Cerpen Tentang Misteri Ada Kuntilanak Di Kamar Ku
Ada kuntilanak di kamarku. Aku yakin sekali. Setiap malam di atas jam satu dini hari selalu kudengar suara tawanya. Suara tawa yang terdengar pelan dan jauh. Bertambah yakin ketika suatu malam aku terbangun karena merasakan ada tangan yang meraba-raba pahaku. Mataku melihat sosok perempuan berbaju putih dengan rambut panjang. Wajahnya pucat, tapi bersih dan cantik. Dia langsung menghilang begitu aku bangkit.
Hal itu tidak membuatku takut. Dari kecil aku sudah terbiasa melihat sosok gaib seperti itu. Aku hanya berpikir selama kita tidak mengganggu mereka, mereka pun tidak akan mengganggu kita.
Ternyata bukan hanya aku yang mengetahui keberadaan kuntilanak itu, bapak pun mengetahuinya.
"Gimana tuh perempuan? Ngejahilin kamu, gak?"
"Enggak, Pak. Biasa aja."
"Dia itu suka loh, sama kamu."
Aku diam saja tidak menanggapi. Tidak menarik rasanya membicarakan hal-hal semacam itu. Jadi kutinggalkan saja Bapak dan masuk ke kamarku. Baru membuka pintu, kulihat sosok putih masuk cepat ke kolong ranjang. Aku langsung memeriksa. Tak ada apapun. Tak ada siapapun. | Cerpen Misteri hantu
Tak kupikirkan. Langsung saja kurebahkan diri dan tidur.
Yang paling kusyukuri dari keberadaan kuntilanak itu adalah membuat peruntunganku bertambah besar. Dagangan buburku setiap harinya selalu ludes. Padahal sebelumnya penjualanku biasa-biasa saja. Kini malah meningkat hampir dua ratus persen.
"Kamu gak kepikiran mau nikah lagi, Sep?" Tanya Ibu ketika membantuku membuat bubur pada jam tiga pagi.
"Nanti aja, lah, Bu. Sekarang mah mau fokus usaha dulu. Biar kaya raya dan tidak ditinggal istri lagi."
"Dari awal juga kan, ibu udah bilang pikir-pikir lagi pas mau nikah sama si Nisa. Ibu tahu betul tabiat buruknya itu."
"Yang lalu biarlah berlalu, Bu. Gak usah dibahas-bahas lagi."
Padahal aslinya kalau ingat ketika Nisa meninggalkanku, aku sering nangis sendiri di kamar mandi.
"Ibu punya calon istri yang baik buat kamu. Nanti ibu kenalin, yah."
Selesai ibu bicara. Suara keras terdengar dari kamarku. Aku langsung memeriksa. Ibu mengikuti, tapi kucegah dan kuminta agar tetap di dapur saja.
Kulihat lemari pakaianku jatuh. Kuntilanak itu duduk diatasnya. Membelakangiku. Secara perlahan kututup pintu. Dengan sangat berhati-hati kudekati kuntilanak itu. Ketika tanganku sedikit lagi menyentuh pundaknya, kuntilanak itu menoleh. Ia menangis. Tak kutahu sebabnya.
Ia mulai berdiri dan menatapku tajam. Bibirnya yang sedari tadi terdiam mulai bergerak. Apa yang akan ia katakan?
Tanpa kuduga ternyata dia bernyanyi,
"Tsamina Mina eh eh. Waka Waka eh eh.Tsamina Mina zanggalewa. This time for Africa."