#Aku Tidak Pergi, tapi Mendatangimu
“Assalamu’alaikum, Yusuf. Bisa nggak nanti antum jadi pengisi acara dikajian rutin kampus?” pesan dari seseorang yang dikirim padanya. Setelah membacanya Yusuf mengetik balasan,“Wa’alaikumusalam, in shaa Allah bisa akh”.
Yusuf adalah seorang aktivis sebuah kampus swasta di Pontianak. Namanya sudah sangat familiar dikalangan aktivis, mahasiswa angakatannya ataupun para dosen. Dia dikenal karena kepribadiannya yang ramah dan peduli pada siapa saja.
Namun bagi Aisyah, sikap yang selalu ramah dan peduli membuat hatinya tertipu oleh perasaannya sendiri. Dia mulai menaruh perhatian pada Yusuf. Bahkan seiring intensitas pertemuan yang semakin sering mulai menumbuhkan virus merah jambu dalam hatinya. | Cerpen Cinta Aku Tidak Pergi Tapi Aku Mendatangimu
Aisyah, gadis sunda berparas ayu dan tutur kata yang lembut, akhirnya berhasil menangkap perhatian Yusuf. Sikap Yusuf menunjukkan tanda-tanda bahwa dia memiliki rasa yang sama dengannya. Cukup lama mereka bersikap manis pada satu sama lain. Saling memberi perhatian, namun tidak berani maju ke jenjang “pacaran” (istilah tren anak kampus.)
Ditengan perjalanan hubungan tanpa status itu, Aisyah diberitahu bahwa ternyata dia sudah dipilihkan calon suami oleh ayahnya. Hancur. Remuk bagai mie instan yang akan dimakan mentah. Patah hati. Namun, demi baktinya kepada orang tua, Aisyah menerima calon yang dipilih ayahnya.
Soal hubungannya dengan Yusuf, dia mencoba menjelaskan duduk perkaranya. Kemudian Yusuf dengan penuh kesadaran dan pengertian akhirnya mundur. Menyerah pada hubungan mereka.
Semenjak hubungannya kandas, Aisyah bagaikan Bunga yang me”layu”. Menjalani hari dengan murung, sedih dan kecewa karena patah hati. Dia sudah pasrah pada takdir yang akan membawanya. Kemanapun. Pada siapapun.
Satu bulan berlalu…
Hari ini adalah hari Jum’at, hari kesukaan Aisyah, dan hari dimana dia akan menikah dengan seseorang yang bahkan tidak dikenalinya. Para keluarga, tetangga dan handai taulan sudah ramai berkumpul diruangan tempat akan berlangsungnya ijab kabul.
Hati Aisyah dag dig dug tidak karuan. Perasaannya campur aduk. Antara terharu, sedih, takut, dan sedikit rasa bahagia. Ya karena bagaimanapun pernikahan ini adalah hal yang diinginkan ayahnya. Dia bahagia bisa memenuhinya, terlepas dari bukan dengan pilihan hati.
Acara dimulai…
Setelah penghulu menyanpaikan kata sambutan langsung masuk pada acara inti.
“Saya terima nikahnya, Aisyah binti Ismail dengan mas kawin seperangkat alat salat dan 3 gram emas dibayar tunai”.
Tiga hari setelah pernikahan…
Jam berdenting tepat pada pukul 2 pagi hari. Aisyah bangun untuk menunaikan shalat malam. Ketika membuka mata, ternyata sudah duduk disamping tempatnya berbaring, seseorang yang sekarang sudah menjadi suaminya. Sedang menatap dengan matanya yang berbinar bagaikan bintang dilangit. Begitu indah. Menghipnotis. Dia mengulurkan tangan menepikan poni yang menutupi dahi Aisyah. Kemudian mencolek hidung Aisyah dengan sayang.
“Bangun..shalat tahajud” katanya sambil tersenyum.
Setelah selesai salat, Aisyah menghampiri suaminya yang sedang duduk menyandar ditempat tidur, kaki berselonjor, sambil membaca buku sejarah kesukaannya.
Melihat Aisyah datang kearahnya dia menoleh, menutup bukunya. Menyimpannya dimeja disamping tempat tidur.
“sayang, sini” katanya sambil menepuk kasur untuk menyuruhku duduk disampingnya.
“kenapa mas?” Tanya Aisyah setelah duduk
Diraihnya tangan Aisyah,“Sayang.. Mas minta maaf ya atas kejadian dihari pernikahan kita kemarin…”, diam sejenak, memikirkan apa yang akan dikatakannya, kemudian melanjutkan,”Mas nggak ada maksud untuk menyakiti hati Aisyah. Mas nggak ingin kita menjalani hubungan yang tidak sesuai syariat Islam. Mas ingin…kita menjalani hubungan yang halal, yang diridhoi Allah”. Dia menatap Aisyah menanti jawaban. | Cerpen Cinta Aku Tidak Pergi Tapi Aku Mendatangimu
Aisyah yang sedari tadi diam mendengarkan, mengulurkan tangan menyentuh rambut suaminya. Ditatapnya wajah itu, mata yang selalu berbinar itu. Aisyah tersenyum,”Nggak papa mas…yang penting pada akhirnya kita tetap menjalin hubungan, malah yang sah dan halal” ucapnya tulus. “Aisyah bahagia. Terima kasih sudah menemui ayah dan melamarku mas Yusuf”. Aisyah menitikan air mata bahagia.