Belum juga usai aku makan, ada seorang lelaki menyentuh lembut pundakku. Aku menoleh dan memperhatikan lelaki tersebut. | Cerpen Motivasi Hidayah Membayar Tagihan Pinjaman Orangtua Ku Part 4
Dia tersenyum, aku balas tersenyum lantas melanjutkan makan.
Dia mengajakku bicara namun aku tak perduli karena memang tak mengerti bahasanya.
Lena yang menjawab dan terlihat mereka bicara serius.
Lena yang menjawab dan terlihat mereka bicara serius.
Sesaat kemudian Lena berbisik padaku
" Dia partner mu tadi malam. Katanya dia mau kontrak kamu 4 hari kedepan sampe speedboat datang. Maukah? "
Aku terperanjat, memandang Lena tak percaya. Bahkan aku masih merasakan sakit di fisik dan hatiku, lantas sekarang mau dikontrak ?
Lena berbisik lagi melihat ekspresi keberatan ku.
" Permalam dia berani kasih 500$ ambil sudah. Lumayan 4 hari dapat 2.000 $"
Aku bimbang dan galau. Sekilas aku melihat lagi mantan partner ku semalam. Sebenarnya dia tidak mengecewakan. Lumayan ganteng dengan postur tubuh berisi. Tidak gemuk dan tidak kurus.
Dia kembali tersenyum saat pandangan kami beradu. Aku menunduk lantas menoleh ke arah Lena. Lena kembali membujuk. Kata dia sudah kepalang tanggung. Mending nyebur sekalian.
Aku teringat perlakuan boss ku yang mengatakan bahwa aku tak akan sanggup mengembalikan pinjaman seandainya dia memberikan. Belum lagi perlakuan orang lain yang begitu merendahkan dan menyepelekan keluarga kami karena kesederhanaan kami.
Aku mengangguk dan memastikan Lena memahami maksud ku. Lena tersenyum dan langsung menyampaikan pada lelaki tadi. Terdengar mereka saling bicara dan tertawa bersama. Lelaki tadi meremas lembut bahuku dan mencium sekilas rambut ku sebelum akhirnya pergi. Aku sempat melihat dia menyelipkan kunci kamarnya di tangan Lena.
Usai makan. Aku diajak Lena kembali ke ruangan sebelumnya. Kami mengambil tas dan perlengkapan yang tertinggal. Serta berpamitan pada wanita yang masih ada disana.
Mereka terlihat iri karena mereka belum dapat partner sedangkan aku dan Lena sudah dikontrak 4 hari kedepan.
Kami beriringan kembali ke kamar tadi malam. Seusai meletakkan tas dan perlengkapan, Lena lalu pergi. Dia bilang tidak enak lama-lama meninggalkan kamar partner nya.
Dia juga sempat mengajarkan aku bahasa Inggris dan memberikan kamus kecil bahasa Inggris untuk aku pelajari sementara menunggu partner ku pulang kerja.
Dia juga sempat mengajarkan aku bahasa Inggris dan memberikan kamus kecil bahasa Inggris untuk aku pelajari sementara menunggu partner ku pulang kerja.
Aku membuka kamus kecil tersebut dan mulai membaca.
Tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar.
Dan yaaa aku mempelajari kata demi kata lalu belajar membuat kalimat . Aku berusaha mengingat arti dari setiap kata.
Untung saja di lembar paling belakang dari kamus itu ada contoh percakapan. Aku membaca nya berulang kali. Berharap ini bisa menjadi pembukaan percakapan dengan partner ku nanti saat dia datang.
Sekian jam berlalu. Tak terasa jam sudah menunjukkan angka 4. Aku bergegas mandi. Aku tidak ingin terlihat berantakan saat partner ku datang. Aku berganti pakaian dan memoles sedikit makeup di wajahku. Tetap natural.
Jam 5 lebih sedikit pintu kamar diketuk dari luar. Aku memutar kunci dan membuka pintu.
Partner ku berdiri di luar dengan pakaian kerja terusan nya serta wajah lelahnya.
Namun senyumnya mengembang seketika ketika melihat wajahku.
Namun senyumnya mengembang seketika ketika melihat wajahku.
" hello honey you look so beautiful. I like it ".
Aku tersipu malu karena sekarang aku sudah mengerti sedikit. Dia masuk kamar lantas memelukku dan berusaha menciumiku . Aku menghindar sembari menolak ciuman nya.
"Why?" Tanyanya.
Aku menjawab dengan menutup hidungku sambil menunjuk kamar mandi dan membuat gerakan seperti orang sedang mandi.
Partner ku tertawa terkekeh-kekeh
" Oh i see. I am smell not good and you want me go to shower first, right? ".
Aku mengangguk senang dia sudah mengerti maksud ku meskipun aku harus pakai bahasa isyarat agar dia memahaminya.
Selesai mandi dia duduk di samping ku yang masih merasa canggung dan lebih banyak menunduk di hadapannya. Dia meraih daguku lantas menemukan wajahku yang bersemu merah karena malu .
" may i know your name? " .
"Eka" jawabku pendek.
"Eka" jawabku pendek.
" how old are you eka ?".
"22 years old".
"Would you go dinner with me right now? I'm starving". Aku mengangguk.
Setidaknya sekarang sudah mulai bisa mengerti maksudnya meskipun aku belum bisa banyak bicara karena masih takut salah dan ditertawakan.
Kami turun ke ruang makan. Sepanjang lorong partner ku terus merangkul ku dan menyapa setiap kawan yang dia temui. | Cerpen Motivasi Hidayah Membayar Tagihan Pinjaman Orangtua Ku Part 4
Mereka akan berbicara sebentar lantas tertawa sambil melihat ke arahku. Ah aku tak perduli lagi.
Kami sampai di ruang makan. Sudah ada Lena dan partner nya serta beberapa wanita lain bersama partner mereka masing-masing. Aku memilih duduk dekat Lena agar bisa mengobrol sementara partner ku di sebelah partner Lena .
"Gimana ? Sudah ? " tanya Lena.
"Apanya ? Aku takut nah" jawabku .
" Oh belum kah? Nanti abis makan ini kamu minum yang banyak ya biar mabuk jadi ga kerasa pas lagi "begitu" sama partner mu"
Aku makin ketakutan. Tapi saran Lena ada benar nya. Semalam aku tak merasakan apa-apa. Hanya saja di bagian "Itu" masih terasa sakit.
Makanan mulai dihidangkan. Aku mulai makan dengan gelisah. Aku udah bertekad untuk minum beberapa gelas minuman keras supaya bisa mabuk sebelum masuk ke kamar partner ku.
Acara makan malam itu berlangsung dengan meriah. Setiap orang berbicara dan tertawa. Entah apa yang mereka bicarakan. Terkadang ada bahasa Tagalog dan bahasa Inggris bercampur aduk.
Aku makan perlahan sambil sibuk berfikir.
Usai makan sebagian masih bertahan di ruang makan untuk merokok dan mengobrol, sebagian ada yang langsung masuk kamar untuk beristirahat dan sebagian lainnya termasuk aku dan Lena serta partner kami berpindah ke ruangan yang ada karaoke nya.
Ada Sound system dan speaker nya. Ada mic nya. Dan ada layar besar sekali. Kami duduk bersama. Mereka mulai memilih lagu dan bernyanyi.
Sebagian pergi dan kembali lagi membawa beberapa botol minuman seperti malam sebelumnya.
"Ah ini yang aku tunggu" aku berbisik dalam hati.
Mereka mulai mengedarkan gelas dan ketika sampai giliranku aku minum terus menerus. Aku tak perduli lagi rasa pahit dan panas di dada dan perutku. Aku hanya ingin mabuk malam ini.
Entah gelas keberapa pandangan ku mulai kabur. Mulutku menceracau mengatakan hal apa saja yang ingin aku katakan. Jalanku sempoyongan. Partner ku langsung membopong tubuhku dan mengajakku kembali ke kamar.
Aku sudah pasrah saja. Toh aku tidak akan merasakan apa-apa lagi. Aku hanya ingin pagi segera datang dan 1 hari lagi terlewati hingga sisa 3 hari lagi masa kontrak ku dan speedboat datang untuk membawaku pergi dari sini.
Benar saja. Hingga pagi datang dan aku terbangun. Aku tak merasakan apa-apa. Aku tak ingat apa-apa. Aku hanya tahu kepalaku sakit dan perutku mual lantas aku muntah-muntah lagi sama seperti hari sebelumnya.
Partner ku sudah tidak ada. Mungkin dia sudah pergi bekerja. Ada segelas teh hangat dan roti di meja. Ah dia bener-bener tahu apa yang dibutuhkan seseorang usai mabuk.
Aku mandi dan berganti pakaian. Menghabiskan teh dan juga rotinya. Bingung mau ngapain lagi.
Akhirnya waktu yang ada aku pakai buat belajar bahasa Inggris lagi dan lagi. Tidak ada ruginya. Toh masih ada 3 hari aku dikontrak. Semua yang aku pelajari bisa aku praktek kan bersama partner ku.
Tengah asyik belajar tiba-tiba mataku tertuju pada jendela. Letaknya di sebelah tempat tidur dan jendela itu berbentuk bulat.
Aku melirik keluar dan memandang hamparan laut yang sedemikian luas. Aku berniat membuka jendela namun ternyata tak bisa karena kamar ini memakai ac sehingga jendelanya di kunci mati.
Aku ingin keluar. Ingin menghirup udara segar. Pengap rasanya hanya berpindah-pindah dari satu ruangan ke ruangan lainnya.
***
Hari demi hari berlalu tanpa terasa. Semua yang aku lakukan hanya bersenang-senang. Sungguh aku hampir lupa masalah hutang tersebut. Hingga tiba hari saat speedboat datang. Aku sudah mengemasi pakaian dan perlengkapan ku.
Partner ku bertanya.
" may I have your phone number? "
"i'll call you when i'm coming here again".
" may I have your phone number? "
"i'll call you when i'm coming here again".
Aku menggeleng. " I have no one cellphone".
Partner ku lantas menuliskan no hp dan memberikan nya padaku sembari berpesan agar aku menelepon nya nanti ketika aku sudah beli hp. Aku menyimpan nya baik-baik didalam dompetku.
Partner ku terlihat sedih. Aku berusaha menghibur diri. Ah mungkin hanya perasaan ku saja yang terlalu terbawa emosi.
Lena datang dan mengajakku bersama-sama keluar. Kami berkumpul bersama semua wanita. Menunggu tangga diturunkan. Dibawah sudah ada 2 speedboat menunggu. Mereka akan mengantar kami sampai ke pelabuhan.
Lena sibuk dengan hp nya. Sesaat kemudian dia berbisik padaku.
"Partner ku di kapal A mau datang di kota S".
"Nanti aku langsung ke kota S. Dia akan telpon saat kapalnya masuk laut kota S".
"Nanti aku langsung ke kota S. Dia akan telpon saat kapalnya masuk laut kota S".
Dia melonjak kegirangan dan berkata bahwa ini partner kontrak yang sangat loyal pada dia.
Aku menoleh tak perduli.
Lena juga mengatakan kalau aku nanti pulang sendiri karena arah tujuan kami berbeda. Aku mengangguk mengiyakan. Setidaknya kami bisa bersama ke terminal bis dan selanjutnya berpisah disana.
Ketika tangga diturunkan kami beranjak menuruni tangga menuju ke speedboat. Semua berjalan perlahan.
Kapal itu begitu besar dan gelombang laut sedang tidak bersahabat. Beberapa kali kami terguncang di atas tangga kapal karena kerasnya benturan dari ombak.
Belum lagi ditambah derasnya angin yang bertiup. Membuat pakaian kami berkibar terkena hembusannya.
Satu persatu kami turun dan yang memiliki partner masih berusaha melambaikan tangan berpamitan pada partner masing-masing tak terkecuali aku dan Lena.
Saat semua wanita sudah naik di speedboat. Perlahan tangga kapal dinaikkan. Suara mesin speedboat menderu dan mulai menempuh perjalanan ke pelabuhan.
Gelombang laut benar-benar besar. Berkali-kali speedboat kami berbenturan dengan ombak dan hampir oleng.
Hampir serentak kami berteriak dan beberapa orang beristighfar. Aku termasuk yang paling nyaring beristighfar dan membaca semua doa yang aku tahu.
Aku terus menerus memohon kepada Allah (meskipun aku merasa sangat malu dan tak pantas meminta kepada-Nya) agar kami bisa selamat sampai di pelabuhan. Tak terbayang rasanya bila speedboat ini benar-benar terlempar dan terbalik karena kerasnya dan besarnya gelombang laut. Aku tak bisa berenang. Dan kami semua tidak memakai rompi pelampung. | Cerpen Motivasi Hidayah Membayar Tagihan Pinjaman Orangtua Ku Part 4
- Bersambung -