"Bang, sini jangan pergi, pegang tangan Friska." Aku memasang wajah memelas. Lalu, memperlihatkan pupy faceku kepadanya. | Cerpen Lucu Abang Memang Orang Yang Tengil
"Kagak, biarin ajah lu sendiri, ini karma!" Seru Bang Frans.
Dia memeletkan lidahnya padaku, membuatku dilanda rasa kesal akut.
"Abang durhaka lu, sialan!" Ketusku.
"Siap Friska?"
Dokter berambut hitam legam itu bertanya padaku, dia menatapku geli karena aku terlihat ketakutan, sialan Bang Frans gak mau nemenin aku.
"Kamu kok takut gitu, tahun lalu kan kamu udah pernah penyedotan," ucapnya.
"Itu masa lalu Dok, sekarang kita tatap masa depan. "
Suara kekehan mengalun ditelinga, aku duduk di kursi, memejamkan mata dengan posisi bersandar, hingga terdengar suara seperti singso, sumpah! Seperti itu suaranya, sebelum kurasakan jarum itu masuk ke hidungku, bahkan aku seperti merasakan jarum itu sampai di mataku.
Meski udah beberapa kali, rasanya masih sama sakit pake banget, hufff.
"Udah dek?"
"Kagak, masih mau nyedot lagi!" Ketusku.
Bang Frans terkekeh, lalu menarik tanganku,"woy mau kemana bang?"
"Kita kabur ke taman, sebelum Mama, Papa datang."
Wajahku berseri, setelah beberapa hari ini aku hampir mati kebosanan di kamar, uhh! Tidak jadi mati bosan, karena aku selalu menulis lewat ponselku.
"Bagus lu gak usah bawa gue Bang, lu manfaatin gue kan?!"
Aku memasang wajah marah, lihat ajah, ternyata dia ketemuan sama pacarnya, dan dia membawaku agar Mama tidak marah padanya. Abang durhaka!
"Ini adik kamu Frans?"
Aku menatap gadis berkulit kuning langsat itu, dia tinggi, rambutnya panjang. Lumayanlah, tapi masih lebih cantikkan aku, iya kan?
"Iya, kenapa?" Tanyaku.
"Kok gak mirip."
Bang Frans terbahak-bahak.
"Gak tau yang, aku juga heran. Si Friska kulitnya kok eksotis, coklat gitu, matanya bulat warna coklat, rambutnya dulu emang panjang, tapi dipotong Mama, karena dia gak pernah rapi ke sekolah!" Bang Frans dan gadis itu kembali tertawa,"atau jangan-jangan kamu anak angkat Fris."
"Sialan!!!" Umpatku.
Mataku berkaca-kaca, aku anak angkat?
Kuakui Bang Frans, kulitnya putih matanya sipit, dia juga tinggi, dan ganteng. Tapi aku kan, cantik juga. Apa betul aku anak angkat?
"Aku bilangin sama Mama!" Teriakku.
Aku melangkah ke kamar, kulihat Mama, Papa disana, kutatap mereka bergantian. Papa kulitnya coklat, matanya sipit, sedangkan Mama putih, matanya berwarna coklat.
"Aku mirip keduanya," gumamku.
"Eh Friska? Udah siap? Mana Abang?"
"Udah mati!"
"Fris!" Nada Papa, terdengar memperingati.
"Ma, Friska gak anak angkat kan?" Tanyaku pelan. Mama menatapku heran.
"Kenapa kamu nanya gitu?"
"Jadi bener Ma?" Tanyaku.
"Yee kagak, Friska anak kandung Mama," Ucap Mama. Aku menghembuskan nafasku lega.
Karena kalau iya aku anak angkat, Oh God Drama hidupku sungguh menyedihkan.
#
Kebosanan melandaku, Mama dan Papa sudah pulang dari tadi, sedangkan Abangku pamit mengantar pacarnya pulang. Aku hanya bisa bermain ponsel, lalu membaca novel, atau menonton film anime kesukaanku.
(Gue bosen Sat) Aku mengirim pesan kepada Satria, sahabat dunia maya.
(Lah, kok bisa?) Tanyanya.
(Gue sendiri, mau minta password WiFi tapi gue malu )
(Udah gak papa, minta ajah, biar lu bisa Youtubean, dan kagak bosen)
(Susternya galak) Jujur, susternya memang galak, matanya yang tajam, ih pingin banget nyongkel tuh mata.
(Udah gak papa) balas Satria.
(Seandainya ada Dokter ganteng disini, pasti gue betah disini) balasku sambil berkhayal.
(Hahaha atau gak, gimana kalau lu kabur?) Aku tersenyum membacanya.
(Good Idea!!)
Aku berjalan di koridor, astaga. Seandainya aku tidak memakai baju rumah sakit, seperti ini pasti aku bisa tebar pesona, hufft.
"Dik, kok nyeker?"
Nyeker?
Aku melihat ke bawah, astaga, apa yang kamu pikirkan Friska? Kok bisa kaki ayam gini?
Kutatap Dokter di depanku ini, kulitnya putih, dia tersenyum padaku menampakkan lesung pipi di wajahnya. Nikmat mana yang kamu dustakan Friska?
"Sayang." Panggilan seseorang menghancurkan imajinasiku.
"Iya maaf yang, dik dipakai sendalnya yah." Pesan Dokter itu padaku, sebelum pergi bersama wanita yang memanggilnya "sayang" tadi.
"Sakit banget!" Aku memegang dadaku. Baru ajah melihat cogan eh tau-tau udah ada bininya.
"Friska?!"
"Apa Bang, kagak usah teriak," ketusku.
Abangku menghampiriku. | Cerpen Lucu Abang Memang Orang Yang Tengil
"Lu mau kemana? Ya Tuhan, lu udah pas kayak pasien rumah sakit jiwa Fris, sumpah! See, rambut lu acak-acakan, baju pasien lu kebesaran, plus nyeker dan jalan sendiri di koridor!"
Setelah berbicara, kembali Bang Frans terbahak membuatku wajahku memerah menahan marah.
"Bughh!"
"Sakit woy!" Dia memegang pahanya yang kutendang.
"Biarin ajah, untung ini di rumah sakit, kalau di rumah, gue cakar lu."
Bang Frans hanya diam menatapku, sambil memegang pahanya.
-
"Ini Fris, makan dulu." Abang menyodorkan semangkuk bubur padaku.
Aku menatapnya curiga.
"Abang gak masukkin racun ke dalem?"
"Ya Tuhan, fitnah lebih kejam dari bohong Fris," ucapnya.
"Apa bedanya?"
"Ya kagak mungkin lah gue masukkin racun, gitu-gitu lu juga adek gue, kagak tega!" balasnya.
Aku mengernyitkan dahi, lalu memegang keningnya.
"Lu gak sakit kan Bang? tumben lu sok manis gini," ucapku.
"Yee kagaklah njir!" Balasnya kesal.
"Atau jangan-jangan lu punya penyakit Bang, dan mau mati, makanya baik gini ke gue, seharusnya lu ngasih tau ke gue Bang, setidaknya sebelum lu mati gue baik ke lu!" Dumelku.
"Anjir, lu kebanyakan nonton film karma yah?"
"Karma? Enggak, karena gue yakin, karma itu akan datang sama si Okta!"
"Okta?"
Aku menggeleng pelan.
"Lupain, atau jangan-jangan Abang sister compleks yah? Astaga Bang, jangan! Kita lahir, dari rahim yang sama, nyusu di dada yang sama, jangan sampai Bang, itu dos-"
Bang Frans menyentil kepalaku.
"Aw, sakit Bang!"
"Kebanyakan baca novel lu! gue masih normal, pikiran lu jauh amat!"
"Yee, siapa tau, tumben ajah lu baik ke gue."
"Kayak jahat ajah gue selama ini sama lu Fris."
"Jahat lah, dari SD lu jadiiin kamar gue basecamp lu, dan kamar lu tempat alat musik lu, waktu gue dibeliin sepeda lu kagak mau ngajarin, waktu gue kesekolah, lu gak mau nganterin, hari pertama MOS, lu sebar foto aib gue waktu kecil yang cuman pakek cancut, dan masih banyak lagi!"
Bang Frans terbahak-bahak.
"Lu ingat detail ya Fris, kagak nyangka."
"Ingatlah, setiap orang yang berbuat jahat sama gue, gue screenshot di kepala, kenang-kenangan siapa tau gue bisa bales dendam."
"Yaudah makan nih, jangan marah-marah mulu, lu masih 17 tahun, tapi mulutnya kayak 27 tahun!"
"Sia-"
"Permisi, Friska nanti suntik yah," ucap suster padaku.
"Lah? Kok suntik Dok?"
"Itu prosedur, biar kamu cepet sembuh."
Kulihat Bang Frans, tersenyum evil.
"Friska takut suntik, Friska takut suntik hahah!"
Kan Abang tengil! | Cerpen Lucu Abang Memang Orang Yang Tengil