Biarkan Masa Lalu Tetap Menjadi Masa Lalu

Saling menatap. Dada ini berdebar sangat kencang. "Habiskan es jeruknya," tiba-tiba ia menunduk. "Setelah ini kita akan kemana?" tanyaku. | Cerpen Kehidupan Biarkan Masa Lalu Tetap Menjadi Masa Lalu

"Langsung pulang,"

"Hmm, baiklah." sebetulnya aku masih ingin bersamanya. Menghabiskan waktu hari ini yang begitu membosankan karena libur kuliah. "Kapan engkau kan kemari lagi?"

"Entahlah, aku belum tahu, Mel,"

Suasana hati ini berubah menjadi murung. Apakah ia tak ingin berlama-lama denganku? Lirih batinku.

Tangannya tampak merogoh tas ranselnya, "ini dari istriku." ia menyodorkan kotak pink berukuran sedang. "Apa isinya?" aku meraih kotak itu. Tak percaya.

"Entahlah, aku pun tak tahu. Buka saja di kost."

Jujur aku tak mengerti, dimana-mana perempuan pasti cemburu jika suaminya dekat dengan wanita lain. Tapi ini? Seolah-olah menyodorkan suaminya untukku.

"Mel, aku sangat mencintai kalian berdua. Ia yang memintaku menemuimu disini, sekalian untuk memberikan kotak itu." ia menunduk, "aku tak mampu memilih, dan takkan mampu melepas salah satu diantara kalian."

Air mataku menetes, aku pun amat mencintaimu. "Aku akan bicara pada ayah ibuku." Senyumku, tak ingin menunjukkan bahwa aku berduka. Seharusnya aku bahagia, tapi aku tak sanggup bermadu. Berbagi kasih dengan wanita manapun.

"Bicara apa?"

"Agar kita segera menikah,"

"Selesaikanlah dulu kuliahmu, Mel," ia tersenyum, senyum yang selalu menghiasi angan dan khayalku. "Aku rasa aku harus segera pulang, aku pamit ya. Minumannya sudah kubayar, assalamu'alaikum." Ia bergegas meraih ranselnya dan berlalu. Aku menjawab salamnya.

"Huft, Mela, masih banyak laki-laki lain. Mengapa kau masih mengharapkan dia?" tiba-tiba aku teringat kotak pink tadi, tak sabar rasanya aku membukanya.

Ada sebuah cincin di dalamnya. Bersamaan dengan surat.

Assalamu'alaikum. Kau tau bukan bahwa aku sangat mencintai suamiku, seperti dirimu juga mencintainya? Aku akan melakukan apapun agar ia bahagia. Demi dirinya, maukah kau menjadi maduku? Aku tak tahan melihat ia sering murung sambil menatap fotomu. Ia tak pernah memintaku untuk menerimamu, tapi akulah yang akan bergerak dan peka terhadapnya.

Mel, suamiku bukanlah orang biasa bagiku, ia telah menyelamatkan hidupku. Ia menikahiku ketika aku tengah putus harapan. Ia juga banyak berkorban untuk keluargaku, mengapa aku tak mampu berkorban untuknya?

Aku tahu ia mencintaimu walau ia tak pernah mengatakannya padaku. Ia takut melukai hatiku. Lalu mengapa aku tak bisa berbagi untuk ketentraman hatinya. Menikahlah dengan suamiku.

Farida

"Ibu tak akan mengijinkanmu jadi madu, Mel." air mata ibu menetes. Sepertinya hatinya begitu perih mendengar keputusanku.

"Ayah juga. Apa kata orang nanti tentang keluarga kita?! Kita ini dari keluarga terhormat, apa kamu tak malu jika dikatakan pelakor?"

Aku menggeleng. "istrinya yang memintaku, ayah." aku menyodorkan surat itu. "Sekali tidak, ya tidak!!!" ayah membentakku, berdegum rasanya dadaku. "Susah payah ayah membesarkanmu, dengan keringat. Susah payah ayah membangkitkan keluarga ini menjadi keluarga terhormat, malah kau hinakan!"

"Ayah, Ibu, poligami itu bukan hal hina," tangisku mulai meledak. Aku tak percaya, percintaanku terus terhalang seperti ini.

"Apa kau lupa? Dulu dia meninggalkanmu menikah dengan pelacur?"

Aku tak kuasa menahan tangisku, berlarian ke kamar.

Mas Azrin, kenapa kau begitu baik pada orang lain? Sampai kau lupa percintaan kita. Kuakui kau tak pernah memacariku, kau mahu menungguku hingga tamat SMA, kemudian menyelesaikan kuliah. Mulanya aku tak pernah menyangka kau akan meninggalkanku demi wanita itu, tapi setelah mendengar penjelasanmu bahwa kau ingin menolong wanita itu, hatiku justru semakin cinta padamu.

"sudahlah Mel, mungkin kalian memang tak ditakdirkan untuk bersama. Kamu percaya pada Allah kan?" ia mengusap punggungku dengan lembut. Hanya dia yang mengerti aku.

"Kak, beginikah nasib percintaanku? Aku sangat mencintainya kak. Aku tak bisa." gelengku. Bantal dipelukanku sudah mulai membasah.

"Kau tahu? Jodoh itu telah diatur-Nya. Jika memang berjodoh, maka Dia akan menyatukannya," Kak Maya memelukku, menyandarkan dagunya di atas kepalaku. Terasa air bening menetes di dahiku. "Mela harus lupakan dia ya,"

"Tidak mau. Biar dulu saja kami terpisah. Sekarang jangan pisahkan kami lagi,"

"Ayah, mengertilah Mela. Maya mohon, izinkan dia menikah dengan Azrin. Poligami itu takkan merusak kehormatan keluarga seperti zina!"

Plak! Tamparan mendarat di pipi Maya. "Amat sakit hatiku jika ingat apa yang kau lakukan, May,"

"Cukup, Ayah!" bunda memelukku yang tersungkur. "Biarkan masa lalu menjadi masa lalu, jangan diungkit-ungkit lagi." | Cerpen Kehidupan Biarkan Masa Lalu Tetap Menjadi Masa Lalu

- Bersambung -