Waktu sudah menunjuk pukul 00.00. Aku bersiap hendak merebahkan badan, istirahat. Tubuh rasanya sudah tak kuat berdiri, setelah bekerja hampir 15 jam.
Mataku perlahan memejam. Kesadaran pun mulai menghilang.
Tiba-tiba.
'Tok tok tok'
Pintu diketok dengan keras dari luar. Membuyarkan mimpi yang bahkan belum sempat hadir. Memaksa untuk bangkit.
Ingin mengabaikan saja, pura-pura tidak mendengar. Dan itu tidak salah. Setahuku dimana pun sama, bertamu tengah malam buta bukanlah adab yang terpuji. Atau memang dia bukan berasal dari dunia yang sama? Membayangkannya saja membuat bulu kudukku berdiri.
'Tok tok tok'
Ketukan semakin keras. Membuatku bergegas keluar, meski jiwa dan raga terasa berat. Ingin marah. Tapi kucoba meredam.
Barangkali ada yang penting sangat, sehingga siapa pun di luar sana terpaksa mengetuk pintu malam-malam. Atau pasien gawat? Ah ... kalau gawat tak semestinya dibawa ke rumah. Bukankah UGD rumah sakit buka 24 jam?
"Dok, maaf malam-malam menggangu!" ucap seorang wanita hitam manis, setelah pintu terbuka. Sedikit bersyukur. Paling tidak, dia tak terlihat seperti orang jahat atau manusia jelmaan.
Kuamati lagi dengan seksama wanita bertubuh padat berisi itu. Kerut yang mulai tampak dan uban tipis di rambut, kutaksir umurnya sudah lewat 40 tahun. Tak tampak tanda-tanda kesakitan. Sehat dan energik.
Lalu, ada keperluan lainkah? Atau jangan-jangan keluarganya yang sakit? Ah ... jangan. Kalau pergi mengunjungi pasien malam-malam aku tak sanggup. Hayati lelah.
"Iya, Bu. Apa yang bisa saya bantu?"
ujarku setelah mempersilahkannya duduk. Meski hati mengggerutu, tapi bibir harus tetap tersenyum. Bukankah tamu adalah raja?
ujarku setelah mempersilahkannya duduk. Meski hati mengggerutu, tapi bibir harus tetap tersenyum. Bukankah tamu adalah raja?
"Maaf, Dok. Hari ini waktunya saya suntik KB."
What? Suntik KB? Tak salah dengarkah? Malam-malam begini?
"Suntik KB? Kenapa tidak tadi sore saja, Bu? Atau besok?"
ujarku dengan tetap mencoba tersenyum, meski sebenarnya emosi yang sedari tadi mau meledak ingin segera dilampiaskan. Tapi sekali lagi, tamu adalah raja. | Cerpen Kehidupan Tamu Yang Pernah Diundang
ujarku dengan tetap mencoba tersenyum, meski sebenarnya emosi yang sedari tadi mau meledak ingin segera dilampiaskan. Tapi sekali lagi, tamu adalah raja. | Cerpen Kehidupan Tamu Yang Pernah Diundang
"Suami saya malam ini mau pulang, Dok. Ini sudah diperjalanan. Dan saya baru ingat saya belum suntik KB bulan ini," terangnya. Polos tanpa dosa.
Kepala yang terasa berat sejak tadi, semakin memberat. Aduh Mak ... anakmu mau pingsan.
"Yang 3 bulan atau 1 bulan, Bu?" Walau banyak kata yang ingin terucap, cuma itu yang keluar dari lisan.
"Tiga bulan, Dok!"
"Kalau 3 bulan, besok masih nggak apa-apa, Bu. Lagian saya juga tak ada persediaan suntik KB di rumah."
Sedikit lega, karena mendapat alasan. Tempat praktik tak jauh, kurang dari 2 kilometer dari rumah. Tapi malam-malam ke sana hanya untuk mengambil suntik KB, kok kayaknya bakal ada yang demo ya?
Mata yang demo, takut tak mau diajak kerja besok pagi.
Sedikit lega, karena mendapat alasan. Tempat praktik tak jauh, kurang dari 2 kilometer dari rumah. Tapi malam-malam ke sana hanya untuk mengambil suntik KB, kok kayaknya bakal ada yang demo ya?
Mata yang demo, takut tak mau diajak kerja besok pagi.
"Yakin aman, Dok?"
"Insyaallah aman. Jadi besok saja suntiknya ya di klinik!" sahutku tegas.
"Baik, Dok. Kalau begitu saya permisi dulu. Maaf mengganggu istirahatnya Dokter. Assalamu'alaikum."
Pamitnya seraya berlalu.
Pamitnya seraya berlalu.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah. Selamat bersenang-senang."
Yang terakhir cuma terucap dalam hati tentu saja. Hati yang menangis. Karena mata rupanya tetap berdemo. Jam tidur telah terlewati, membuatnya menyala 100 watt lagi.
Alamat besok harus mencuri lagi. Mencuri waktu buat sekadar tidur sejenak di jam kerja.
Yang terakhir cuma terucap dalam hati tentu saja. Hati yang menangis. Karena mata rupanya tetap berdemo. Jam tidur telah terlewati, membuatnya menyala 100 watt lagi.
Alamat besok harus mencuri lagi. Mencuri waktu buat sekadar tidur sejenak di jam kerja.