Setiap hari, aku mendengar jerit kesakitan seorang bocah lelaki yang merupakan anak semata wayang tetanggaku, bu Vera. | Cerpen Misteri Demi Tuhan Bukan Aku Pembunuhnya
Sayang disayang, bu Vera sendirilah yang selalu sukses menciptakan jeritan memilukan itu. Seolah ia tak menginginkan kehadiran buah hatinya sejak awal.
"Ampun, Bu! Ampun!"
"Kamu ini jadi anak nakal banget! Bikin malu aja! Rasain ini!"
"Ampun, Bu! Sakit, Bu! Ampuuuun!"
Aku meringis. Celingukan ke sana-kemari, saling bertukar pandang dengan tetangga, dan masih, tak ada satu pun dari kami yang cukup berani melerai atau menengahi. Jangankan kami, saat pak RT datang dan berusaha menyelamatkan Reski saja, berujung ia yang malah kuwalahan. Pak RT terintimidasi oleh tatapan bengis bu Vera yang kuakui memang sangat mengerikan. Ada keinginan untuk melaporkan kepada pihak berwajib, masih sama tak cukup beraninya.
Aku berharap, penderitaan Reski akan segera berakhir.
'Tante, tolongin Reski. Reski takut sama Ibu. Tolong!'
"Reski, di mana kamu?!"
Aku tersentak bangun dari tidur begitu jeritan bu Vera tertangkap dengar oleh telinga, sekaligus membuyarkan mimpi aneh yang barusan aku alami. Menilik jam dinding yang menunjukkan pukul 1 dini hari.
Astaga. Seberapa gila sebenarnya ibu ini? Masa jam segini saja dia masih saja mencari perkara dengan sang anak.
"Reski! Keluar kamu!"
Brakk!
Aku terlonjak kaget. Mengapa pintu bagian belakang rumahku seolah ada yang mendobrak. Apakah itu ulah bu Vera, atau Reski?
Aku turun perlahan-perlahan dari kasur lalu berjalan ke pintu. Mau tidak mau harus memeriksa keadaan bagian belakang rumah. Takut-takut malah maling yang menerobos masuk kemari.
Kosong.
Pintu bagian belakang masih tertutup. Di dapur pun tidak tampak adanya bekas orang yang mengacak-acak. Berarti tadi cuma perasaanku saja.
Aku menghela napas lega setelah itu berjalan ke arah kulkas. Semua ketegangan yang menggangguku dari hari ke hari ini membuatku haus. Tidak habis pikir mengapa bu Vera bisa begitu kejam terhadap anak kandungnya sendiri. Mungkin aku tak sepenuhnya paham sebab belum pernah merasakan posisi sebagai seorang ibu. Tapi, jika ada hal yang mampu aku lakukan untuk membantu, aku pasti akan bersedia.
Pintu kulkas aku buka, dan saat itu juga seluruh napas serta detak jantungku seolah terserap habis. Aku membungkam mulut, menahan diri untuk tidak menjerit histeris mendapati apa yang kusaksikan.
Sejak kapan? Bagaimana bisa ini terjadi? Aku gemetaran, lalu saking melemas duduk terjatuh di atas lantai. Melotot memandangi Reski yang ada di dalam kulkasku. | | Cerpen Misteri Demi Tuhan Bukan Aku Pembunuhnya
Tubuh anak ini membeku bersandar di kulkas. Kedua matanya terpejam, mulut sedikit menganga dengan posisi mendekap rapat tubuhnya sendiri.
Apa yang terjadi padanya? Bagaimana bisa dia berakhir di sini? Di kulkasku? Apakah dia ... Tidak, tunggu dulu. Aku ingat.
Selepas waktu Isya ada seseorang yang mengetuk-ngetuk pintu belakang rumahku, itu Reski. Dia menangis, memelas meminta bantuanku sebab tengah mencari tempat persembunyian untuk lari dari amukan ibunya. Dan aku lantas mengizinkannya masuk, menyuruhnya mencari tempat persembunyian sendiri. Setelah itu, aku meninggalkan dia. Tapi, mengapa?
Mengapa anak ini justru bersembunyi di sini? Di dalam kulkasku?
Aku menarik pelan keluar tubuh Reski. Sedikit kesulitan sebab bagian bawah tubuhnya seolah menempel. Namun, aku paksakan, mengerahkan seluruh tenaga hingga aku berhasil menjatuhkan tubuh bekunya ke lantai. Lagi-lagi aku terkesiap sewaktu mendapati bekas sayatan di sisi leher Reski, disusul sebuah pisau buah yang jatuh dari himpitan badannya.
Jangan katakan kalau anak ini bunuh diri? Memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri setelah semua siksaan yang dijalani selama ini. Jika benar, apa yang harus aku lakukan? Kalau seperti ini, terlihat seolah aku yang membunuh Reski kan? Sedangkan bukan aku yang membunuhnya.
Bukan aku pembunuhnya. Bukan aku.
"Bukan...!!!"
Esok harinya, bu Vera diringkus oleh pihak kepolisian atas dugaan pembunuhan yang dilakukannya pada Reski. Tubuh Reski ditemukan terkubur di halaman belakang rumah bu Vera yang bersebelahan dengan rumahku. Tentu saja akulah yang menguburkan jasadnya di sana. Tidak lupa memotong-motong beberapa bagian tubuh anak itu agar semakin memudahkan aku ketika memasukkannya ke liang lahat yang tak terlalu dalam.
"Bukan aku yang membunuhnya! Bukan aku yang membunuh Reski!"
Namun, penjelasan apa pun yang berusaha bu Vera suarakan tak ada gunanya. Sebab kesaksian kami justru semakin memberatkan posisinya. Tak ada seorang pun yang memberikan pembelaan, karena kami jelas lebih tahu dan ingat perlakuan apa saja yang bu Vera selalu berikan pada Reski selaku anak kandungnya itu. Dan aku sedikit mensyukuri tragedi ini. | Cerpen Misteri Demi Tuhan Bukan Aku Pembunuhnya
Sesuai harapanku, penderitaan Reski kini telah berakhir.