Menjadi orang tua baru membuatku merasa menjadi wanita yang sempurna. Sakitnya melahirkan segera berganti menjadi senyum kebahagiaan melihat wajah mungil yang menatapku.
Sempurna. Alhamdulillah yaa Rabb atas anugerahMu yang sangat berharga ini. Kuberi nama putri pertamaku itu Azka Qotrunnada Nashiroh. | Cerpen Ibu Azka Anaku Kenapa Kau BerEkor
Harapanku, dia akan terjaga kesuciannya dan senantiasa menyejukkan hati bagai tetesan embun.
Tapi hidup ini adalah ujian. Ujian pertamaku sebagai orang tua dimulai ketika Azka berumur dua minggu. Baru saja lepas tali pusarnya. Siang itu dia tak henti-henti menangis. Susu sudah, ganti popok sudah, “apalagi nduk?”
Ibuku turun tangan. Diperiksanya seluruh tubuh anakku. Ternyata di atas pantatnya, tepat di bagian tulang ekor, terdapat benjolan sebesar jempolku yang berwarna merah. Seperti ekor saja kesannya. Pantesan dia nangis terus, pasti rasanya sakit. Ibu memutuskan untuk membawanya ke dokter yang kebetulan masih kerabat kami.
“Biar ibu saja yang membawanya sama adikmu. Kamu di rumah aja. Ibu kuatir kamu gugup. Berdo’alah semoga ini bukan apa-apa.”
“Iya, Bu!”
Aku memang memutuskan untuk sementara tinggal bersama ibuku untuk melahirkan dan belajar merawat anakku, sedangkan suamiku bekerja dan tinggal bersama mertuaku. Terus terang aku masih sungkan untuk melahirkan di rumah mertua, karena baru 10 bulan aku mengenal mereka.
Satu jam terasa setahun. Ibu pulang bersama adikku. Azka sudah tidak menangis lagi, dan segera ditidurkan oleh ibu. Aku mencecar mereka dengan pertanyaan yang bertubi-tubi, tapi mereka tetap menutup mulut. Akhirnya adikku mendekatiku dan mengajakku bicara.
“Kata Mas Surya, besok Azka harus dirontgen dan USG untuk mengetahui dengan pasti kandungan benjolan itu. Saat ini Mas Surya belum bisa mendiagnosa apa-apa. Beliau kuatir itu adalah spina bifida, sebuah kelainan tulang belakang.”
“Apa itu spina bifida?”
“Sebuah kelainan tulang belakang dan harus dioperasi. Tapi operasinya harus menunggu sampai dia berumur 3 tahun.”
“Jadi anakku bakal seperti punya ekor?”
“Mungkin.”
“Astaghfirullah.....,” tulang-tulangku bagai dilolosi. Putri cantikku yang mungil, penyempurna hidupku. Apa ini Yaa Allah?
“Tapi semua itu belum pasti, Dyn. Berdo’alah semoga bukan itu yang diderita Azka. Semoga itu hanya bisul biasa.”
Aku segera menelpon suamiku untuk mengabarkan kondisi anak kami. Dia hanya bisa membesarkan hatiku dan memintaku untuk tetap tenang dan sabar, serta menuruti nasehat Mas Surya untuk segera membawa anakku ke rumah sakit.
Semalaman aku tak bisa tidur, menunggu esok untuk ke rumah sakit. Ya Allah, beri hamba kekuatan. Aku tak bisa membayangkan anakku yang cantik itu harus kesana kemari dengan ekor, sebelum bisa dioperasi.
Esoknya Azka harus menjalani serangkaian pemeriksaan guna mengetahui penyakitnya. Mulai dari sinar X sampai USG. Tubuh semungil itu sudah terpapar oleh sinar X? Semoga kau baik-baik saja, nDuk.
Menjelang tengah hari selesailah rangkaian pemeriksaan anakku. Segera kubawa ke tempat praktek Mas Surya. Tapi lagi-lagi jawaban yang kuterima masih belum melegakan. Tunggu barang satu atau dua hari baru bisa diambil tindakan. Ya Allah.... sampai kapan aku harus menunggu dalam ketidakpastian seperti ini?
Akhirnya ibuku mengatakan,
“Coba besok saat bangun tidur, sebelum makan atau minum apapun, oleskan air liurmu ke benjolan di pantat Azka!”
“Ibu?!”
“Ini resep dari orang tua dulu, nDuk. Air liur saat bangun tidur adalah penyembuh.”
“Masa sih, Bu?”
“Kita akan tau hasilnya kalau sudah mencoba. Cobalah besok pagi.”
Dua hari aku mencoba resep dari ibu. Di hari ketiga, saat aku akan mengoleskan air liurku lagi...benjolan itu pecah dan mengeluarkan darah serta nanah. Melihat itu ibu malah mengucap syukur,
“Alhamdulillah, nDuk. Berarti ini memang cuma bisul. Ayo kita bawa ke Mas Surya lagi, biar segera dibersihkan.”
Ternyata sakitnya Azka memang cuma bisul biasa. Tapi karena ukurannya yang terlalu besar untuk bayi seumuran dia, maka dokter pun kebingungan. Karena telah pecah mak
a bisul itu harus dibersihkan.
Sekarang Azka sudah hampir 8 tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, dan ceriwis. Sampai sekarang di pantatnya, tepat di tulang belakangnya ada bekas luka kecil.
Setiap melihat luka itu, aku selalu ingat saat-saat aku tak bisa tidur membayangkan Azkaku yang cantik dan ceriwis itu mempunyai ekor. | Cerpen Ibu Azka Anaku Kenapa Kau BerEkor