Tiap keluar dari Kos, aku sempatkan melihat ke arah pintu Abang ganteng berharap pintu itu dibuka dan Abang ganteng keluar memberi senyuman manisnya. |Cerpen Lucu Aku Mencintaimu Abang Yang Ganteng Part 4
Senyum itu membuat aku rindu padanya.
Ketika aku pulang kerja kulihat pintu Kos Abang ganteng terbuka. Aku senang berarti Abang ganteng sudah pulang. Kesenanganku hanya sebentar. Seseorang keluar dari pintu Kos Abang ganteng dan membawa labtop. Aku menghampirinya.
"Kenapa dibawa labtop Bang Sobirin Bang?"
"Tuan yang menyuruh saya menjemput ini Neng."
"Di mana Bang Sobirin?"
"Sudah balik lagi ke rumahnya."
"Rumahnya?"
"Iya Neng.. Kemaren kan Tuan kabur dari rumah."
"Kenapa Bang?"
"Tuan gak mau dijodohkan dengan gadis pilihan Ibunya."
"Berarti sekarang sudah mau makanya balik lagi ke rumah?"
"Mungkin saja Neng. Mari Neng...!"
"Iya Bang."
Abang itu pergi meninggalkan aku. Ada perasaan sedih di hati. Aku gak akan ketemu lagi dengan Abang ganteng. Aku merasa kehilangan.
Sebulan sudah setelah kepergian Abang ganteng. Aku sudah terbiasa lagi tanpa kehadirannya. Mudah saja bagiku melupakan Abang ganteng. Ya begitulah aku. Cuek dengan urusan perasaan. Padahal umurku sudah hampir kepala tiga. Sudah seharusnya menjalin hubungan yang serius agar berlanjut ke tahap pernikahan. Tapi aku terlalu cuek dengan lelaki. Bahkan Maris dan Kresia pernah mengatakan kalau aku sudah mati rasa. Aku hanya tertawa mendengarnya.
Sabtu sore, aku langsung mandi begitu sampai di rumah. Terdengar suara ketukan pintu. Paling juga Maris atau Kresia batinku. Aku pakai jilbab lalu membukanya. Ternyata seorang lelaki yang umurnya kira-kira 40-an.
"Neng Nadia ya?" tanyanya.
"Iya. Ada apa Pak?"
"Ikut saya sekarang Neng. Ada urusan penting."
"Urusan apa pak?"
"Nanti juga tau."
"Gak bisa gitu dong Pak. Kasih tau dulu apa urusannya. Saya kan gak kenal ma Bapak. Jangan-jangan Bapak penjahat."
Aku mulai takut. Tapi si Bapak malah menarik tanganku berjalan keluar gang sempit Kos. Lalu menaikkan aku ke sebuah mobil dengan paksa. Mobil pun meluncur. Aku memukul-mukul kaca mobil sambil teriak. Tapi percuma. Tidak akan ada yang mendengar. Aku milih diam dengan ketakutanku sambil berdoa dalam hati agar tidak terjadi yang tidak diinginkan padaku. Mobil melewati jalan yang tidak pernah kulewati. Sebagai perantau di Jakarta, masih banyak tempat yang tidak pernah kujalani.
Mobil berhenti di sebuah Rumah megah. Si Bapak membukakan pintu mobil lalu menarik aku masuk ke dalam.
"Duduk dulu Neng!"
Aku menurut. Aku duduk sambil memperhatikan sekitar. Bagus sekali rumhnya,batinku.
Tiba-tiba seseorang memanggil namaku. Suara yang aku kenal. Aku menoleh ke arah sumber suara. Ya...,Abang ganteng berdiri di belakangku. Lalu dia duduk di dekatku.
"Maaf karena Abang membawa paksa Nadia kemari tanpa tanya-tanya dulu. Maaf juga karena kemarin gak sempat pamit ma Nadia."
"Hmmmm... Lalu untuk apa aku dibawa ke sini?" Ini rumah Abang ya? Gede banget. Perlu waktu seminggu nih tuk membersihkan seluruh isi ruangan."
Abang ganteng tertawa lagi. Pintu terbuka lalu masuk seorang wanita yang usianya sekitar 50 tahunan. Masih cantik walau sudah tua dan terlihat berwibawa. Abang ganteng menyalam dan mencium tangannya. Aku ikutan menyalam dan mencium tangan wanita itu tanpa diminta. Aku yakin ini pasti Ibunya Abang ganteng.
"Bu... ini Nadia.."
"Siapa dia? Calon istrimu?"
"Iya Bu.."
Aku terkejut. Ada apa semua ini. Sudah tak terhitung lagi berapa kali Abang ganteng memberi kejutan semenjak aku mengenalnya. Tante Sonya, nama Ibunya Abang ganteng menatapku dan memperhatikan penampilanku dari atas sampai bawa. Dia sepertinya heran melihat penampilanku yang hanya memakai baju tidur dan jilbab sederhana. Aku jadi gugup.
"Bu.. Nadia aku paksa kemari tanpa sempat dia mengganti pakaiannya."
"Ya sudah... bawa dia ke atas untuk berganti pakaian. Biar kita makan malam bersama."
Abang ganteng membawaku ke kamar di lantai atas. Di situ sudah tersedia baju dan jilbab tuk aku pakai.
"Pakai baju ini Nad!"
"Bang, banyak yang harus abang jelaskan padaku."
"Iya. Nanti Nadia juga tau pas kita makan malam."
"Tapi aku ingin tau sekarang."
"Nanti saja. Ya udah Abang keluar dulu. Pakai baju itu lalu turun!"
"Ini sudah Magrib. Aku Shalat dulu." | Cerpen Lucu Aku Mencintaimu Abang Yang Ganteng Part 4
"Abang tau. Tuh di lemari ada mukenah," Abang ganteng menunjuk lemari lalu dia pergi.
Aku masuk ke kamar mandi untuk mengambil wudhu lalu Shalat Magrib. Selesai Shalat, aku mengganti pakaian lalu turun menuju meja makan. Kulihat Abang ganteng dan Tante Sonya sudah menunggu. Aku duduk dekat Abang ganteng. Kami pun makan sambil ngobrol.
"Jadi kamu tinggal sendiri di sini ya?" tanya Tante Sonya.
"Iya tante. Orang tua saya di Medan."
"Berapa usiamu?"
"29 tante."
"Sudah lama jadi guru?"
"Sekitar 4 tahun tante."
"Sudah lama kalian pacaran?"
Uhuukkk... Aku terbatuk mendengar pertanyaan Tante Sonya. Abang ganteng memberiku segelas air putih. Aku mengambilnya lalu meminumnya sampai habis. Aku menarik napas lalu berkata
"Maaf tante, saya gak mau berbohong. Saya dan Bang Sobirin gak pacaran. Dan saya bukan calon Istrinya. Kami hanya berteman."
"Abang serius ingin menikahimu Nad," kata Abang ganteng.
"Apaaa???" aku terkejut mendengar perkataan Abang ganteng.
"Ya Abang serius."
"Tapi Bang..."
"Tapi apa? Semenjak kita bertetangga, Abang selalu memperhatikan semua yang Nadia lalukan. Dan Abang yakin tuk menikah denganmu."
"Abang gak tau semua tentang aku. Aku bukan dari keluarga kaya Bang. Ayahku hanya seorang guru PNS di Medan. Dan.. ini terlalu cepat bagiku. Maaf aku gak bisa Bang.."
Sebenarnya ada rasa bahagia di hatiku mendengar perkataan Abang ganteng tapi aku masih belum yakin.
"Aku mau pulang Bang."
Aku berdiri. Tante Sonya juga berdiri dan menghampiriku
"Tante suka dengan kejujuranmu. Kamu tidak berpura-pura."
"Tapi Tante..."
"Gak usah jawab sekarang. Rin, antar Nadia pulang."
"Baik Bu..."
Aku menyalam dan mencium tangan Tante Sonya lalu aku dan Abang ganteng pergi meninggalkan rumah itu. Abang ganteng tidak langsung mengantarku ke Kos. Kami singgah di taman yang pernah kami singgahi sebelumnya.
"Abang gak mau Nad dijodohkan dengan gadis pilihan Ibu makanya kemaren Abang kabur dari rumah."
"Aku tau Bang. Tapi kenapa Abang milih tinggal di Kos itu?"
"Supaya Sarli, gadis pilihan Ibu tidak menemukan Abang."
"Lalu sekarang Abang memperalat aku tuk menghindar dari perjodohan itu?"
"Gak juga."
"Lalu..?"
"Kita jalani saja dulu."
"Aku dulu emang kagum ma Abang tapi bukan berarti aku cinta ma Abang."
"Aku tau. Kamu itu wanita cuek dengan lelaki. Dan Abang suka itu."
Aku menatap Abang ganteng. Dia malah tersenyum. Senyum yang sempat membuat aku kecarian.
"Kalo gitu Abang buat aku jatuh cinta ma Abang dong!!"
"Tapi Abang gak pandai menggombal wanita."
"Ya jelas gak bisalah. Ngomong aja susah. Dan aku gadis Medan Bang. Gak suka digombalin."
Kami tertawa.... | Cerpen Lucu Aku Mencintaimu Abang Yang Ganteng Part 4
- Bersambung -