"Diam kamu!!! Kamu nurut aja! Ga usah ikut-ikutan ngatur. Yang kepala rumah tangga itu Ayah, Bunda nurut aja kata Ayah!!!", bentaknya. | Cerpen Sedih Yang Kepala Rumah Tangga Itu Ayah Bunda
Mawar terdiam. Matanya memerah, basah. Dadanya bergemuruh, seperti ada badai yang tengah dia redam agar tak tumpah di hadapan suaminya. Bentakan itu tak terduga, ia tak siap menerima jawaban kasar sementara dirinya barusan bertanya dengan lembut...
Ia tak menyangka, protes manjanya agar suaminya pulang lebih cepat malah dijawab bentakan keras. Ia hanya bingung menjawab pertanyaan anak-anaknya soal Ayahnya.. Dia hanya bertanya: Mengapa Ayah dari anak-anaknya belum pulang selarut ini..sudah tiga hari Ayah dari anaknya itu tak pulang. Seperti biasa..tanpa kabar..ditanya pun dijawab dengan kalimat: Tolong doakan Ayah saja yaa...
Mawar menahan gemuruh itu, di hadapan anak-anaknya malam itu. Dan ketika mereka semua terlelap, pecahlah gemuruh itu. Menjadi tangisan pilu. Dalam sujud sepertiga malamnya.
"Yaa Rabb..jagalah kami semua..jagalah aku, anak-anakku, dan suamiku.." lirihnya.
BIPPP..BIPPP...
Hand setnya bergetar keras. Ini hari keempat sejak suaminya tak pulang, dan tak membalas satupun pesannya.
BIPPP...BIIPPPP...
Panggilan dari suaminya itu ragu-ragu ia angkat. Masih terngiang bentakan yang dia dengar terakhir kali dari nomor itu. Jantungnye berdegup keras..tangannya mengigil kedinginan..badannya nyaris limbung.
Penggilan tak terjawab dua kali.
BIPPPP...BIPPPP...
Tekepon dari nomor yang sama. Nomor yang telah 10 tahun dia namai: "Cintaku..Ayah". Nomor yang sejak 10 tahun terakhir jika berdering membuatnya sumringah bahagia. Mendengar suaranya saja sudah membuatnya semangat. Di antara tumpukan cucian..pekerjaan rumah..dan rengekan ketiga anaknya yang minta diperhatikan.
Nomor yang akhir-akhir ini tiba-tiba sulit sekali dipanggil, dan nyaris suara lnya di ujung sana lebih sering berisi perintah dengan suara datar. Tapi entah kenapa, Mawar tetap senang mendengarnya, sebab ia tahu: pemiliknya tengah dalam pekerjaan yang menguras tenaga, demi menafkahi anak-anaknya.
Dan untuk keempat kalinya...hand setnta bergetar lagi.
BIIPPP...BIIPPP...
Bergetar tangannya, ketika akhirnya Mawar berusaha menjawab panggilan itu.
"Assalamuallaikum.." jawabnya dengan suara bergetar tertahan. Antara menahan rindu dan khawatir..juga takut.
"Wa'alaikumsalam"...
Deggg...suara itu..bukan suara suaminya. Namun suara seorang wanita.
"Ma..af..ini dengan Mbak Mawar? Istrinya Mas Wisnu?"..suara itu juga bergetar. Terisak..
Jantung Mawar berdegup kian kencang. Badannya limbung. Ada apa gerangan?
Kenapa suaminya membiarkan wanita tak kukenal memegang hand phonenya?
"Iya..saya istrinya", suaranya bergetar.
"Mbak..Mas Wisnu sedang di IGD RS Permata..dia memanggil nama Mbak....Mba bisa datang kemari?"...suara itu makin terisak. Pilu.
Siapa dia?
Dalam hitungan menit, Mawar tiba di ruang beraroma wangi desinfektan itu. Segera...dingin menyergap tubuhnya, meski selembar jaket ia kenakan, di luar gamis dan hijab lebarnya.
Ruang itu sebenarnya tak seberapa dingin...Hatinya lah yang membuat dingin. Di antara petugas front desk ruangan gawat darurat itu, dia melihat banyak brankar..terisi pasien. Namun tak tampak pria itu.
Pria yang mengisi relung hatinya 10 tahun terakhir. Pria yang berani menjadikannya istri..meski mereka baru kenal 6 bulan saja. | Cerpen Sedih Yang Kepala Rumah Tangga Itu Ayah Bunda
"Maaf, ada pasien atas nama Wisnu Muhammad? Saya keluarganya...", tanyanya pada petugas front desk.
Yanh ditanya sepeti bingung.
"Ibu siapanya? Hanya keluarga dekat yang boleh masuk. Beliau di ruang HCU..high care unit.."
"Saya istrinya..", jawab Mawar..dengan suara bergetar.
"Eh? Loh? Yang sama dia bukannya..ehmm..saya antar ya Bu.."
Sekilat cepat, Mawar diantar ke ruangan tertutup. Bunyi berbagai alat rekam jantung dan ventilator seperti musik khas di sana.
Dan di bed itu..seorang wanita berkerudung warna warni, dengan celana jeans, dan blus pendei menutup sebagian saja lekuk pahanya, tengah duduk, terisak, memegang tangan kanan pria yang tergeletak dia atas bed itu.
Sedang pria yang tergeletak itu, terpasang selang infus, di kedua tangan..juga kakinya. Mukanya tertutup sungkup oksigen...dan berbagai alat terhubung ke tubuhnya.
Mawar rasanya ingin berteriak histeris melihat suaminya tak berdaya seperti itu. Pria yang dia kagumi akan ketegasannya, namun menyayanginya pula dalam waktu bersamaan.
Tapi tidak..Mawar hanya mendekat, mengambil sisi bed yang tak didiami wanita berkerudung warna warni itu.
Menyadari kehadiran Mawar, wanita berkerudung waena warni itu mendongak. Segera mengelap matanya yang sembab. Menghentikan isak tangisnya.
"Maafkan saya Mbak..saya ga bisa menjaga Mas Wisnu. Mas Wisnu tidak pernah bilang kalau dia punya penyakit jantung..", sayup-sayup dia dengar suara wanita itu.
Seorang perawat memandang Mawar penuh tanya. Memberi isyarat tanya pada perawat ruangan lain. Namun segera, salah seorang yang lain menyodorkan kursi pada Mawar..demi melihat perempuan berhijab lebar itu nyaris oleng. Lalu, salah seorang perawat lain datang mengelus pundak Mawar.
"Ibu..keluarganya pak Wisnu?", tanya perawat itu.
"Saya istrinya..", jawab Mawar lirih, ragu.
Mawar jelas sekali melihat ekspresi perawat atas jawabannya. Melongo. Bingung.
"Bukannya..dia istrinya?", suara perawat itu makin bingung..sambil menunjuk wanita berkerudung warna warni itu. Wanita yang sedari tadi tak bisa berhenti terisak, menunduk.
"Maksudnya? Ada apa ini? Suami saya kenapa?", Mawar menepuk-nepuk pipi suaminya..mencium tangannya..dan berbisik ke telinganya.
"Ayah..ayah kenapa? Ayah kemana aja? Anak-anak rindu ayah, Bunda juga...", lembut sekali suara itu ia bisikkan.. Dalam hati Mawar, sesuatu bergemuruh. Perih. Sebuah dugaan, dugaan pahit, perih, menusuk, tajam! Matanya basah. Tiba-tiba ia lunglai.
Wanita berjilbab warna warni itu mendekat. Bersimpuh di kaki Mawar..terisak.
"Maafkan saya Mbak. Ga bisa menjaga Mas Wisnu. Kami baru menikah bulan lalu..."
Tiba-tiba dunia seperti berputar kencang. Lalu seluruh cahaya di ruangan itu memudar...
Dan bersamaan dengan itu..bunyi detak jantung di alat rekam jantung memanjang. Kurvanya yang tadi bergelombang, menunjukkan detak jantung..tiba-tiba mendatar. Terus mendatar...
Sayup-sayup..Mawar mendengar seluruh petugas ruangan HCU itu menghambur mendekat. Melakukan resusitasi.
"Ventrikular Asistole!!!!" teriak perawat yang sedari tadi berdiri di sebelah Mawar..
Dan menit-menit berlalu..seperti melambat. Seperti dalam gerakan lamban..ketika alat kajut jantung ditempelkan di dada suaminya..ketika kamudian dokter ruangan menggeleng lemas..ketika seorang petugas ruangan membisikkan kalimat talkin...ketika akhirnya. | Cerpen Sedih Yang Kepala Rumah Tangga Itu Ayah Bunda
Sebuah kain ditarik menutup badan..hingga wajah suaminya...