Menysukuri Hasil Masakanku Yang Gagal

'Selanjutnya, masukan setengah sendok makan garam ..., " Aku menuangkan satu sendok garam ke dalam masakan sesuai penuturan pembaca acara yang tampil di layar ponselku. Tunggu sebentar, sepertinya aku memasukkan terlalu banyak garam barusan. | Cerpen Motivasi Menysukuri Hasil Masakanku Yang Gagal

Apa solusinya untuk ini? Oh, aku ingat. Tambahkan air, lalu gula pasir, kemudian penyedap tambahan. Oh, mungkin kecap juga bisa.

Aku memandangi tumis buncis dicampur wortel yang tengah kumasak di atas wajan dengan sorot cemas. Ini adalah masakan kesukaan kak Wahyu, jadi sedapat mungkin aku tidak boleh sampai gagal. Tetapi, aku tidak salah melakukan tahapan memasaknya, kan? Kak Wahyu pernah berkata bahwa sesekali dia ingin mencicipi hasil masakanku selain mie rebus dan mie goreng yang sering aku buatkan untuknya, makanya kali ini aku coba-coba nekad. Demi kami berdua. Agar acara anniversary kami yang ke-dua bisa memiliki sedikit nuansa yang berbeda.

Aku meneguk ludah. Mengambil daging ayam goreng yang sudah matang kumasak lantas membaui aromanya. Terasa nikmat. Aku pikir rasa masakanku tidak seburuk yang aku perkirakan. Mungkin saja kak Wahyu justru akan puas dengan ini semua. Dan membuatnya semakin jatuh hati padaku selaku gadis kesayangannya. Bukannya begitu?

Ugh, aku harap memang begitu. Aku takut, kalau-kalau masakanku gagal, malah semakin membuat kak Wahyu ragu untuk mengajak aku ke jenjang hubungan yang lebih serius.

Aku mematikan kompor, menaruh hasil masakan ke piring saji terakhir setelah itu memberikan sedikit hiasan. Sempurna. Atau mungkin aku pikir demikian.

Jam dinding menunjuk ke angka 7. Setengah jam lagi kak Wahyu datang. Kali ini, saatnya aku mempersiapkan penampilanku sendiri.

"Hessa yang masak ini semua?"

Aku menjawab pertanyaan kak Wahyu dengan anggukan malu-malu. Tersenyum mendapati air mukanya yang tampak takjub. Cowok yang dua tahun lebih tua dariku ini lantas duduk di salah satu kursi, membaui aroma masakanku kemudian tertawa.

"Wah, Hessa makin mendekati kriteria sebagai istri idaman, nih. Sengaja ya masak ini?"

Aku menyusul duduk di depannya, memberikan kak Wahyu cengiran. "Iya, dong. Ini tuh masakan spesial. Sebagai bekal, supaya ke depannya hubungan kita akan menjadi lebih baik dan lebih mulus dijalani."

"Amin," timpal kak Wahyu lantas mengambil piring. "Pilihin dong, menu mana dulu yang harus Kakak cicip?"

Aku menyendok tumis buncis dan wortel, setelah itu menaruh nasi di dekatnya. "Tuh, coba dimakan!"

Kak Wahyu terkekeh. "Makasih ya, Hessa Sayang. Kakak senang Hessa mau ngelakuin ini semua demi anniversary kita," tuturnya sembari mengusap jemariku.

"Jangan bilang makasih dulu. Cicipin aja masakannya dulu. Makasih bisa belakangan."

Kak Wahyu tertawa mendengar tanggapanku, lalu dengan sok manja berkata, "Gak mau nyuapin, nih?"

Wajahku seketika dijalari sensasi hangat. Dasar dia ini.

Aku mengaduk tumis yang kumasak dengan nasi, mengambil satu suap ke sendok, sesudah itu membawanya ke depan mulut kak Wahyu perlahan. Pacarku ini segera membuka mulut, menerima suapan pertama dariku, hasil dari usaha memasakku. Senyum di wajahnya yang semula mengembang, berangsur-angsur berubah menjadi kernyitan. Seketika saja aku merasa khawatir.

Duh. Jangan-jangan ada yang salah dengan masakanku.

Kak Wahyu berdeham, mengambil segelas air dingin yang sudah ada di sisi piring dan buru-buru meneguknya sampai habis. Berdeham lagi, sesudah itu menatapku dengan sorot yang tak dapat kuartikan.

"Ke-kenapa, Kak?" tanyaku was-was.

"Hessa segitunya ngebet pengen Kakak nikahin?"

Aku terperangah mendengarnya tiba-tiba bilang begitu. "Hah?!"

Kak Wahyu tertawa sambil sedikit batuk-batuk. "Ini, loh... masakanmu asin banget, Sayang. Yang Kakak tahu, katanya kalau ada orang masaknya keasinan, berarti dia tuh udah mau melepas masa lajang. Mau nikah," ucapnya menggodaku.

Langsung saja aku menyendok makanan dari piring kak Wahyu dan kusuap ke mulutku sendiri. Hasilnya? Aku tersedak. Gila. Asinnya bukan main. Aku seperti sedang minum air laut, ditambah sensasi manis asam yang sedikit bercampur. Intinya, hasil masakanku sungguh tak keruan. Gagal total.

Aku menghela napas banyak-banyak setelah selesai menandaskan segelas air. Menunduk sedih, tak berani menatap kak Wahyu. Niatku kan ingin membuatnya senang, malah jadi seperti ini. Mengecewakan. "Maaf, Kak. Masakan Hessa malah gagal." | Cerpen Motivasi Menysukuri Hasil Masakanku Yang Gagal

Kak Wahyu menggelengkan kepala. "Kakak bisa lihat usaha Hessa yang mau nyenengin Kakak aja udah cukup, kok. Namanya juga belajar, gagal di awal itu hal biasa. Yang penting, jangan pernah nyerah untuk berusaha. Kan niat Hessa udah baik.

Bagi Kakak, itu luar biasa," dia memegangi tanganku, memberikan senyuman hangat yang menenangkan suasana hatiku yang muram. "Makasih, ya. Happy anniversary, Sayang." lalu dia berdiri, tangannya diletakkan di tengkukku sedangkan bibirnya yang masih dihiasi senyum mendarat di keningku. Meninggalkan ciuman yang sangat berkesan di sana.

Aku suka setiap kali kak Wahyu mencium keningku. Membuat aku merasa berharga, amat dicintai dan akan dilindungi selalu olehnya.

Saat kak Wahyu kembali duduk ke kursinya dan aku membuka mata begitu ciuman darinya usai, kudapati sebuah kotak berbentuk hati tergeletak di sisi tanganku. Kontan saja jantungku berdebar kencang. Gugup, kaget, sekaligus tidak percaya. Aku mengangakan mulut, melotot memandangi kak Wahyu yang masih saja menunjukkan senyuman.

"K-kak, i-ini...?" aku harus berkata apa? Apa yang bisa kukatakan untuk mengungkapkan bagaimana perasaanku kini. Apakah ini ... mungkinkah...?

"Coba dibuka. Biar Hessa bisa tau apa isinya," titahnya yang lalu kuturuti.

Tanganku gemetaran memegangi kotak yang kuangkat perlahan. Dengan detak jantung yang kian berdentuman, aku membuka kotak itu. Dan air mataku seketika menetes jatuh tatkala mendapati cincin perak berhiaskan satu berlian indah di tengahnya yang mengisi kotak ini. Aku menutup mulutku, meredam isakan yang siap keluar sebab terharu.

Kak Wahyu lantas berdiri dari duduknya, berlutut di sampingku, kemudian meraih sebelah tanganku. "Disadari atau nggak, Hessa udah memberikan banyak hal berharga bagi Kakak selama menjadi pacar Kakak. Cincin ini adalah hadiah sebagai bentuk rasa terima kasih Kakak untuk kamu. Sebagai awal dimulainya kehidupan baru kita nanti, secepatnya. So, Hessa mau kan menempuh hidup baru bersama Kakak dalam ikatan pernikahan?"

Aku menganggukkan kepala. Tidak sanggup sekadar menjawab 'iya' atas lamaran yang diajukan kak Wahyu barusan padaku. Semua ini membuatku merasa sulit. Sulit dikarenakan terharu saking bahagia dan tak percaya. Ini adalah hadiah anniversary yang sungguh-sungguh luar biasa. Masakan spesial yang kusajikan tidak sebanding sama sekali dengan ini semua.

Kak Wahyu meraih kotak di tanganku, mengambil isinya, yang sesudah itu disematkannya di jari manisku. "Kakak sayang sekali sama Hessa. I love you."

Aku mengusap kedua pipiku, berusaha meredam tangis sambil mengangguk berulang kali. "I-i love you too, Kak. Makasih atas hadiahnya. A-aku happy," ucapku membalas, dengan suara yang masih agak tersendat dan patah-patah.

Kemudian kak Wahyu membawa aku ke dalam pelukannya. Rambutku dibelai lembut, penuh kasih sayang. Aku sungguh beruntung bisa memilikinya sebagai kekasihku, sekaligus sebagai calon suamiku. Berharap, secepatnya status hubungan ini akan segera berubah.

Aku jadi teringat hasil masakanku yang beberapa menit lalu dikomentari kak Wahyu. Dia bilang, masakan keasinan pertanda bahwa orang yang memasaknya akan segera mengakhiri masa lajang. Kurasa, hal itu tidak sepenuhnya salah.

Sekarang, apa aku boleh mensyukuri hasil masakanku yang gagal atas awalan baru yang kudapati hari ini? Setidaknya aku percaya bahwa usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Sekecil apapun itu, sekalipun hasilnya gagal. | Cerpen Motivasi Menysukuri Hasil Masakanku Yang Gagal

Jadi saranku, jangan pernah menyerah untuk berusaha.