Apakah Senyum Yang Menakutkan Itu Nenek

Siang yang sunyi.

Aku tiduran di kursi panjang sambil membaca novel John Green. Benar-benar sunyi kecuali suara dengkran nenek yang sudah koma terbaring di kamarnya. | Cerpen Misteri Apakah Senyum Yang Menakutkan Itu Nenek

Nenek baru 3 hari kembali ke rumah setelah dokter mengatakan tidak ada yang bisa dilakukan selain menunggu saat-saat terakhir Nenek tiba. Yah...kami tahulah maksudnya.

Nenek sudah sakit begitu lama, hampir 4 tahun terbaring di tempat tidur. Dan selama 4 tahun itu pula kemampuan bicara Nenek makin mengalami kemunduran dan akhirnya Nenek tidak pernah bicara lagi.

"Alda."

Aku meloncat saking kagetnya. Ada yang memanggilku dan itu suara Nenek. Tapi...bukankah Nenek sudah koma? Atau jangan-jangan Nenek sudah siuman dan dia melihatku sedang tiduran di kursi panjang dari pintu kamarnya yang terbuka lebar?

Belum sempat aku berpikir, panggilan itu terdengar lagi, lebih lirih, lebih sayup.

"Alda."

"Ya nek," sahutku dan bergegas pergi ke kamar Nenek.

Tapi aku tertegun. Nenek tidak bergerak sama sekali. Dia terbaring dengan mulut setengah terbuka, mata terpejam rapat dan dengkur yang terdengar berat.

Aku berlari ke teras dengan perasaan takut luar biasa. Siapa tadi yang memanggilku? Dua kali! Namaku dipanggil dua kali dengan lirih. Darahku seperti berhenti mengalir dan aku duduk di teras sampai Mama datang dari arisan.

Mama, Bapak dan abangku tidak percaya pada ceritaku. Bagaimana mungkin Nenek yang sudah koma bisa memanggilku dengan jelas? Jadi...apa itu halusinasiku saja? Yeah, mungkin pendengaranku yang salah. Aku berharap begitu.

Tapi...suatu malam aku mengalami peristiwa yang lebih menyeramkan.

Jam satu tengah malam aku mules luar biasa. Ketika aku selesai dan membuka pintu kamar mandi aku melihat Nenek berjalan menuju dapur.

Tubuhku membeku. Dari pintu kamar mandi yang baru terbuka sedikit aku merasakan hawa dingin yang luar biasa. Mataku nyalang melihat tubuh Nenek yang kurus berjalan menuju dapur yang gelap.

Aku gemetar luar biasa. Aku panik dan hampir pingsan. Aku berusaha berteriak memanggil Mama, Bapak dan abangku tapi suaraku tidak keluar. Suaraku seperti tercekik. Aku takut, takut sekali kalau Nenek kembali dari dapur dan berniat masuk ke kamar mandi.

Benarkah itu Nenek? Kepalaku hampir meledak memikirkannya. Nenek sedang koma bagaimana dia bisa berjalan ke dapur dan...dan...terdengar suara air mengalir dari dispenser, dan terdengar suara Nenek meminum air itu dari gelas. Semuanya terdengar menyeramkan.

Bagaimana Nenek melakukan semuanya di dapur yang sangat gelap? Dan bagaimana Nenek bisa turun dari ranjangnya lalu berjalan menuju dapur sementara dia itu koma, koma dan tidak betul-betul tidak bisa apa-apa.

Terdengar suara gelas diletakkan di atas meja dan...aku berharap aku pingsan saja daripada harus melihat Nenek kembali ke kamarnya sementara aku tidak bisa menggerakkan badanku dan dengan terpaksa melihat Nenek melewati kamar mandi yang pintunya terbuka sedikit.

Langkah Nenek begitu tegap tapi...matanya, matanya...aku mengerang ketika Nenek menoleh dan menyunggingkan senyum yang begitu asing, begitu dingin. Itu bukan mata Nenek.

Aku berteriak sekuat-kuatnya dan menangis histeris.

Dalam sekejap Mama, Bapak dan abang sudah berjejal-jejal di pintu kamar mandi.

"Kenapa?" tanya Bapak kaget melihatku dan segera meraih tubuhku dan membawaku ke kamar.

Terbata-bata aku menerangkan bahwa aku melihat Nenek pergi ke dapur.

"Tidak mungkin. Kamu lihat sendiri Nenek koma bagaimana Nenek bisa turun dari tempat tidur?" kata Bapak.

Jawaban Bapak membuat aku histeris. Aku mengalami terror yang begitu menakutkan tapi Bapak, Mama dan abangku tidak percaya pada apa yang kualami barusan.

"Nenek ke dapur dan minum. Aku dengar dengan jelas Pak!"

Abangku segera ke dapur untuk memastikan apakah ada gelas yang baru saja terpakai. Beberapa saat kemudian dia kembali ke kamarku. Wajahnya pucat pasi.

"Apa yang kamu lihat?" tanya Mama gemetar.

"Gelas Nenek...ada di meja, ada airnya setengah."

Nenek punya gelas khusus. Gelas besar yang bertangkai. Gelas itu tidak pernah dikeluarkan lagi dari lemari sejak Nenek sakit tapi saat ini kata Abang, gelas Nenek ada di atas meja dan...berisi air minum.

Kamarku hening seketika. Mama memeluk aku erat-erat, pelukannya mengisyaratkan dia juga dilanda ketakutan yang amat sangat.

Bapak berdiri dan pergi ke kamar Nenek. Sesaat kemudian dia kembali lagi. Wajahnya terlihat bingung dan kalut.

"Bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana Nenek bisa bangun padahal digoyang-goyang saja bdannya tidak bereaksi."

Jadi...tadi yang aku lihat siapa? | Cerpen Misteri Apakah Senyum Yang Menakutkan Itu Nenek

Ya Tuhan, rasanya aku ingin keluar dari rumah dan lari kemana saja. Aku merasa tercekam membayangkan mata Nenek yang aneh dan memberiku seulas senyuman yang mengerikan.

- Bersambung -