Kisah Cinta Kellan Dan Ella

Nama? Whitney Allison, aku adalah bentuk lain dari Sweet Pea Flowers yang memiliki makna tentang perpisahan. Ini kisah mereka, bukan kisahku. Percayalah ...

Namanya Kellan. Seorang pemuda yang berusia 25 tahun lebih sepertinya. Sepertinya? Ya, jangan tanya padaku, sebab itu hanya perkiraan saja. Ia memiliki sepasang mata cokelat tua khas Asia dengan model rambut Fringe.

Entah sejak kapan ia begitu risih pada bunga, apapun itu. Mungkin sejak gadis manis berambut cokelat panjang yang tidak pernah absen memberikannya bunga yang berbeda tiap hari minggu.

Dan ia sangat percaya. Gadis itu akan datang lagi dengan setangkai bunga. Coba tebak. Apakah Ella akan membawa setangkai mawar putih? Merah atau kuning.

Jika minggu kemarin gadis itu membawa bunga Orchid. Mungkin minggu ini akan membawa setangkai bunga Dahlia atau lainnya. | Cerpen Cinta Kisah Cinta Kellan Dan Ella

Tatapan datar Kellan jatuh pada seorang gadis mungil yang--entah kenapa membawa setangkai Sun Flower dan ia berikan kepada pemuda yang tetap stay cool dengan tampang datar.

"Kau tahu makna bunga ini?" tanya Ella lirih.

Kellan hanya menjawab seadanya dan berlalu begitu saja. Dengan setangkai bunga matahari dalam genggaman.

"Setidaknya ... kau dengarkan dulu apa makna bunga itu Kellan," gumam Ella.

Masih setia menatap punggung tegap dan kokoh sampai tertelan oleh dinding apartemen.

Hari minggu berikutnya Ella kembali, kali ini sebuah bunga anyelir merah dalam genggamannya. Tidak ada lagi senyum yang biasa ia berikan. Apakah pemuda itu sadar akan perubahan Ella?

Tentu saja tidak.

Ella tersenyum sinis setelah melihat Kellan bersama seorang gadis kemaren sore. Ia jelas ingat bagaimana cara Kellan menatapnya. Seakan sebuah penolakan yang amat menyakitkan.

"Sampai kapan pun, seorang Kellan tidak akan mengerti makna dari tiap tangkai yang aku berikan."

"Dia siapa?"

Kellan tidak menjawab, hanya melihat Ella dari bawah sampai keatas. Lalu menggandeng tangan gadis yang di sampingnya dengan segera.

"Apa lagi?"

Tanpa kata. Tanpa sapaan dan senyum. Ella memberikan bunga ayelir itu dan pergi begitu saja.

Keesokan harinya Ella tidak lagi datang atau membeli sesuatu di toko bunga. Aku melihatnya duduk di bawah pohon yang memiliki bunga putih yang cantik.

Duduk di bangku taman dan sesekali memotret gadis itu diam-diam. Tidak ada air mata. Hanya ada kelopak bunga dan dedauna yang jatuh ketika angin datang memainkan rambut cokelatnya.

Ada Kellan juga di tempat yang sama ketika aku duduk.

Lalu, ketika melihat Kellan duduk diam memotret objeknya. Ada sesuatu yang menarik eksistensinya seketika. Aku bisa melihat bagaimana Kellan mengambil foto itu.

Sangat serius.

"Biar aku tebak. Kau saat ini sedang jatuh cinta dengan seseorang."

"Tidak," kilahnya.

"Pergilah. Ini kesempatan terakhirmu untuk mengambil apa yang seharusnya kau sadari sejak awal."

"Dengarkan aku Whitney. Gadis itu bukan tipeku."

"Oh ya? Siapa gadis yang kau maksud itu," pancingku, menarik ulur emosi Kellan tidaklah mudah. Apalagi memancing ikan berkepala batu seperti Kellan yang keras kepala.

Aku hanya seorang sahabat yang menjadi sudut pandang mereka. Setidaknya, aku melihat bagaimana Kellan nampak hidup saat gadis bernama Ella itu hadir dan mengetuk hatinya setiap hari.

Ella sudah berjuang untuk cintanya. Sekarang tergantung pada Kellan bagaimana menyambut perasaan itu.

"Kau tahu Kellan, jika Clayton tahu kau pernah menggenggam tanganku hanya untuk menjauhkannya darimu. Dia akan langsung meninjumu dan mengatakan, 'itu masalahmu dan jangan bawa-bawa Whitney di dalamnya'."

"Aku tidak peduli."

Ella sudah pergi. Dan sejak saat itu aku tidak menemukan sosok mungil berambut cokelat panjang itu dimanapun.

Padahal mereka belum saling membuka perasaan dan mereka berpisah begitu saja. Seperti embun pagi yang berharap menjadi setetes hujan.

Sadar atau tidak. Kellan mulai berubah. Setiap ruang di apartemennya dipenuhi dengan aneka macam bunga.

"Kau akan berjualan bunga di sini?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Hanya mengingat kembali bunga apa yang pernah gadis itu berikan untukku."

Aku duduk di sofa. Mendengarkan Kellan bercerita. Ini seperti mendengarkan kisah roman picisan.

"Terus apa hasilnya?"

Bunga anyelir merah dalam genggam Kellan, ia letakkan di atas meja kaca.

"Jatuh cinta, pesona, mengagumi dan cinta. Sampai aku membaca banyak buku untuk mengetahui kata yang dia ucapkan lewat setangkai bunga-bunga itu."

"Bunga itu?" tunjukku pada anyelir merah.

"Simpel, artinya hanya kecemburuan."

Tubuh Kellan merosot di atas sofa. Aku mendengar gunamannya, menyebut nama gadis itu.

Tuhan memang sangat pintar mempermainkan perasaan seseorang. Jika kemarin ia tidak percaya akan cinta, hari ini ia mengharapkannya datang.

Terkadang, sebagian besar manusia tidak menyadari kapan cinta itu datang dan mengabaikannya begitu saja.

"Kalau begitu, selamat berjuang. Cari dia dan perjuangkan sesuatu yang pernah gadis itu lakukan untukmu."

Setelah kami saling bercerita, Kellan pergi menitipkan apartemen miliknya padaku. Ada Clayton juga di sana. Saling berpelukan untuk salam perpisahan.

Clayton dan Kellan.

"Apa yang kalian rahasiakan dariku?"

"Begini, ini urusan seorang pria Whitney." Clayton tersenyum miring.

"Okey," ucapku malas.

"Kellan akan mencari gadis yang pernah kau ceritakan itu di mulai toko bunga milik Madam," bisik Clayton setelah memastikan Kellan telah pergi.

Dua bulan berlalu dan Kellan tidak berhasil menemukan Ella. Ia terlihat kusut dengan keputusasaan yang mendalam. | Cerpen Cinta Kisah Cinta Kellan Dan Ella

"Aku terlambat."

"Tidak, itu tidak benar.'

Kellan mendesah panjang.

" Aku terlahir sebagai lelaki Whitney! Kepekaan seorang pria itu selalu datang di saat dia sudah pergi. Baru menyadari kalau kau mencintainya, tanpa kompromi. Ketika sadar, dia tidak ada untuk mengetuk pintu."

Ya, aku tahu.

Seperti itulah kisahnya. Cinta memang rumit. Karena kita yang membuatnya semakit rumit dengan mengabaikan hal kecil yang tidak berarti.