Sebuah Perpisahan Yang Manis

“Gimana, are you happy?” Tanyaku padanya. Aku senagaja mengajaknya pergi ke taman

bermain hari ini, kami banyak bersenang – senang di sana, mencoba wahana baru, tertawa

bersama, teriak teriak bersama saat menaiki roll coaster, makan bersama, setelah itu kami berjalan

jalan melepas lelah di pantai ini.

Bukan tanpa alasan aku melakukan ini semua, aku memang sering bersamanya dan merepotkanya dengan banyak hal. Kali ini aku bertekad membayar sedikit hutang kebahagiaanku padanya. Sedikit saja, karena yang diberikannya selama ini terlalu banyak. | Cerpen Sedih Sebuah Perpisahan Yang Manis

“Iya, i’m happy, thanks ya jelek...” Jawabnya sambil menaikkan celana jinsnya hingga selutut.

Aku menatap matanya yang bercahaya, di balik langit jingga, dan matahari yang mulai terbenam. Rambutnya beriak riak, menari berkejaran menutupi sebagian wajahnya, sejenak, dia memang seperti tokoh cowok keren yang berseliweran di webtoon, yang bisa membuatku tergila gila dan terus memikirkan tokoh tersebut (kacau memang, setua ini aku masih menggilai gambar gambar animasi!)

Dia tersenyum sambil terus berjalan beriringian denganku menyusuri sisi pantai sambil menenteng tas ranselnya. Lalu diapun mengusap rambutku dengan lembut, ahh! Kebiasaanya yang selalu membuatku tersipu dan juga rindu hingga kini. Lalu dia menarik tanganku agar aku mengejar langkahnya yang semakin cepat, aku tak berani menatapnya, kualihkan tatapanku pada riak –riak kecil yang berada di sekitar kaki kami sambil terus menyamai langkahnya yang lebih cepat, mungkin karena kakinya lebih panjang dariku jadi aku harus lebih cepat dari langkah kakinya.

Namanya Angga, dia tinggi, jangkung dan kurus, sedangkan aku bulat dan imut (jangan bilang pendek ya, nanti banyak yang tersinggung). Dia pernah berjuang menjadi lebih berisi lho agar aku bksa menerimanya! Hee, padahal bukan karena itu juga aku tak bisa menerima cintanya.

Rambut Angga agak berponi ke depan, aku suka sekali memandangi rambut itu. Seperti tokoh tokoh kartun kesukaanku, dan ternyata diapun menyukai kartun/animasi seperti ku.

Aku mengenal Angga hampir 8 tahun, tahun 2006-2013. Bahkan aku sampai kenal dengan keluarga nya, dan diapun sudah dipercaya keluarga ku, tiap aku pergi bersamanya, kedua abangku tak ada yang protes, karena mereka sudah sangat percaya pada Angga, beda jika ada cowok lain mendekati ku, mereka tak akan percaya dan tak memperbolehkan aku pergi. Saat itu kami kuliah di tempat yang sama dan jurusan yang sama, hanya saja, dia lebih pintar dariku, dan aku lebih banyak bergantung padanya. Kemana mana kita selalu berdua, ke perpustakaan, makan, ke toko buku, beli perlengkapan komputer, saat aku sakit dia pula yang mengantarku ke dokter, saat aku putus asa dengan skripsiku karena banyaknya revisi, aku hanya mencarinya dan hampir menangis tak tahu

harus berbuat apa karena saking lelahnya seharian dieksekusi dosen, dan dia menolongku, dia membetulkan revisi tiap revisi, mencetaknya lembar demi lembar, mengcopy nya, menjilidnya, semua harus dikerjakan saat itu juga karena besoknya aku sudah harus sidang, dia mengerjakan semuanya hingga larut malam dan mengantarku pulang. Sedangkan aku yang sudah kalut, hanya duduk manis melihatnya sibuk ini itu. Tapi dalam benak terdalamku, aku tak bisa lupakan sat saat itu.

Komputer rusak aku panggil dia, hingga harus di re start, dipasangi anti virus, semua dia yang mengerjakan, hingga aku tertidur menemaninya memperbaiki komputer ku. Ketika sedang kuis di kelas dia selalu bertanya apa aku sudah selesai, lalu dia akan berusaha membantuku mengerjakan kuisku. Ketika aku bosan dan sedang sedih karena patah hati pada beberapa cowok yang tak jelas, aku meneleponnya dan memintanya datang, dia datang, mengajakku jalan, dan selalu tanpa pamrih dia selalu ada untukku. Dia itu bagiku seperti Hua Ce Lay nya Sanchai dalam film Meteor Garden. Selalu ada, selalu siap jika aku butuh. Dia teman, penolong dan juga pelampiasanku, betapa jahatnya aku kan? Tapi dulu aku tak menyadari semuanya itu perbuatan jahat. Karena sudah beberapa kali dia menyatakan cinta, tapi aku bergeming, aku tak bisa. Aku malah menerima cinta laki laki lain yang datang setelah Angga, laki laki yang baru aku kenal. | Cerpen Sedih Sebuah Perpisahan Yang Manis

Sampai sampai, pacar yang dipacarinya dari dia SMP hingga kuliah menerorku, mengatakan aku mak lampir perebut pacar orang, padahal posisinya saat itu akupun sudah punya pacar. Karena aku merasa tak merebut apapun, aku tetap berteman dengannya, makan es krim bareng, ngerjain tugas bareng, nongkrong bareng, dimana ada dia, disitu ada aku.

Hingga tiba saat saat ini. Dia sudah putus dari pacarnya sudah berapa tahun yang lalu, waktu itu aku lost contact darinya karena aku harus pulang kampung dan dia tetap di sini. Setelah bertemu, aku tanya kabarnya, yah, dia sudah putus dari pacarnya sudah lama, dan sampai sekarang, dia ternyata menungguku, mencariku, karena ternyata dia selama ini menyukaiku, tapi dia pendam karena dulu pas kuliah dia sudah punya pacar, begitupun aku, dan setelah putus dari pacarnya dia mencariku.

Dan Aku? Aku tak cukup senang mendengarnya,karena aku benar – benar menyanyanginya sebagai teman, aku nyaman bersamanya sebagai seorang teman, dan akupun sudah mempunyai seseorang yang akan melanjutkan hidup barunya denganku, ya, aku akan

menikah dengan orang lain. Tapi dia berjuang dan berusaha menyakinkanku, lebih lama dari yang

aku pikir, dia di sampingku selama hampir empat tahun (empat tahun sebagai teman, dan empat

tahun dia berusaha menjadikanku pacar) dan aku mengabaikan perasaannya, aku lebih kejam dari

playgirl manapun kan??

“Kamu mau pulang?” Tanyanya.

Aku menggeleng lemah.

“Ada apa si jelek nih, tumben mau nempel terus sama aku..heee..” Katanya sambil menyeringai, menampilkan deretan senyum manisnya. Aku tersenyum mendengar panggilan sayangnya untukku “si jelek” Entahlah itu tak berarti beneran jelek kan?

Hari ini kamu harus bahagia Ga, tapi aku tak bisa membohongi hati kecilku, aku tak bisa bahagia jika akhirnya aku harus pergi dengan yang lain dan kamupun pasti memilih pergi dan tak mau mengingatku lagi, aku akan sangat merindukanmu Ga.

Lalu kita duduk di bebatuan, menikmati senja tanpa kata. Kusandarkan kepalaku pada bahunya, dan kubiarkan dia menggenggam erat tanganku. Hatiku terasa perih, tahukah dia, ini bukan awal, tapi akhir..

Terimakasih atas semua kebersamaan ini, aku tak akan pernah bisa melupakanmu, jika suatu saat kita bertemu lagi, kuharap kau menemukan kebahagianmu. Tapi kata kata itu tak pernah keluar

dari mulutku, hanya air mata yang perlahan menetes seiring tenggelamnya matahari sore ini.

Look, dont get me wrong

Dengar, jangan salah paham

I know there is no tomorrow

Aku tahu tak ada hari esok

If this my last night with you

Jika ini malam terakhirku denganmu

Hold me like i’m more than just a friend

Dekap aku seakan aku lebih dari sekedar teman

Give me a memory I can use

Beri aku kenangan yang bisa kugunakan

Adele, All I Ask

Teruntuk sahabatku Angga, wherever you are, thankyou for loving me. Maafkan aku yang tak sempat mengucapkan kata perpisahan padamu, semua terasa berat untukku dimanapun kamu berada doaku selalu menyertaimu.