat Ade?"
"He em. "
"Terus sekarang kenapa dikasih ke Aa? "
"Adek ga mau nyimpen apapun yang menghidupkankan kenangan tentang dia."
"Terus Aa aja yang punya kenangan sama dia? Ade jodohin dia sama Aa? "
"Diiih Aa...." Keka tertawa renyah, mendaratkan satu cubitan di bahu Damar. "Aa buang aja."
"Kenapa ngga dibuang aja sama Adek atuh?"
Keka hanya menggeleng. Matanya jatuh ke air mancur di tengah kolam. Pikirannya menerawang pada Khai. Inilah saatnya ia harus pamit, mengucapkan salam perpisahan pada semua kenangan tentang Khai.
Membuka lembaran baru bagi hatinya yang biru. Membiru sekian lama dipasung kenangan tentang cinta dan rindu mereka. | Cerpen SedihCintaku Hanya Sampai Diujung Rindu Part 4
"Beneran kalau Aa buang, Ade engga nyesel? "
"Engga, " Gadis tinggi semampai itu menggeleng yakin.
"Beneran engga mau kasih kesempatan dia buat datang, De?"
"Engga. Nanti PHP lagi. Nanti Ade kecewa lagi. Hancur lagi," Keka hampir berbisik. Ada beban berat terasa di nada suaranya.
"Engga ada itu istilah PHP, Pemberi Harapan Palsu, kalau hati tak pernah kita biarkan berharap pada manusia, De. Salah kita yang terlalu menggantungkan harap pada manusia, lupa sama pemberi takdir. " Damar menggeser duduknya lebih dekat pada Keka yang masih tercenung memandangi air mancur.
"Pasti udah dalem banget ya kalian kemaren, makanya Adek segitunya patah hati."
"Setahun Aa. Setahun. "
"Iya setahun. Kalau nikahan mah udah punya anak satu kalian tuh ya. Untung bukan nikahan." Damar menimpali tanpa beban. Keka mencibir sambil menyikut tangan lelaki berkulit bersih itu.
"Kami bicara tentang pernikahan, engga detil sih. Tapi engga main-main juga Aa."
"Hmm seperti pernikahan burung hantu dan elang ya."
"Maksud Aa? "
"Iya, Owl and Eagle. Yang satu bersikukuh damai ditempatnya bertengger, anggun dalam diam mengamati sekitarnya dengan leher yang bisa berputar penuh 270 derajat tanpa banyak bergerak dan berkicau" tangan Damar memeragakan seekor burung hantu, "sedangkan pasangannya asyik terbang tinggi, tebar pesona dengan mata elangnya yang tajam bertemu burung-burung lain di langit biru. Owl dan Eagle, pernikahan tragedi dalam sejarah burung. Bayangkan seberapa menderitanya Owl dikhianati Eagle, dan seberapa absurd-nya anak mereka nanti"
"Hmmm.... " Keka menarik nafas berat. Mencoba mencerna Kata-kata Damar meski hati kecilnya masih berpihak pada pernikahan dua burung berbeda ras itu.
"Yakin mau nikah sama dia? Engga takut kalau dia ternyata suami orang atau duda? "
"Diih ... apaan sih Aa."
"Lah ya iya De, pacaran di dumay kan gitu. Ngakunya ustadz ga taunya preman, ngakunya Jejaka ting-tong faktanya duda beranak rempong. "
"Engga mungkin lah, " Keka tergelak.
"Apa yang ngga mungkin di dumay, De. Pernah lihat KTP nya?"
Keka menggeleng.
"Tapi Ade percaya dia bukan duda, Aa."
"Oke, bukan duda tapi pemuda sex maniac gimana?"
"Bukan ih."
"Yakin bukan pemuda pedofil?"
"Ya ampyuuun Aa apaan siiih serem amat! "
"Dumay memang seseram itu, De. Kamu aja yang folos banget, anak bau kencur! " Damar menoyor kepala Keka, lembut. Keka balas menyikut tangan Damar. Mereka tertawa bersama.
"Kalau dia ternyata hanya seorang tukang ojek online yang kebetulan ngetop karena jago bikin lagu romantis, tetep mau nikah sama dia? " Damar masih menggoda Keka.
"Iya, apa yang salah dengan profesi ojol alias ojek online, itukan pekerjaan halal, A."
"Kalau ternyata dia pemulung sampah yang numpang ngetop di FB?"
"Ade ngga papa, yang Ade suka kan pribadinya bukan profesinya apalagi hartanya. " Keka membela diri. Gadis itu tak menyadari ada perih menggores hati Damar mendengar jawaban Keka. Sedalam itukah cinta Keka pada Khai.
"Kalau ternyata dia hanya lelaki putus sekolah biasa? "
"Ngga papa."
"Kalau dia office boy di mall. "
"Ade terima."
"Kalau dia ternyata hanya pengamen di jalanan? "
"Ya engga papa."
"Oke, gadis kecil. Jadi kau sungguh-sungguh menerima dia apa adanya ya, " Damar gantian manggut-manggut dengan hati membadai. Badai apakah ini? Badai cemburukah? Damar menghela nafas panjang, mencari oksigen menenangkan dadanya yang tiba-tiba sesak.
"Dulu, iya," Keka memandang pada mata teduh Damar,"aku pernah meletakan hatiku padanya dengan percaya. Merajut mimpi masa depan bersamanya. Sampai satu waktu aku kehilangan segala daya untuk memahaminya. Aku tak meminta semua dia untukku, aku hanya ingin dia sedikit saja berubah untukku. Sedikit saja mengerti aku. "
Damar baru mendengar gadis kecilnya itu berbicara dengan kata 'aku'. Rasanya itu seperti Keka yang berbeda di matanya. Keka yang bermetamorfosis sebagai kupu-kupu dewasa yang cantik namun rapuh.
"Aku ini apa di hatinya. Aku ini siapa di kepalanya. Tak lebih bermakna dari dunia fantasinya, tak lebih berarti dari para fansnya. Aku nyatanya tak pernah jadi siapa-siapanya," suara Keka bergetar. Air matanya jatuh meluncur ke dasar kolam tanpa melewati lekuk pipinya. Keka menatap lurus ke bawah, menyembunyikan perihnya, membiarkan airmatanya satu-satu jatuh berbaur di dasar kolam.
Damar memijat keningnya yang tiba-tiba berdenyut, ngilu. Melihat gadis itu menahan tangis, berpura-pura tegar, rasanya lebih sakit dari diterpa badai cemburu.
"De, menangislah. Aa ngerti kok. "
Keka menoleh, mendapati mata dan senyum teduh lelaki itu membuatnya tak bisa lagi menahan diri. Gadis berambut panjang itu menjatuhkan kepalanya di bahu Damar, ia menangis tersedu di sana. Menumpahkan semua sakit yang selama ini ia tanggung sendiri dan meyakini sejak hari ini ia tak akan pernah sendiri lagi. Ada seorang Damar Arcana yang selalu ada untuknya.
Lembayung senja turun sempurna. Langit yang merona memberi warna sendu pada dua hati. Menemani kepingan jiwa yang pernah koyak oleh sebuah janji.
Sementara nun jauh di sana pada senja yang sama seorang Khai masih memetik dawai gitarnya menyanyikan lagu cinta bagi sang Kekasih.
Senja adalah rindu di jingga matamu, Keka.
Dududu ... dududu ....
Ia bernyanyi meski hatinya hujan sekali. | Cerpen SedihCintaku Hanya Sampai Diujung Rindu Part 4
- Bersambung -