Sesaat aku tertegun di depan pintu Dojo BKC, malam itu, tampak Irene duduk di lantai tangga depan pintu, Ia bangkit menyambutku, sambil tersenyum tipis, "Makasih udah datang, Lann, Yuk, langsung masuk aja," katanya sambil berjalan mendahului, membukakan pintu, Aku mengangguk, lalu mengikuti langkahnya memasuki gedung. | Cerpen Cinta Kisahku Dan Irene Si Gadis Macan Betina Bagian 6
Irene berhenti di sebuah arena kumite. Tampak dua orang lelaki setengah baya, telah berdiri di situ, seolah menanti kedatangan kami. Irene menyapa mereka berdua. Lalu menoleh kepadaku, "Ini Pak Dudun, penjaga malam Dojo. Dan ini Pak Tarno, yang biasa menjaga kebersihan Dojo. Aku sengaja meminta mereka ikut menyaksikan pertarungan kita. Untuk berjaga-jaga, bila seseorang dari kita perlu pertolongan cepat," katanya memperkenalkan.
Aku memberikan senyum disertai anggukan kepala. Mereka berdua membalasnya dengan hormat. Irene melepas jaketnya. Ternyata ia telah langsung mengenakan Dogi (seragam karate), dan langsung melangkah ke tengah arena. Lalu menatap aku tajam, "Kamu mau ganti dulu, atau langsung bertanding?" tanyanya, Aku mengela napas sesaat. Lalu melepaskan jaketku. Sama seperti Irene, akupun telah mengenakan Dogi dibalik jaket. Lalu kulangkahkan kaki ke tengah arena. Sesaat aku menatap ke sekelilingku.
"Tak ada wasit? Tak pakai pengaman?" tanyaku agak heran.
Irene hanya tersenyum tipis.
"Takut ...?" suaranya terdengar menantang.
Waah ...! Nih Macan Betina! Benar-benar minta pertarungan yang sebenarnya, batinku berkata.
Aku mengela napas panjang sambil mengangkat kedua bahuku.
"Oke ...!"
Irene tersenyum. Lalu mengambil posisi bersiap, berdiri tegak. Aku mengikuti perbuatannya. Lalu, bersamaan, saling membungkuk, memberi Osh (penghormatan). Saat kembali tegak, Irene langsung mengambil kuda-kuda. Raut wajahnya seketika berubah, nampak keras dan dingin. Akupun segera memasang kuda-kuda, namun tetap dengan sikap rilek, Sesaat Irene hanya menatap aku dengan tajam. Mencoba mengukur kemampuanku, dan mencari titik kelemahanku. Bagi seseorang yang telah menguasai seni bela diri, dari posisi kuda-kuda lawan saja, telah bisa dilihat dan dicari, di mana titik lemahnya, Irene perlahan malangkah ... memutari aku. Benar-benar bagai macan betina yang siap menerkam mangsanya! Aku menyadari, yang Irene lakukan adalah membangun atmosfir ketegangan untuk melemahkan mental lawannya! Dan tak urung, nafasku sempat tercekat oleh ketegangan yang terjadi. Namun aku menjaga ketenangan hatiku, dengan tetap bersikap santai.
Irene menyadari, siasat pertamanya tak berdampak banyak padaku. Ia mengepalkan kedua tangannya lebih kuat. Lalu .... "Hiiaaa ...!", Sebuah teriakan keras mengiringi tubuhnya yang melesat cepat ke arahku!
Tepat di depanku, pukulan tangan kanannya melesat ke waja, Cepat sekali ...! batinku sempat tercekat. Reflek aku menangkis pukulan itu. Namun pukulan lainnya dengan cepat menyusul datang, bertubi-tubi! Silih berganti ke wajah, dada, perut, iga. Bergantian kanan dan kiri. Aku tetap bertahan hanya menangkisnya, Berpuluh-puluh kali menyerang dengan pukulan, namun tak mengenai sasaran, membuat Irene merubah serangannya. Tiba-tiba ia merunduk cepat, berjongkok dengan bertumpu pada kedua tangan. Dan secepat itu pula, kakinya menyambar, menyapu kakiku!
Duukk ...!
Kakiku terkena sapuannya! Tubuhku pun terjatuh! Namun aku mesih sempat bertumpu pada tanganku.
Melihat itu, Irene yang masih dalam posisi berjongkok tepat di depanku, langsung meluncurkan tendangan ke dada!
Aku terkejut!
Spontan melindungi dadaku dengan kedua lengan ditangkupkan. Akibatnya, tubuhku tak lagi bertumpuan. Maka tendangannya membuatku terdorong deras kebelakang, hingga hampir keluar dari arena!, Aku cepat bangkit, berdiri. Irene pun telah bangkit dan mengatur nafasnya kembali. Sesaat kami berpandang-pandangan. Aku tersenyum tipis, lalu memberinya acungan jempol. Irene balas tersenyum, sembari juga mengacungkan jempolnya, namun kemudian, ia putar ke bawah, Hhmm ... bener-bener nih cewek! batinku bergumam dongkol. | Cerpen Cinta Kisahku Dan Irene Si Gadis Macan Betina Bagian 6
Aku harus serius sekarang, Sesaat aku memejamkan mata, memusatkan konsentrasi penuh. Melihat aku diam dengan mata terpejam, Irene tak memberi kesempatan. Ia langsung kembali menerjang dengan disertai teriakan keras.
"Hiiiaaa ...!"
Aku membuka mata. Menatap pukulan Irene yang datang dengan cepat ke wajahku. Sepersekian detik sebelum pukulan itu mengenai wajah, cepat aku geserkan kepala sedikit menyamping. Secepat itu pula, tanganku menangkap lengan Irene, bersamaan dengan kakiku menyapu keras, kaki kanannya!, Irenepun hilang keseimbangan! Aku langsung menarik, memutar lengan Irene. Tubuh Irene ikut terputar, setengah lingkaran, memutariku. Lalu ku lepaskan cekalanku, melontarkannya jauh ke depan, Irene jatuh berguling-gulingan! Namun cepat ia bangkit kembali. Matanya terlihat semakin membara. Diam-diam aku tersenyum.
Hebat sekali macan betina ini. Benar-benar harus aku kalahkan, batinku bergumam, Adrenalinku terpacu! Semangatku terbakar! Kini yang kulihat pada diri Irene, adalah seorang lawan tangguh yang membuatku tertantang untuk mengalahkannya. Ku lambaikan tanganku ke arah Irene, menantangnya untuk kembali maju bertarung.
Irene mendengus keras! Lalu dengan penuh kesal, menghantamkan tinjunya ke lantai arena. Bersamaan dengan itu, kembali ia melesat menerjangku!, Sebuah tendangan ke arah kepala, ia layangkan. Aku pun tak mau kalah. Kusambut seranngannya itu, juga dengan sebuah tendangan. Dan kaki kanan kami pun beradu di udara!, Kakiku lebih cepat dan kuat, menekan kaki Irene ke bawah. Lalu cepat pula, kaki kiriku ganti melayangkan tendangan. Irene terkesiap, tak sempat menangkis lagi. Ia hanya memiringkan tubuh, dan menerima tendanganku di bahunya.
Buukkk ...!
Irene terhuyung-huyung ke belakang! Sesaat mengerenyitkan wajah, merasakan sakit dan panas di bahunya. Aku melemparkan senyum mengejek, sengaja. Dan emosi Irene pun terbakar!, Ia berlari cepat ke arahku, lalu tiba-tiba, menjatuhkan tubuhnya! Meluncur deras di lantai arena, dengan tendangan mengarah ke kakiku, Aku terkejut! cepat melompat, menghindar, Tapi rupanya Irene telah memperkirakan gerakanku. Kakinya terayun ke atas, menendang tubuhku yang masih melayang di udara.
Buuukk ...!
Tanpa bisa kuhindari, kakinya bersarang tepat di perutku dan melontarkanku dengan keras!
Aku jatuh bergulingan. Sesaat terdiam, merasakan sakit tendangan Irene, dan kerasnya terbentur lantai arena. Irene tersenyum menang, ganti melambaikan tangannya ke arahku, mengejek sekaligus menantang.
"Huuh ...!"
Aku mendengus keras seraya cepat bangkit kembali. Irene tak berlama menyia-nyiakan kesempatan. Langsung mendahului menerjang. Pukulan dan tendangannya bertubi-tubi melandaku. Kini aku pun tak mau hanya berdiam, sembari menangkis, kulancarkan juga pukulan serta tendangan balasan, Entah berapa lama kami saling beradu pukulan, bertukar tendangan. Namun lama kelamaan terasa, bagaikan menari bersama .... Saling silih berganti, saling menerima dan memberi, saling mengisi, saling meluapkan emosi sendiri dan meredamkan emosi lainnya. Aneh ...!, Hah ...! Aku membentak keras dalam hati. membuang jauh-jauh pikiran dan perasaan itu. Pertarungan ini harus segera dihentikan!, Setelah memantapkan hati, sesaat aku hentikan seranganku, menanti serangan Irene. Pukulan Irene meluncur deras ke wajahku. Aku dengan cepat meluncurkan pula sebuah pukulan, menghadang tinju Irene. Dan ... tinju kami berdua beradu dengan keras di udara!
Kepalan tanganku yang lebih keras dari kepalan tangannya, membuat Irene mengerenyitkan wajah, menahan sakit, saat kepalan tangannya berbenturan sangat keras dengan kepalan tanganku. Sesaat Irene terlengah. Tendanganku cepat melesat, mengenai perutnya!
Buukk ...!
Irene mundur terbungkuk-bungkuk. Tapi aku tak memberinya kesempatan! Kakiku kini bergerak cepat ke bawah, menyapu kedua kakinya yang goyah!
Duuaakk ...!
Irene terhempas dengan keras ke lantai arena! Aku cepat memburu, berjongkok di depannya, dan siap menyarangkan pukulan telak terakhir di wajahnya. Masih merasakan sakit di kaki dan kerasnya hempasan tadi, Irene hanya bisa ternganga, tanpa mampu berbuat apa-apa!, Hanya beberapa senti lagi, tinjuku akan mendarat deras di wajahnya! Namun, tiba-tiba bayangan wajah Mama berkelebat! Seakan menggantikan wajah Irene. Aku terpaku seketika! Tinjuku terhenti di udara, Irene dapat merasakan terhentinya gerakanku. Cepat ia bangkit, seraya menjejakkan kedua kakinya ke tubuhku. Aku terhuyung-huyung, terdorong mundur!
"Hiiaaa ...!"
Diiringi teriakan nyaring, Irene melompat tinggi, melayangkan tendangan berputar andalannya! Aku yang masih terpengaruh kilasan wajah Mama, tak bisa mengelak ....
Buuuaaakkk ...!
Tendangan itu mendarat tepat di pelipis kananku! Membuatku terlempar jauh ke belakang! Terbanting keras ke lantai!
Sesaat berguling-guling, hingga jauh. Lalu semua serasa berputar-putar. Gelap datang menyergap ... Dan semua seketika menjadi hitam ...! | Cerpen Cinta Kisahku Dan Irene Si Gadis Macan Betina Bagian 6
-Bersambung-