Angin malam yang menusuk tulang tak membiarkan tubuh kecil yang terdiam di sudut terminal itu berpeluk kehangatan. | Cerpen Sedih Adrel Kecil Yang Berjuang Bersama Ibunya
Di bawah temaram rembulan tanpa bantuan cahaya lampu, terlihat seorang anak laki-laki berpenampilan seadanya sedang menawarkan sesuatu kepada setiap pria yang lewat.
"Ayo Om, ikut saya aja." Dia berusaha membujuk dan menarik halus lengan seseorang yang melaluinya.
"Yang mana?" Seringai buas ditampakkan pria itu di sela kepulan asap rokoknya, membuat si kecil beringsut beberapa langkah ke belakang.
"Hei...! Kenapa bengong, bukannya kau sudah bikin penawaran tadi? Cepat kau antarkan aku ketempatnya!"
Hardik beringas pria itu menyadarkannya.
"Ah iya, ayo ikut kesini."
Dengan langkah kecilnya, Ia berjalan di depan pria bertubuh besar dengan wajah menakutkan tadi ke suatu tempat.
Setelah melewati beberapa gang sempit, si laki-laki kecil menghentikan langkah.
"Tunggu disitu sebentar."
Dia berkata pelan pada orang yang dibawanya. Tanpa banyak tanya pria itupun menghentikan langkah.
"tok...tok...tok...."
ketukan di pintu yang tak terlihat seperti pintu itu membuatnya berderit terbuka. Menampakkan sembulan kepala seseorang.
"Kamu disini sayang."
Kecupan ringan mendarat di kening si kecil, yang segera di usapnya dengan punggung tangan kiri.
"Kamu bawa temanmu?"
Kepala yang ternyata milik seorang wanita muda dengan dandanan ... yang bisa dibilang agak berlebihan itu bertanya menyelidik.
"Ehm...." Deheman berat di belakang si kecil menyadarkan gadis dengan dress ketat berwarna merah yang membalut tubuhnya dan menampakkan dengan jelas setiap lekukannya itu, dan membuat dia segera berpaling.
"Ah... Abang sudah datang?" Sedikit basa basi tak diperlukan terlontar dari bibirnya yang memaksakan diri untuk tersenyum.
Setelah sedikit basa basi, Ia menggandeng lengan lelaki kekar itu dan bergelayut manja sembari menuntunnya masuk kedalam ruang darimana dia berasal tadi.
Si kecil masih mematung ditempatnya. Wanita itu keluar lagi dan berjongkok memegang bahu kecil di hadapannya.
"Adrel udah bawa teman kemari, sekarang Ibu mau kerja dulu ya. Adrel bisa tidur sekarang. Tau kan tempatnya? Ibu gak usah antar ya."
Kecupan ringan kembali mendarat dikening si kecil, namun kali ini dibiarkannya.
Dia pergi melangkahkan kaki kecilnya meninggalkan wanita yang meng-ibu-kan diri padanya tadi.
Taman itu tak terlalu luas, banyak anak kecil berlarian kesana kemari. Terlihat seorang wanita muda nan cantik dengan celana jeans dan kaus yang terlihat pas dikenakannya tengah memandangi seorang bocah kecil yang berlari ke arahnya.
"Ibuuu...!"
Kerjap mata bintang si bocah 4 tahunan itu menghambur dalam pelukannya.
"Kenapa Ibu sendirian lagi? Bukannya Ibu janji mau bawa ayah Adrel juga hari ini?"
"Tuh, disana. Yang duduk di bangku taman di bawah pohon itu." Si ibu menunjuk seseorang yang segera tersenyum dan melambaikan tangan pada mereka berdua.
Adrel mengangguk girang melihatnya.
"Ayah Adrel hari ini lebih tampan dari yang waktu itu ya Bu."
Adrel memandangi wajah sayu ibunya sembari mengingat kedatangan ibunya dengan seorang lelaki lain beberapa hari sebelumnya.
Yang ditanya hanya tersenyum tipis.
"Adrel suka?"
"Su...ka!!" Jawab Adrel girang.
"Udah gitu ayah Adrel banyak lagi, gak kayak Dian sama Arka yang ayahnya cuma satu."
Celoteh Adrel membuat titik hangat tak terbendung jatuh disudut mata sang ibu.
Wanita itu memeluk Adrel yang tak tau sebabnya, namun segera balas memeluk pula.
"Maafkan Ibu sayang, Ibu tak tau ayahmu yang mana itu sebabnya namamu Adrel. Anak dari ribuan lelaki."
Dia hanya bisa mengucapkan hal tersebut dalam hatinya.
Adrel kecil yang tak lagi terlalu kecil dan terpaksa menjadi penjaja tubuh ibunya tanpa dia ketahui, kini tengah meringkuk tidur di sudut bangku terminal berselimut karton bekas kotak mie instan yang didapatnya dari pedagang di terminal sore tadi.
Dia tak tahu akan bagaimana nasibnya kelak, Dia hanya tahu bahwa dirinya harus menjadi lelaki tangguh demi sang ibu. | Cerpen Sedih Adrel Kecil Yang Berjuang Bersama Ibunya