Selera makan Vandi hilang saat melihat hidangan didepannya.
"Ini apa dek?" Tanya Vandi kepada istrinya yang masih sibuk mencuci piring.
"Nasi goreng mas, masa gitu aja nggak tau." Jawab Rahma tanpa menoleh.
sejak kapan nasi goreng ada kuahnya. nasi goreng dengan kuah minyak, ditambah telur dadar yang agak menghitam. | Cerpen Motivasi Anugrah Untuku Suami Yang Pengertian
"Tadi adek ngasih minyaknya seberapa sih?" Tanya Vandi lagi, dia masih enggan menyendok 'nasi kuah' itu.
"Satu gelas mas." Enteng Rahma menjawab. Vandi melongo, 1 gelas?
"Adek, kalo mau buat nasi goreng nggak perlu pake 1 gelas, 3 sendok aja udah cukup." Vandi mencoba menjelaskan dengan suara yang dibuat lembut agar rahma tidak tersinggung.
"Yaaah, abis adek nggak tau mas, masih belajar juga masaknya ..." Rahma beralasan sambil mukanya dibuat sedih. Vandi menghela nafas, dengan terpaksa dia menyendok sedikit nasi goreng buatan istrinya itu, untuk melegakan hatinya. muka Vandi memerah saat sesendok nasi sudah masuk ke mulutnya, rasa asin memenuhi indra pengecapnya. susah payah dia menelan masakan istrinya, lalu meneguk segelas air putih tanpa sisa.
"Dek, mas berangkat dulu yaa?"
"Loh mas? nggak diabisin?"
"Kenyang dek, makasih yaa nasi gorengnya ..."
Vandi mengecup kening istrinya, dan berlalu menuju garasi.
"Hati-hati yank ... jangan pulang telat!"
Rahma berteriak dari dapur.
"Dek, celana mas bolong nih." Lapor Vandi kepada istrinya.
"Trus? kenapa mas? beli lagi dong." Enteng Rahma menyahut, matanya masih fokus didepan TV sambil mulutnya mengunyah keripik. Vandi menghela nafas, ia faham istrinya berasal dari keluarga cukup berada, Rahma tak memusingkan baju robek untuk diperbaiki. ia hanya perlu membeli yang baru. tapi bagi Vandi, membeli celana baru itu seperti membeli gelang emas.
"Adek ... ditambal kan bisa, tolong ya dek ..."
"Ditambal pake apa mas?"
"Ya pake kain lah dek ..., mas tinggal ke masjid dulu ya dek, udah adzan nih."
"Ya mas, taroh situ aja." Kata Rahma. malas dia beranjak untuk mengambil kotak isi jarum.
Vandi meraih baju kokonya, dan bersiap hendak ke masjid untuk sholat subuh. selesai dengan bajunya, Vandi mencari-cari celana yang ditambal Rahma tadi malam.
"Dek, bangun ... dek?" Vandi membangunkan istrinya yang masih terlelap.
"Hmm ..." Rahma menyahut dengan mata terpejam.
"Dek, celana item mas kemarin mana?"
"Ruang tamu." Rahma menyahut pendek.
Vandi berlalu menuju ruang tamu, meninggalkan istrinya yang masih malas bangun. baru saja dia memasukkan kaki kanan, Vandi melihat hal ganjil dicelana panjangnya, matanya terbelak saat melihat hasil tambalan Rahma. Dia seperti tak asing dengan potongan kain yang dibuat menambal celananya. matanya menyapu seluruh ruang tamu, dan biji mata itu berhenti saat melihat gorden motif bunga-bunga sudah terpotong bawahnya. dan potong itu menempel di celana yang baru setengahnya dia pakai.
matahari bersinar terik. membuat peluh Vandi mengucur. dia mengusap dahinya, dan segera menyalakan motor. lelah menjalari tubuhnya, mengingat hari ini dia ada masalah dengan pekerjaanya, yang mengakibatkan atasanya marah. bayangan untuk segera sampai rumah untuk beristirahat dan mengisi perut yang semenjak tadi siang melilit minta diisi, membuat Vandi melajukan motor dengan cepat.
Wajah ceria Rahma menyambut kedatanganya saat dia sampai didepan pintu, "Sini mas, tasnya adek bawain." Rahma menawarkan bantuan.
"Capek ya mas?" Tanya Rahma, setelah meletakkan tas kerjanya di rak.
"Iya dek, mas mau mandi dulu ... gerah banget." Jawab Vandi sambil melepas baju kerjanya.
Selesai mandi, Vandi menuju meja makan. mengambil piring, dan mengisinya dengan nasi. keningnya berkerut saat melihat bubur hijau di panci sayur, dan disamping panci, ada sepiring tempe hitam berjajar rapi.
"Adek, ini apa?" Vandi bertanya pada istrinya yang baru datang didapur untuk menemaninya makan.
"Sayur bayam sama tempe goreng mas."
"Kok bayamnya bisa lembek gini dek?"
"Adek lupa mas, kalo tadi masak sayur ... adek tinggal sholat, baru inget pas abis sholat ..."
"Trus tempenya?!"
"Itu ... adek gak tau mas, tau-tau gosong sendiri ... "
"Duh, deek ... dek ... emang tadi kemana aja waktu goreng tempe ...?"
"Tadi adek liat drama korea bentar mas."
"Ya salaam ... Rahma!, kalau masak itu jangan ditinggal-tinggal!, ni ... liat ini!, jadinya gosong kan?!, kapan kamu bisa masak yang bener?!, aku udah capek, laper, giliran mau makan aja susah ... gara-gara liat masakan kamu kayak gini."
Amarah Vandi yang selama ini ditahanya, akhirnya meledak juga. dia sudah tak tahan lagi dengan kelakuan istrinya.
Rahma diam, wajahnya menunduk. dia tak menyangka Vandi tega memarahinya, mata itu sudah berair. tak lama dia terisak.
"Aku mau pulang kerumah mama."
Kata Rahma, dia berlari menuju kamar meninggalkan Vandi sendiri di dapur.
Rindu menusuk hati Vandi, seminggu sudah Rahma ada di rumah orang tuanya karena dia memarahinya. Rumah terasa sepi tanpa adanya Rahma. hatinya merasa bersalah. Rumah tangga yang baru dia bina satu bulan, belum mebuat Rahma terbiasa dengan rutinitas barunya sebagai seorang istri.
Vandi tau istrinya anak tunggal, dia tidak terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah. sebab di rumah Rahma, ada banyak asisten rumah tangga yang bekerja disana.
Cepat ia menyambar kunci motor. Hari ini dia akan menjemput istrinya, dan meminta maaf. dalam hati dia berjanji menerima kekurangan istrinya, bukankah Rahma juga menerima kekuranganya, lihat saja, dia telah bersedia menerima pinangan Vandi, padahal dia tau suaminya itu bukan orang berada. bahkan dia rela meninggalkan rumah besar tempat ia dibesarkan dengan segala kenyamananya, untuk pindah dirumah kontrakan bersama Vandi.
"Maafkan sikap kekanakan Rahma Van, dia belum terbiasa dengan kehidupan rumah tangga." Bisik mama mertuanya.
"Didik putriku menjadi istri yang benar, tapi didiklah dengan lembut, karena dia seperti kaca, jadi berhati-hatilah."
Nasihat papa mertuanya saat dia mengajak Rahma pulang. Vandi hanya mengangguk, lalu mencium tangan mereka dan berpamitan pulang. beruntung Vandi mempunyai mertua pengertian.
Motor melaju dengan kecepatan sedang, sepanjang jalan pulang Rahma masih enggan mengajak Vandi berbicara. dia hanya membisu. Vandi faham, istrinya masih kecewa denganya. ia memutar otak, untuk membuat Rahma melupakan pertengakaran mereka. Pada saat itu, mata elangnya melihat keramaian pasar malam. dan dikepalanya muncul ide cemerlang.
"Dek, ibuk mau kesini." Kata Vandi kepada istrinya.
"Kapan mas? tumben ... kenapa?"
"Mau ajarin adek masak ..."
Rahma menghentikan kesibukanya mengunyah kudapan kue yang dibawakan mama kemarin, lalu menatap suaminya.
"mas serius?" tanyanya dengan mata membulat.
"Iya lah dek, kan demi kebaikan adek juga ... nanti kalau kita punya anak, adek kan bisa ngasih makanan bergizi ..."
"Tapi adek takut maas ..."
"Takut kenapa?"
"Adek takut disiksa sama ibu mertua ..."
"Astaga ... adek ... ngapain ibuk aku nyiksa kamu ...?"
"Abis ... adek sering liat di film-film ibu mertua nyiksa menantunya ..."
"Nggak deek ... ibuk aku nggak kayak gitu laah ... tenang, ibuk baik kok."
Vandi mengusap punggung istrinya. dan berharap semua yang ia rencanakan berjalan lancar.
Keesokan harinya, ibu Vandi datang.
bayangan Rahma tentang ibu mertua yang galak tidak ada sama sekali pada ibu suaminya itu. Seperti kata Vandi, ibunya datang untuk mengajari Rahma memasak. dengan telaten ibu memberi tau semua nama-nama bumbu dapur, membuat tulisan-tulisan kecil untuk ditempelkan di toples-toples kecil yang berisi gula, garam, merica, dan sebagainya agar Rahma tidak bingung membedakan.
kesabaran ibu mertua sudah membuahkan hasil, kini Rahma sudah piawai memasak. Lihat saja, setiap hari Rahma selalu memasak beberapa menu masakan. | Cerpen Motivasi Anugrah Untuku Suami Yang Pengertian
"Adek, kok masaknya banyak banget?" Tanya Vandi suatu hari.
"Adek nggak sabar mas, pengen nyobain resep-resep dari ibuk." jawabnya.
dan setelah itu, Vandi akan duduk kekenyangan sambil mengelus perutnya.
Vandi menatap wajah istrinya yang sudah tertidur, wajah itu begitu polos. Hatinya juga mudah rapuh, saat ia sedikit melukai hati itu. Vandi tau istrinya bagaikan kaca. saat kaca itu kotor, jika ia bersihkan dengan kasar maka dia akan retak. tapi jika dia membersihkanya dengan lembut, maka kaca itu akan tetap utuh, dan semakin mengkilap.
Vandi mencium kening putih itu, dan menyelimuti tubuh mungil istrinya dengan selimut. dalam hatinya ia berjanji, akan menyayangi perempuan itu. perempuan kedua yang ia cintai setelah ibunya.