Sebuah Kisah Jimat Sandra

Sandra salah satu temanku ketahuan menyontek dalam ujian agama. Pak Umar guru agamaku yang mata pelajarannya menjadi korban penyontekkan menjadi gusar. Dia tampak kesal. Sandra akhirnya di panggil ke kantor majelis mengenai hal tersebut. Anak - anak kelas 3 menjadi heboh. Aku juga sebagai teman satu angkatan, walaupun berbeda kelas ikut-ikutan heboh karena ada salah satu temanku yang menyontek saat ujian dan ujian agama pula. Ujian yang seharusnya murni karena itu menyangkut masalah akhirat dan akhlak, ternodai oleh seorang temanku yang melakukan pelanggaran berat, menyontek. Aku segera menuju TKP (tempat kejadian perkara) untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. | Cerpen Lucu Sebuah Kisah Jimat Sandra

“ Sandra memang kelewatan. Dia menulis Jimat (tulisan di kertas kecil yang di tulis kecil-kecil yang berisi contekan) dan menyonteknya pada saat ujian agama. “ kata Sinta salah seorang teman sekelasku. Hal ini di benarkan oleh Randi, Okta, Dodi, Rangga, Azis, Ratna, Wira, yang mengangguk-ngangguk setuju. Sandra kedapatan sedang melihat Jimat oleh Pak Muharmi guru sejarah. Kebetulan kemarin yang mengawas Ujian Agama adalah Pak Muharmi. Pak Muharmi spontan marah dan mengusir Sandra keluar dari ruangan dan dia tidak diperbolehkan lagi melanjutkan Ujian hari itu. Pak Muharmi menyita Jimat Sandra dan mencoret kertas hasil ujiannya dengan ganas, tanda silang merah sebesar kertas dan di bawahnya tertulis Note: Ketahuan menyontek dikeluarkan dari ruang ujian.

Memang sangat di sayangkan Sandra itu bisa-bisanya menyontek. Selama Aku sekolah, aku belum pernah sekalipun menyontek. Bagiku itu sangat memalukan. Apalagi kalau kita menyontek dan ketahuan. Sandra telah mengambil resiko itu dan kini dia menanggung akibatnya. Sandra tiba-tiba menjadi Selebritis sekolah. Dimana-mana orang sibuk membicarakan Kasus Sandra dan Jimatnya dengan penelusuran tajam dan terpercaya setajam Silet, dan sebergengsi Cek dan Ricek. Acara Infotemen yang pada dasarnya tidak bermutu, tidak berbobot, dan tidak mendidik. Namun acara-acara Infotemen tersebut tetap di pertahankan karena banyak yang suka ikut campur, berkomentar, mengosip dan menjelek-jelekkan orang. Seluruh anak di sekolah SMA Jujur secara mendadak berubah menjadi pusaran wartawan Infotemen. Tiap ada Info terbaru mengenai Sandra dan Jimatnya maka orang orang akan berkerumun dengan wajah jijik, tapi juga dengan rasa ingin tahu yang besar. “Apalagi.. Apalagi... “ kata mereka sayup-sayup di telingaku. Aku tidak terlalu ambil pusing, bagiku urusan Sandra biarlah menjadi urusannya, yang penting kita tidak ikut-ikutan menyontek saja.

Teman-temanku berkerumun sambil berdiri di depan majelis guru. Mereka menunggu sang selebritis, Sandra keluar dari ruang persidangan wali kelas dan guru-guru yang lain. Salah satu guru yang sangat keras memarahi Sandra adalah wali kelasku, Bu Dira. Sandra keluar dari majelis guru dengan wajah sendu. Dia di Skor satu minggu.

Keesokan harinya, kami ujian matematika. Kali ini yang mengawas ujian adalah Pak Umar. Memang Guru mata pelajaran bersangkutan dilarang mengawas mata pelajaran yang diajarnya karena dianggap tidak objektif. Pak Umar guru agama, karena itu dia dipercaya mengawas ujian Matematika. Dia masuk kedalam kelas. Kami diam tak ada yang sanggup bersuara. Setelah mengucapkan salam, Pak Umar berkata pada kami “Anak-anak, kalian sudah tahukan tentang Sandra yang di skors selama 1 minggu karena menyontek dalam ujian agama? Bapak ingin menekankan kepada Anak-anak bahwa mencontek itu sama dengan mencuri. Mencuri itu dosa, kalau anak-anak banyak dosa, maka akan masuk neraka. Jadi Anak-anak janganlah sekali-kali mencontek karena mencontek itu mengambil apa yang ada di pikiran orang lain dan mengakui itu hasil pekerjan kita. Itu adalah perbuatan Zalim. Allah melaknat orang-orang Zalim. Jadi jangan sekali-kali anak-anak menyontek. Biarlah dapat nilai rendah asalkan usaha sendiri. Dari pada nilai tinggi dengan cara menyontek. Kalian mengerti itu?” “Mengerti Pak!” kata kami bersama-sama. Hari ini kami dapat pelajaran baru menyontek sama dengan zalim.

Satu minggu telah berlalu. Sandra kembali bersekolah seperti biasa. Dia tidak di skors lagi. Tetapi teman-temanku tetap tidak mau beramah-ramah dengan sandra. Kami memang jarang mau bicara dengan Sandra. Dia dianggap tidak ada. Sebenarnya dari dulu sudah menjadi rahasia umum kalau Sandra anak yang agak lemah dalam menangkap pelajaran. Dia anak yang lemot (lemah otak) kata teman-temanku. Nilai matematika dan IPA- nya selalu dibawah nilai KKM. Nilai pelajaran IPS juga rendah. Jika ada pelajaran berkelompok atau diskusi berkelompok tak ada satupun dari kami yang mau satu kelompok dengan Sandra. Dia selalu dapat rangking 40, 41, atau 43 dari 45 siswa di kelasnya. 3 terbodoh di kelas. Sandra bahkan sebenarnya tidak pernah dianggap ada oleh teman-temannya. Guru-gurupun jadi acuh tak acuh pada Sandra dan memperlakukannya seperti seorang tersangka. Tidak ada yang membela dia. | Cerpen Lucu Sebuah Kisah Jimat Sandra

Waktu bergulir begitu cepat. Kasus Sandra dan Jimatnya sudah terlupakan. Siswa-siswi kelas 3 sibuk mempersiapkan Ujian Nasional (UN). Para siswa dan para guru tak kalah paniknya. Di sekolahku diadakan trobosan untuk mata pelajaran apapun yang di ujiankan. Beberapa teman-temanku masuk BIMBEL (bimbingan belajar). Kami semua menderita UN pobia yang parah. Tidak bisa makan, minum, yang terbayang adalah jika tidak lulus UN maka kami akan mendapat Ijazah paket C. Yang artinya sia-sia belaka kerja keras kami selama 3 tahun ini di SMA.

Waktu UN semakin dekat. Wali kelasku Buk Dira selalu berwajah kusut. Dia juga cemas karena takut muridnya ada yang tidak lulus. Dia lalu berkata “Anak-anak nanti kalau kalian UN, kalian jangan pelit-pelit. Kasihlah contekan pada teman-teman yang lain. Minimal nama sekolah kita terselamatkan. Kalo kalian lulus semua berarti sekolah kita bagus. Kalian mengerti?” Sinta, Randi, Okta, Dodi, Rangga, Azis, Ratna, Wira, ku lihat mengangguk-ngangguk setuju. Aku semakin tidak mengerti, dulu saat Sandra ketahuan menyontek Buk Dira wali kelasku itu marah sekali namun kenapa ketika UN dia malah mendukung kami saling contek? Bukankah menyontek itu zalim? Aku tidak habis pikir. Benar-benar membingungkan. Namun semua orang sedang panik menghadapi UN jadi wajar saja jika banyak juga yang menganut prinsip apapun caranya yang penting lulus.

Berhembus kabar bahwa Sandra temanku yang ketahuan nyontek di ujian agama dulu mendapat bocoran jawaban UN. Semua orang berbondong-bondong mengejar Sandra dan berpura-pura baik di hadapannya demi mendapat bocoran jawaban. Teman-temanku sibuk mencari orang-orang yang kira-kira bisa mencarikan mereka bocoran soal UN. Kabar berhembus satu kunci jawaban UN seharga 3 juta. Namun, Sandra sudah punya semua bocoran kunci jawaban UN itu. Teman-temanku tiba-tiba menjadi ramah dan baik pada Sandra. Bahkan Sinta yang setiap hari menghina dia juga tiba-tiba menjadi baik. Sandra tiba-tiba kembali menjadi selebritis SMA Jujur sekali lagi.

Ujian Nasional kini ada di depan mata. Aku melihat teman-temanku sedang menggilir Jimat Sanda berisi kunci jawaban UN. Sinta, Randi, Okta, Dodi, Rangga, Azis, Ratna, Wira, juga ikut-ikutan menyontek Jimat Sandra. Aku tetap berpegang teguh pada prinsip bahwa selama aku sekolah aku tidak pernah menyontek. Wajah teman-temaku terlihat puas. Mereka sangat yakin mereka lulu UN karena sudah mendapatkan Kunci Jawaban.

Sikap teman-temanku terhadap Sandra berubah kembali seperti sebelum UN. Mereka acuh tak acuh dan tak menggap Sanda ada setelah mereka merasa dia sudah tidak bermanfaat lagi. Aku merasa hatiku sedih dan amarahku meloncak naik. Aku memarahi teman-temanku yang tega sekali memanfaatkan Sandra dan hanya baik ketika mereka menginginkan sesuatu darinya, setelah itu mereka tidak mengacuhkannya lagi. Tapi Sandra tetap tenang dan dia hanya tersenyum padaku.

Hari pengumuman pun tiba. Siswa- siswi berkerumun melihat hasil kelulusan. Ada yang wajahnya sumringah, ada yang cemberut, ada yang diam saja, ada yang pingsan dan beragam ekspresi ada di sana.. Aku dan sinta saling berebut tempat untuk melihat hasil UN kami. Hatiku lega nomor ujianku ada. Berarti aku lulus. Sinta menjerit keras lalu pingsan. Randi, Okta, Dodi, Rangga, Azis, Ratna, Wira, menangis tersedu-sedu di atas teras sekolah. Ternyata mereka semua tidak lulus. Sandra tersenyum pada mereka dengan senyuman dingin.

Aku datang pagi-pagi sekali agar tidak terlalu banyak yang mengantri mengambil ijazah. Hal yang mengejutkan karena yang memberikan Ijazahku bukan Buk Dira wali kelasku tapi Pak Muharmi. “Kenapa bukan Buk Dira yang memberikan Ijazah pak?” Tanyaku pada Pak Muharmi. “Jadi kamu belum tahu?” Tanya Pak Muharmi. “Belum tahu apa, Pak?” Tanyaku heran. “Buk Dira dan Pak Umar di mutasi.” Tambah Pak Muharmi. “kenapa, Pak?” Tanyaku lagi. “Mereka tersangkut Plagiat karya tulis ilmiah waktu naik pangkat kemarin, Jadi untuk menjaga nama baik sekolah, mereka di mutasi.” “ Plagiat itu apa pak?” | Cerpen Lucu Sebuah Kisah Jimat Sandra

“Menggunakan karya orang lain dan mengakuinya sebagai karya sendiri. Demi naik pangkat. Memanglah guru-guru zaman sekarang pikirannya picik. Terlalu matrealistis. Segala macam cara digunakan untuk naik pangkat dan demi uang.” Sindir Pak Muharmi sinis. Aku terdiam terngiang-ngiang di kata-kata Pak Umar “Bapak ingin menekankan kepada Anak-anak bahwa mencontek itu sama dengan mencuri. Mencuri itu dosa, kalau anak-anak banyak dosa, maka akan masuk neraka. Jadi Anak-anak janganlah sekali-kali mencontek karena mencontek itu mengambil apa yang ada di pikiran orang lain dan mengakui itu hasil pekerjan kita. Itu adalah perbuatan Zalim. Allah melaknat orang-orang Zalim. Jadi jangan sekali-kali anak-anak menyontek. Biarlah dapat nilai rendah asalkan usaha sendiri.”

Aku melihat Sandra di balik Jendela kaca. Tersenyum padaku.