Aku Punya Rahasia Aku Jatuh Cinta

Sst...aku punya rahasia. Aku jatuh cinta. Pagi ini. Wajah cantiknya pucat tak berona. Tapi hati tak pernah bisa diduga. Bisa jatuh pada siapa saja. | Cerpen Cinta Aku Punya Rahasia Aku Jatuh Cinta 

Tak terkecuali jatuh hatiku padanya.

Aku bertemu dengannya pagi ini. Dalam diam. Dia terbaring sunyi diatas tempat tidur perawatan. Hilang kesadaran. Setelah terjatuh dari lantai dua balkon apartemennya. Bagiku dia tampak seperti putri aurora, putri tidur yang menunggu ciuman dari

pangerannya...yaitu..ehm...aku hehehe.

"Mas koaaaas!" Suara sopran yang meleset semua nadanya ini menyadarkanku dari impian semu.

"Pagi-pagi bukannya ngisi status, malah ngelamun aja," gerutuannya yang cempreng setara kekuatan kamehameha yang menusuk-nusuk membran timpani.

"Ini juga lagi mau diisi kok sus," jawabku kalem sambil tersenyum semanis empedu.

"Pasien ICU baru ya sus?"tanyaku seolah acuh tak acuh, sambil menunjuk putri tidur itu.

"Iya mas...barusan tadi subuh. Noh statusnya, sekalian dilengkapi status observasi pagi ini!" jawabnya dengan suara yang mirip cicitan burung cucak rawa.

"Ya diobservasi dulu to sus, baru ditulis," sahutku sembari menyambar stetoskop riester di atas meja.

Kudekati tempat dia terbaring dalam kesunyian abadinya. Kuamati baris status yang menyatakan keadaan dirinya. Dari hasil hetero anamnesa, dia terjatuh pagi ini dari balkon tingkat dua apartemen mewahnya.Trauma pada bagian kepala, leher dan kaki. Cedera Kepala Berat dengan GCS 5. Fraktur tibia dan femur sinistra dextra. Suspect suicide, bisikku dalam hati. Entah apa beban berat yang dihadapi dalam hidupnya. Hingga dia tak sanggup lagi untuk hidup di dunia.

Kulit putihnya tampak sepucat perkamen. Aku menduga-duga apakah hitam rambutnya, karena yang tampak kepala licin tercukur, akibat persiapan operasi tadi malam, yang tertutup perban. Bibirnya tampak berkerut kerut kering. Tapi tak menghalau kecantikannya yang berpendar ke dalam retinaku.

Gawat, bisikku dalam hati,mencintai pasien adalah pelanggaran kode etik. Cukup empati pada pasien, tidak boleh terjebak pada simpati apalagi jatuh hati. Bisa mengganggu obyektivitas dokter, kuliah prof Harno terngiang-ngiang lagi di telingaku.

Kupejamkan mataku sejenak, berusaha menetralisir rasa yang berdesir-desir di bilik jantungku. Oh oh, inikah yang dirasakah pangeran Philips saat bertemu Aurora yang tertidur panjang.

"Mas koaaaas!" aku terperanjat kaget mendengar gelombang berfrekuensi tinggi yang menyerbu gendang telingaku. Si perawat cucak rawa itu lagi.

"Lama amat observasinya. Cepat dilengkapi. Sebentar lagi visite besar prof Herpan". Tanpa tanda-tanda kedatangan, perawat senior itu sudah berkacak pinggang di belakangku. Mungkin ini dia titisan dari suster ngesot.

"Siap sus," jawabku sambil mengisi secepat kilat status vital dan status neurologisnya.

Tiba-tiba sejumput kesadaran menyerbu pikiranku.

"Sus..sus", panggilku ke perawat cucak rawa yang akan berlalu.

"Suaminya pasien kemana ya sus, mau nglengkapi anamnesa nih".

Perawat itu mendengus kesal dan menghentikan langkahnya.

"Makanya dibaca yang teliti to mas koas... Itu pasiennya masih nona, bukan nyonya."

"Yes", teriakku dalam hati. | Cerpen Cinta Aku Punya Rahasia Aku Jatuh Cinta 

"Tadi malam dianter tunangannya. Ntar lagi paling datang njenguk.Udah ah, saya mau operan jaga nih", sahutnya sambil berlalu mempercepat langkahnya.

Kuncup di hatiku langsung nyungsep masuk ke dalam tanah, menyesal pernah bertunas.

Tepat jam 9 pagi, pria itu datang. Dia membawa seikat mawar jingga. Meletakkan di meja samping tempat tidur, lalu mencium kening si gadis putih. Gayatri, nama yang tercantum di sampul status, tetapi aku lebih suka memanggilnya gadis putih. Gadis putihku. Ternyata kuncupku tak mau menyerah. Dengan semangat 45, dia kembali menegakkan batangnya dengan pongah. Sebelum janur kuning melengkung, dia bukan milik siapa-siapa. Itupun kalau dia selamat melewati masa kritisnya. Karena malaikat maut membayangi di setiap helaan nafasnya yang dibantu ventilator.

Aku mengamati dua sejoli itu dari meja jaga di pojok ruangan ICU. Ac yang menghembus dingin tak mampu mendinginkan api cemburuku. Kucoba mengalihkan perhatian sambil membaca ulang hasil visite prof Herpan tadi. Tulisan stenonya setara huruf hieroglyph yang kucoba pecahkan cara membacanya.

Dari hasil CT scan saat kedatangan di UGD, tampak fraktur di os parietalnya. Menghasilkan genangan darah SDH yang cukup luas. Seperti dorayaki doraemon yang disusupkan ke dalam batok kepala. Sudah di trepanasi tadi malam di OK. Lalu dibawa ke ICU subuh tadi.

Sial..belum keluar juga dia. Masih duduk di sana, menggenggam tangan gadis putihku. Sambil membisikkan, entah apa, ke telinganya. Mau tak mau pemandangan intim di depanku membuatku jengah dan membuatku membuang pandangan. Sakit.

Tak mau teracuni lebih lama, aku menyibukkan diri mengobservasi pasien ICU lainnya sambil sesekali mencuri pandang k gadis putihku.

Tak lama lelaki itu mencium kening gadis putih, lalu berpamitan padanya. Tentu saja tak terdengar jawaban darinya. Tiba-tiba lelaki itu berpaling padaku. Seperti memyadari sejurus pandangan menusuk yang mengamatinya dari tadi. Dia tersenyum basa-basi. Yang kubalas dengan senyum sekenanya juga. Ganteng juga. Sayangnya aku bukan homo.

Setelah lelaki itu berlalu, segera aku terbang ke gadis putihku. Sambil mengecek manitol yang menetes perlahan ke dalam pembuluh darahnya, aku mengamati wajahnya. Setitik air mata muncul di muara lacrimalisnya. Kenapa? Apa yang mengusik hatimu. Di dalam khayalku kau bercerita tentang gundah hatimu. Tentang lelakimu yang berselingkuh darimu. Hingga kau ingin mengakhiri hidupmu.

"Bangunlah", bisikku perlahan.

"Rajutlah cerita baru bersamaku. Aku takkan pernah menyakitimu".

Jari telunjukmu berkedut sesaat. Aku terkesiap. Menunggu tanda-tanda kebangkitan dari tidur panjangmu. Tapi tak ada.  | Cerpen Cinta Aku Punya Rahasia Aku Jatuh Cinta 


Hanya hembusan teratur dari ventilator di sela-sela bunyi beep monitor jantung.

- Bersambung -