Cinta Sejati Pasti Tak Akan Pernah Memilih

Ningsih memandang lekat wajah tampan pundak bidang kekar masih terlelap satu slimut.

Bayu nugroho, pria mapan 32 tahun profesi akuntan, jambangnya rapi mata cekung ke dalam hidung mancung khas oriental eropa punya. | Cerpen Cinta Cinta Sejati Pasti Tak Akan Pernah Memilih

"Sudah bangun..?" suara serak bayu mengagetkan ningsih.

"Iya mas," jawab ningsih kikuk.

"Kenapa lehermu banyak bercak merah?" tanya bayu melihat kulit leher putih ningsih berwarna kemerah merahan.

Dengan agak malu Ningsih menjawab:

"Inikan karyamu tadi malam."

"apa iya?" tanya bayu tangannya hendak menjamah bagian bawah leher tapi ditepis lembut Ningsih.

"Sampun tho mas, nopo kurang marem?" tangan ningsih mencegah bayu menarik selimut yg menutupi tubuh indahnya.

"Maaf?" Ningsih melihat mata bayu kecewa saat meminta maaf seraya menyelipkan sejumlah uang di bawah selimut lalu pergi.

Kokok ayam bersahutan siulan merdu burung menyambut matahari pagi.

Layar Ponsel menyala bergetar tanda sms masuk.

Hp Dibuka terpampang pesan dari kampung berbunyi.

"Ningsih adikmu dereng mbayar spp sekolah 2 sasi lan obat'e ibu' mpun telas, yen pabrik sampun gajian transfer njeh.?"

tanpa terasa air mata Ningsih menetes dari wajah cantiknya stelah membaca pesan berisi derita di kampung.

sakit Kanker darah yg terus menggerogoti kesehatan ibunya memaksa dia harus berbohong tentang pekerjaan demi kelancaran biaya ibu dan adik tercinta.

"Maafkan aku ibu," bisik Ningsih seakan dadanya sesak bila mengingat jalan kelam hidupnya saat ini.

Siapa mau nasib bertubuh menggoda tpi hanya ntuk "cinta satu malam"

lbih pantas disebut tuntutan "birahi sesaat" dalam syahdu tempat tidur.

"fiona dimana?" tanya Sinta gadis rasa janda dari grobogan mengagetkan ningsih

"Mana aku tau?" jawab ningsih dg bahu terangkat.

"Ada perlu apa sin?" selidik ningsih.

"Ga' ada apa2, udah janjian mau pergi eh malah ngilang" protes sinta.

"temenin aku pergi ya, please?" sinta memohon.

"baik, tunggu sebentar," Ningsih menuju meja rias.

* * * * * * *

Di tengah perjalanan dari belakang ada suara memanggil.

"hai, tunggu sebentar!" | Cerpen Cinta Cinta Sejati Pasti Tak Akan Pernah Memilih

mereka berdua menoleh, asal suara itu dari ustadz Ali, pria 25 tahun mubaligh asal kota pekalongan.

tegap tinggi sorot matanya bagai elang tajam namun murah senyum, wajahnya tampan berbasuh air wudlu begitu teduh dipandang, memendam rasa pada Ningsih.

"Kalian mau kemana?" ustadz Ali bertanya tanpa melepaskan mata pada wajah ayu Ningsih.

"mau pulang," senyum tipis Ningsih namun manis mengembang membuat jantung ustadz Ali berdeguk kencang.

"Eeehhmm...," Sinta berdehem karna merasa tak diajak bicara.

"Boleh aku temani kalian," kata ustadz Ali menawarkan diri.

"apa ndak apa2" kata Ningsih tak enak dia sadar siapa dirinya.

"Di jakarta, cukup bebas jarang diperhatikan lagian aku pakai baju santai jadi jangan sungkan" kata ustadz Ali meyakinkan.

"Sak kersane njenengan mpun," kata Ningsih terus berjalan ditemani ustadz ali serta sinta mengikuti dari belakang dg muka cemberut karna merasa dicuekin.

Dari kejauhan Dalam mobil hitam jaguar Bayu mengawasi dg cemburu pada Ningsih yg tampak senang berjalan bersama ustadz muda itu, tangannya meremas setir mobil penuh emosi.

sampai di depan kost Ningsih, dari dalam mobil bayu melihat ustadz Ali menyerahkan Amplop putih pada Ningsih yang membuat emosinya memuncak.

"apa ini?" Ustadz Ali yg ditanya Ningsih hanya tersenyum lalu berkata:

"Baca saja, itu suara hatiku." | Cerpen Cinta Cinta Sejati Pasti Tak Akan Pernah Memilih

Tanpa berfikir panjang lagi mobil bayu yg mengikuti dari tadi menginjak kuat gas, mobil melesat kencang matanya memerah fokus pada Ustadz Ali yg berdiri di samping ningsih dan sinta.

- Bersambung -