Aku Punya Rahasia Aku Jatuh Cinta 2

Pagi itu sama seperti pagi-pagi lainnya. | Cerpen Cinta Aku Punya Rahasia Aku Jatuh Cinta 2

Kedamaian dalam irama beep berbagai alat monitor dalam ICU. Aku masih berusaha membuka mata lebar-lebar, walau hati begitu merindukan bantal. Conjungtiva merah dikelilingi lingkaran hitam disekeliling mata bak panda cina adalah akibat bergadang semalaman.

Walaupun​ sudah dilarang oleh bang Roma, demi kemanusiaan dan demi kelulusan, harus dilakukan. Dua operasi beruntun, craniectomy dan laparotomy menghasilkan badan lemah lunglai akut dan kadar kantuk tingkat tinggi. Tapi stase ICU harus dilaksanakan. Maka disanalah aku berada. Menjadi saksi mata kisah cinta.

Walau tak ingin melihat, tapi tetap saja sebagai orang Indonesia dengan tingkat kekepoan yang tinggi, aku mencuri-curi pandang. Lelaki itu selalu datang setiap jam 7 pagi dengan mawar jingga di tangannya. Rutinitasnya, mencium kening si gadis putih itu, mengoleskan lip balm di bibirnya yang kering, kemudian bercerita panjang lebar kepadanya. Sayang, posisiku cukup jauh untuk bisa mencuri dengar.

Dan pertunjukan kasih sayang itu membuatku semakin iri. Ingin aku melakukan hal yang sama, tapi kuurungkan karena bisa membawaku ke sidang etik atau bahkan bisa juga diperkarakan. Tahulah bagaimana sekarang profesi ini dibidik oleh setiap orang. Jika ada komplikasi yang tak diharapkan, katanya mal praktek. Kalau menolak menangani karena peralatan tak memadai dan menyarankan dirujuk ke fasilitas yang lebih baik eh dibilang tidak berkemanusiaan dan menolak pasien. Belum lagi pandangan, kalau dokter pasti kaya, padahal gaji kadang dibawah UMR. Kesalahpahaman terbesar katanya kalau dokter bakal enteng jodoh karena banyak diminati calon mertua. Padahal banyak yang jones...jomblo ngenes...seperti aku.

Hoaahm.... Udara beraroma clorin dan obat-obatan menyerbu masuk ke dalam mulutku yang menguap. Setumpuk status pasien dihadapanku menuntut untuk diisi dengan lengkap sesuai hasil observasi yang dilakukan. Tapi pikiranku mengembara ke gadis putih itu dan lelakinya. Kenapa tak juga dia selesai dengan rutinitasnya yang sudah berlangsung 10 hari ini. Semenjak ada gerakan sesaat pada jari gadis putih itu, tak ada perubahan lain yang terjadi. Dia tetap diam. Nafasnya bergerak teratur​ seirama hembusan ventilator.

Suara gemerisik lembut membuyarlan lamunanku. Rupanya lelaki itu sudah selesai. Dia tampak melepaskan baju hijau khusus yang dipakai oleh pengunjung ICU dan menggantungkannya di pojok ruangan. Dia tersenyum santun. Kujawab dengan sedikit anggukan formalitas. Setelah itu dia menghilang di balik daun pintu.

Kesempatan ini tak kusia-siakan. Kuraih statusnya beserta stetoskop abu-abu di atas meja, lalu terbang ke arah gadis putih. Kucatat kadar SpO2nya, kuamati deretan sandi rumput irama sinusnya di monitor jantung. Lalu kubisikkan perlahan puisi untuknya, seperti yang biasa kulakukan sepuluh hari terakhir ini.

Bangun...bangunlah....

Dunia masih indah untuk dikecap

Tinggalkan derita bagai mantan

yang terlupa

Kutunggu kau diujung rindu

Ada cerita indah kujanjikan untukmu

Seorang perawat muda mendekat ke arahku sambil mendorong trolley peralatan medis. Aku segera membungkuk pura-pura mengamati syringe pump.

"Kayaknya obatnya yang di syringe pump mau habis nih sus"

Perawat itu melirikku dengan malas.

"Masih banyak itu mas... Nanti kalau mau habis, alarmnya juga bakal bunyi sendiri."

Aku hanya bisa cengar-cengir salah tingkah. Bodoh sekali diriku mencari alasan. Perawat itu kemudian berjalan melewatiku dan mengarah ke pasien di ruang VIP.

Aku mendesah lega. Lalu bersiap meneruskan puisiku. Tapi tiba-tiba kulihat kelopak matanya yang setengah tertutup mulai berkedip perlahan. Dengan eforia tertahan, kutunggu dengan jantung berderap dalam irama takikardi. Perlahan-lahan matanya terbuka. Baru ku tahu irisnya berwarna kecoklatan. Dan bola mata itu bergerak perlahan, kemudian menatapku. | Cerpen Cinta Aku Punya Rahasia Aku Jatuh Cinta 2

Aku tersenyum kepadanya.

"Selamat datang kembali"

- Bersambung -