Lita, gadis belia berusia delapan belas tahun itu masih duduk di tepi ranjang. Sesekali matanya melirik ke arah pria berbadan tambun yang duduk di sampingnya. Rasa takut terus menggerayangi benak. Kedua tangan Lita menyilang menutupi bagian dada dan pundaknya dengan erat.
“Ayolah, Sayang. Om enggak bakalan nyakitin kamu kok,” ujar pria bernama Jordy itu menarik lengan Lita.
Sekujur tubuh Lita bergidik lalu beringsut menuju sudut ranjang lain. Berusaha menghindari sentuhan dari pria hidung belang itu. Jantungnya berdebar sangat keras sehingga membuat perasaannya tidak karuan.
Melihat sikap Lita, Jordy merasa gemas. Sejenak dia berjalan ke dekat meja lalu meneguk minuman beralkohol yang telah disediakan. | Cerpen Kehidupan Suatu Kisah Sang Kupu Kupu Malam
Setelah segelas minuman habis, tatapan Jordy pada Lita semakin ganas. Birahinya seakan meluap tatkala kesadarannya hilang perlahan. Dia membuka kancing kemejanya dan berjalan mendekati Lita penuh percaya diri.
Lita semakin gugup dan memejamkan matanya. Napasnya memburu, bibirnya gemetar. Dia benar-benar tidak rela menyerahkan keperawanannya pada seorang pria yang tidak dikenalinya. Sekali lagi dia menatap Jordy yang sudah tidak tahan menggumulinya.
“Sayangku, ayo kita bersenang-senang. Kita habiskan malam ini berdua saja,” bujuk Jordy memegang kedua lengan Lita dengan erat.
Seketika Lita panik dan memberontak, “tidak, Om. Aku tidak mau.”
“Cepatlah! Atau Om akan memperlakukanmu lebih kasar dari ini,” ancam Jordy geram.
Lita tersentak. Hatinya berbisik untuk tidak menyerah begitu saja. Seluruh tenaga dan keberanian dia kumpulkan untuk mengelak. Tak peduli seberapa besar kekuatan Jordy menahan tubuhnya. Dia yakin dirinya pasti bisa meloloskan diri dari kamar itu.
Sekuat mungkin Lita mendorong tubuh tambun pria itu hingga terkapar di atas lantai. Dia terkejut dan tidak menyangka akan semudah itu menjatuhkan Jordy. Namun, setelah beberapa detik memperhatikan pria itu, tiba-tiba kedua mata Lita terbelalak. Tampak mulut Jordy mengeluarkan busa dan wajahnya berubah pucat.
Lita menjerit panik lalu keluar dari kamarnya.
Seluruh penghuni hotel heran melihat wajah Lita yang gemetar ketakutan. Beberapa orang penasaran dengan kejadian yang menimpa Lita. Bahkan Tante Murni, germo para pelacur itu mendekati Lita dengan kening mengernyit.
“Ada apa, Lita? Kenapa malah keluar kamar? Bukannya kamu harus melayani Om Jordy?” tanya Tante Murni.
Mulut Lita terkunci rapat, suaranya tercekat di tenggorokan. Dia hanya bisa merintih menitikkan air mata.
Tante Murni bergegas masuk ke kamar untuk mencari tahu. Seketika wanita paruh baya itu terkejut mendapati tubuh Jordy terkapar di atas lantai dengan mulut berbusa dan wajah membiru. Dia merasa geram lalu melangkah keluar menghampiri Lita yang masih berdiri di depan kamar.
“Lita! Apa-apaan kau ini? Teganya kau membunuh pelanggan kita,” bentak Tante Murni.
Kedua mata Lita membesar, “t-tidak, Tante ... a-aku sama sekali tidak membunuhnya. Sumpah!”
“Bohong! Kau pasti meracuninya, kan? Jawab dengan jujur!” desak Tante Murni.
“T-tidak, Tante ... percayalah padaku. A-aku ...”
Tante Murni tidak menghiraukan perkataan Lita dan malah mengeluarkan ponselnya. Dia menelepon polisi untuk segera datang ke tempatnya berada. Tak lupa, wanita paruh baya itu menyampaikan kasus pembunuhan. Sementara hati Lita semakin tidak tenang melihat sikap Tante Murni.
Berselang setengah jam, beberapa anggota kepolisian datang ke hotel tempat pembunuhan itu terjadi. Ambulans pun datang bersama rombongan mobil polisi. Jasad Jordy langsung ditandu ke bawah lalu dilarikan ke rumah sakit. Sedangkan dua anggota polisi lain menggeledah tas milik Lita.
Kedua polisi itu menemukan botol kecil bergambar tulang tengkorak. Lita semakin terkejut melihat barang bukti ada di tasnya sendiri. Semua mata memandang sinis, bahkan Tante Murni pun memelototinya.
“Sudah kuduga, pasti kau pelakunya,” tukas Tante Murni.
Lita mengangkat kedua alisnya sambil menggelengkan kepala. “T-tidak ...!”
“Sekarang Adek ikut kami ke kantor polisi,” ujar salah satu anggota polisi memegang tangan Lita.
“T-tapi, Pak ... s-saya tidak melakukannya,” tandas Lita berderai air mata.
“Adek bisa memberi keterangannya di kantor polisi. Ayo!” bujuk polisi lainnya.
Lita tidak berdaya. Air mata berlinang di pipinya. Dia hanya bisa pasrah saat kedua polisi itu membawanya ke dalam mobil. Sedangkan Tante Murni menyusul di belakangnya dan dibawa sebagai saksi mata.
Sementara itu, di dekat area hotel tampak mobil sedan hitam terparkir. Seorang wanita berwajah anggun tersenyum sinis di dalam mobil. Raut kepuasan tampak jelas di wajahnya.
“Mas Jordy ... Mas Jordy. Makanya jadi suami itu jangan meremehkan ancaman istri. Sudah diberi kesempatan tiga kali masih saja menyewa pelacur. Untung aku kenal Murni sejak lama. Jadi, usahaku melenyapkanmu berjalan mulus,” gumamnya. | Cerpen Kehidupan Suatu Kisah Sang Kupu Kupu Malam