Denting jam beker berbunyi pertanda aku harus bangun dari lelapnya tidur panjang malamku. Suara yang sangat aku kenal sudah berdering tiga kali. Tapi, rasanya hari ini aku agak malas untuk bangun dari ranjang tua yang sudah menjadi tempat peristirahatanku sejak aku duduk dibangku SMP. Tak seperti biasanya aku seperti ini. Seketika teriakan ibu memecahkan lamunanku. | Cerpen Sedih Ya Allah Ya Tuhanku Mengapa Kami Berbeda
Ia mengetok pintu untuk mengingatkan sholat Shubuh. Setelah selesai, aku kembali bermanja dengan bantal guling Doraemon kesukaanku yang kini sudah kumal. Tiba-tiba terdengar pemberitahuan pesan blackberry messenger, segera aku mengambil telepon genggam dan mengeceknya. Hmm ternyata dari Irfan, teman satu kelas di kampus.
Baik sekali dia pagi-pagi sudah mengirimkan pesan padaku yang isinya mengingatkan kalau hari ini ada jadwal kuliah pagi. Hari Senin, masuk pagi pula! Arrgghttt.. dalam benakku sudah terbayang carut marut kota Jakarta di Senin pagi. Rasanya aku ingin seperti Harry Potter atau Doraemon yang punya pintu ajaib.
***
“Selamat pagi, Sya” sapa Viana teman sebangku sekaligus sahabatku di kampus.
“Pagi, eh dosen belum datang kan Vy? Laper nih gue. Kantin dulu ah, mau ikut gak?”
“Belum sih, paling telat. Yaudah sana, nanti kalau udah datang gue BBM”.
“Okesip” jawabku singkat seraya bergegas keluar kelas.
Langkahku terhenti sejenak ketika tiba-tiba seorang lelaki menegurku. Aku hafal betul siapa dirinya. Sepatu kets, celana jeans agak sobek dibagian lutut, kemeja dan tas punggung. Yap! dia adalah Ryo teman sekelasku. Hmmm, entah mengapa terkadang aku merasa deg-degkan kalau berpapasan. Padahal, aku berteman dekat dengan dia dan Anto (teman sekelasku juga) tapi, kenapa gitu ya?? Hahaha... sudahlah..
Semenjak kejadian pada semester lalu, hubungan kami jadi lebih dekat tak seperti biasanya. Saat itu, kami terlibat dalam satu kelompok tugas pembuatan drama video untuk tugas akhir. Kami ditunjuk sebagai pemeran utama menjadi pasangan kekasih dan kami harus total dalam berakting supaya mendapat nilai A dalam tugas akhir ini. Mau gak mau, suka gak suka aku harus menjalaninya dengan tabah dan ikhlas, hehe.
Hari-hari kami jalani dengan penuh canda tawa, suka duka. Entah kenapa, perasaanku menjadi tak terarah. Gundah gulana hatiku berkecamuk. Aku berteman baik dengan Viana, Anton, dan Ryo. Mereka adalah teman baikku di kampus. Kami selalu pergi bersama kalau ada waktu walau hanya sekadar hang out, nonton, makan bareng di kantin atau kegiatan yang lain. Setelah memasuki semester tujuh, kami semakin kompak.
Kami mengunjungi perpustakaan, mengumpulkan data, mengerjakan proposal skripsi bersama. Walau terkadang keegoisan datang menghampiri dan menguji kesetiaan pertemanan ini, kami tetap berusaha untuk bersama.
Kejadian yang tak pernah kulupa saat malam itu kami sedang makan bersama di sebuah restoran ayam cepat saji di daerah Lenteng Agung. Saat itu kami sedang makan sambil wifi-an gratis, maklum mahasiswa hehe... Berhubung sudah malam, Ryo mengantarku sampai rumah. Sebelum pamit pulang, ia sempat mengutarakan sesuatu dan hal inilah yang sebenarnya tak pernah aku inginkan untuk terjadi.
Aku pun menceritakan hal ini pada Anto, teman lelaki terdekatku. Mendengar jawabannya sontak aku shocked, karena dia mengatakan kalau sebenarnya Ryo sudah sejak lama menyukaiku. Sebenarnya, tak perlu bingung karena aku hanya jawab iya atau tidak dan masalah selesai. Tapi ada hal lain yang membuatku ragu. Setelah berpikir dan meminta saran, akhirnya kuputuskan untuk menjalin hubungan dengannya. Hari-hariku bertambah bahagia semenjak aku berpacaran dengannya. Aku semakin bersemangat untuk kuliah dan menjalani tugas akhir sebagai mahasiswa.
Pada Minggu sore yang cerah, aku pergi dengannya. Setelah itu, aku mengantarkannya ke tempat yang letaknya bersebrangan dengan Masjid Istiqlal. Sempat ragu, namun dalam hati aku berniat hanya untuk mengantarkannya beribadah. Aku kagum padanya. Dia adalah sosok lelaki yang penyabar, baik hati, dewasa, dan taat beribadah. Aku merasa nyaman sekali dan bahagia bersamanya. Ketika dia sedang berdoa, dari posisi yang tidak telalu jauh aku berdiri melihatnya. Tiba-tiba jantungku berdebar, dan air mata mengalir membasahi pipiku. Aku menangis.Ya Tuhan, mengapa ini harus terjadi. Mengapa kami harus berbeda? Dia adalah lelaki yang bisa meluluhkan hati ayahku, dengan dengan adikku juga dengan ibuku.
Aku tak sanggup jika harus berpisah dengannya. Aku mencintai dan menyayanginya dengan sepenuh hati. Maafkan aku. Aku tahu sampai kapanpun kami tak akan bisa bersatu kecuali salah satu di antara kami mengalah. Tapi aku tak mau mengalah.
Empat tahun sudah aku menjalani hari-hariku sebagai mahasiswa dan hari ini adalah hari yang paling menegangkan sekaligus mengharukan. Hari ini aku resmi menjadi sarjana. Aku bersyukur sekali karena berhasil menjalani semuanya dan lulus tepat waktu. Aku melirik jam tanganku, gelisah mencari-cari di mana dia. Setengah jam kemudian, kami bertemu. Dia memelukku dan mengucapkan congratulation Rasyaaaaa, succsess, and GBU! .
Walaupun kami tak lagi bersama, tapi hubungan pertemanan kami tetap terjalin sebagaimana mestinya dan aku tak pernah menyesal pernah bersamanya. | Cerpen Sedih Ya Allah Ya Tuhanku Mengapa Kami Berbeda