Aku terbangun. posisiku masih duduk, dan didepanku komputer masih menyala.
Rupanya aku tadi tertidur saat menyelesaikan tugas kantor. aku terpaksa membawanya pulang karena dikejar deadline. | Cerpen Misteri Sosok Misteri Hantu Yang Genit
kuluruskan punggungku yang terasa pegal akibat tidur dengan posisi yang tidak nyaman, jam sudah menunjukan pukul 12.00 malam. kubereskan berkas-berkas yang memenuhi meja kerja, dan segera tidur menyusul istriku.
Baru saja membuka pintu kamar, aku merasa ingin buang air kecil. cepat-cepat aku menuju kamar mandi karena tak ingin mengompol.
5 menit berlalu. setelah selesai, aku mencuci tangan dengan sabun. busa sabun mulai memenuhi tanganku dan sebagian jatuh ke lantai, rupanya aku terlalu banyak menuangkan sabun. belum selesai aku mencuci tangan, tanpa sengaja mataku tertuju pada sosok perempuan yang sedang duduk diatas closet duduk. aku tak bisa melihatnya dengan jelas karena terhalangi oleh garis-garis pintu yang transparan. bulu kudukku mulai berdiri, keringat dingin mulai keluar. aku bisa merasakan perempuan itu sedang menatapku. dengan cepat aku membersihkan tangan dari busa-busa sabun di wastafel, karena ingin segera melarikan diri dari kamar mandi. Rupanya sosok itu sudah berdiri, dan mulai berjalan keluar dari ruang WC.
kubalikkan badan dan bersiap mengambil langkah seribu, tetapi baru selangkah aku berlari tubuhku terasa melayang, dan "Bukk!" Aku terpeleset busa sabun. pantat dan kaki ku terasa sakit, membuatku tak mampu berdiri.
"Kriiiiit ..." Suara pintu terbuka.
Seorang wanita keluar dengan jubah putih lusuh, rambutnya berantakan, wajah putih, dan mata hitam. dia merangkak ke arahku.
"Aaaa... Aaaa ... hantu, hantuu!.." Aku berteriak, dan berusaha merangkak mendekati pintu kamar mandi, ingin segera keluar. tapi wanita itu semakin cepat menghampiriku. wajah itu membuatku ingat hantu Samara saat keluar dari sumur di film the Ring. aku berusaha meraih gagang pintu dan membukanya. tapi wanita itu sudah tepat didepanku. tanganya mulai menggerayangi tubuhku ...
"Aaaa.. pergi! pergi, hantu genit!" teriakku dengan mata terpejam. aku tak sanggup melihat wajahnya. saat itu, aku merasakan jeweran keras ditelingaku.
"Sssssstt, papa! diam nggak! nanti anak-anak banguun!" Suara perempuan itu menghentikan teriakanku. Pelan kubuka mata, kuberanikan diri melihatnya. mata itu aku kenal, kini sedang melotot didepanku.
aku menarik nafas lega, ternyata cuma istriku.
"Mama?, mama ngapain di kamar mandi? trus, itu apa? ngapain pake putih-putih kaya gitu di muka? pake daster putih jelek lagi, mama mau ngerjain papa?" Aku memarahi istriku dengan serentetan pertanyaan. dia hanya bengong menatapku.
"Yaa maaf pa, mama kan lagi perawatan tadi ..." katanya pelan.
"Perawatan kok pake acara nakut-nakutin papa ..."
"Mama nggak nakut-nakutiin ... papa aja yang penakut."
"Trus? kenapa tadi pake merangkak-merangkak segala?"
"Tadi mama mau nolongin papa jatuh, malah papa ngibriit aja ... ya udah mama kejar ..."
"Makanya, besok-besok kalo perawatan gak usah dikamar mandi ... biar papa gak kaget liat mama kayak hantu ..."
Kulihat istriku hanya menunduk, dia hanya diam. kuangkat dagu lancip itu, dan menatapnya lekat. mata itu sembab, dan masker diwajahnya agak luntur.
"Mama nangis?" Tanyaku masih menatap wajahnya. yang kutanya masih diam dan malah sesenggukan.
"Ma? kenapa? bilang sama papa ..."
Tanyaku lagi. sesenggukan dia menjawab.
"Mama ... hiks, di ... hiks, diomongin tetangga pah, hiks."
Glek! aku menelan ludah. cuma masalah sepele rupanya.
"Mama diomongin apa emangnya kok sampe nangis?" Kejarku.
"Mereka pada bilang ... sekarang mama nggak cantik lagi ... udah keliatan tua. trus ... kalo kita jalan bareng, mereka bilang kita pasangan tua dan muda, soalnya papa masih muda, ganteng ... makanya, tadi mama perawatan, pake masker gitu. biar wajah mama kinclong lagi, kayak dulu ..."
aku mengela nafas. gemas. demi mendengar jawaban istriku.
"Ma, mau mama tua, jelek, atau apa. papa tetep sayang sama mama. jadi mulai sekarang, mama nggak usah lagi ladenin tetangga yang ngomongin mama. oke?" kataku menyemangati sambil mengusap pundaknya. kulihat dia sudah menyeka air matanya, dan tersenyum memandangku. wajah itu sudah semakin cemong tak karuan oleh masker yang bercampur air mata.
"Udah, bersihin mukanya ... trus tidur." Ajakku sambil membantunya berdiri.
Aku mematikan komputer. kulirik jam disudut ruangan, jam 21.00 malam. hatiku bersorak karena malam ini aku tidak perlu lembur dan tidur lebih awal.
Kulangkahkan kaki menuju kamar mandi, menggosok gigi sebelum berangkat tidur. setelah selesai, aku melihat istriku diam mematung. didepanya 2 tumpuk pakaian yang mulai menggunung.
"Ma? ... mama ngapain?" Tanyaku sambil mengeringkan tangan dengan handuk.
"Berdoa pah ..."
"Ngapain berdoa didepan kamar mandi? ... berdoa apa?"
"Mama berdoa biar baju-bajunya bisa mandi sendiri pah, biar mama gak capek nyuci ..."
Aku menepuk jidat. kulihat wajah lelah istriku. mungkin ini efek dari lelahnya.
"Mah ... biar mama berdoa sampai pagi, itu baju gak bakal mandi sendiri ... sini papa bantuin nyuci ..." Aku menawarkan bantuan, dan bayangan tidur awal itu sudah menguap. Mata sayu istriku berubah menjadi binar-binar indah, setelah mendengar bantuanku.
"Oohh ... sarangheo papa ..." katanya sambil memelukku.
2 jam berlalu ...
Aku jatuh kelelahan di tempat tidur. kulihat istriku juga menyusul.
"Pa, susu anak-anak udah mau habis nih ... besok papa beli ya?" Lapornya sambil mematikan lampu. aku hanya menganguk. entah dia tau atau tidak anggukanku, yang jelas istriku sudah langsung terlelap setelah siaran langsungnya tentang susu anak-anak habis.
sunyi. kantukku menjadi hilang. aku mendesah membayangkan uang tabunganku, yang diam-diam aku kumpulkan untuk membeli laptop impian, akan berkurang lagi untuk membeli susu anak-anak.
Dalam gelap, aku menyalakan ponsel. membuka facebook untuk menggelar lapak. siapa tau bisa untuk menambal tabunganku yang mulai bocor. selesai menggelar lapak, iseng aku membaca status-satatus berseliweran diberanda facebook. tertawa geli melihat foto ABG-ABG yang tertampang dengan pose khas anak muda, memamerkan pacar mereka masing-masing. Apa gunanya? pikirku ... aku beralih pada cerita dongeng khayalan anak muda yang menikah dengan pacarnya. isinya cukup romantis. membuatku ingat saat aku dan istriku masih pengantin baru. Ah ... menikah itu tak seindah yang kamu bayangkan nak ... aku menggumam ... yang benar, saat kau menikah maka itulah awal perjuangan dimulai. saling percaya, komunikasi, kesetiaan dan komitmen harus ada. jika tidak. maka ujungnya pada perceraian.
Aku masih ingat betul. Awal kami menikah memang seindah pelangi, tapi seiring berjalanya waktu, perlahan itu mulai berubah, saat benih-benih yang kutanam dirahim istriku mulai tumbuh dan lahirlah bayi-bayi lucu kami. Musa, Isa, dan Yahya. kesibukan pun mulai bertambah. Wajah istriku yang dulu manis dan segar bagai buah apel ranum, sudah mulai menguap dan digantikan dengan wajah lelah dan mata sayu. kami bertemu ditempat tidur dalam keadaan sama-sama lelah. tidak ada kecupan, atau pelukan sebelum tidur yang ada hanyalah suara dengkuran kami. tidak hanya itu, aku juga harus memutar otak agar dapur tetap mengepul, cicilan rumah tidak menunggak, biaya pendidikan anak-anak dan kebutuhan lainya juga terpenuhi. tidak ada lagi coklat, boneka, bunga, dan pernak pernik lainya. itu semua sudah tidak lagi di daftar kebutuhan. tidak ada jalan-jalan berdua disetiap hari libur, yang ada, aku dan istriku kelelahan karena 'menghalau' anak-anak saat mengajak mereka bertiga pergi keluar.
aku mengusap rambut, lalu mematikan Hp. Mataku mulai perih. Ah ... aku sudah mulai mengantuk.
Aku memarkirkan motorku digarasi, dan segera masuk rumah. tanganku menenteng tas kresek berisi sekardus besar susu dan biskuit coklat kesukaan Musa, Isa, dan Yahya. baru saja aku menjejakkan kaki diruang tamu.
kulihat Musa, Isa, dan Yahya berlari-lari kearahku ...
"Papaaa ... Papa pulaang ... yaaaay ..." Mereka berteriak riang.
aku merentangkan tangan ke arah mereka.
"Haloo ... para jagoan ... papa bawa sesuatu buat kalian ..." Kataku sambil mengeluarkan tiga bungkus biskuit coklat dan membagikan pada mereka.
"Yaaaaay ... biskuit ..." Musa bersorak senang. kulihat Isa juga melompat-lompat sambil mulutnya berteriak "Yee ... ye ... yee .. ye ..." Dan Yahya berputar-putar menirukan kakaknya. mulut mungilnya berceloteh riang "Icuit ... icuit ..." Cadel ia membeo. aku tertawa melihat polah mereka. "Mama mana nih ...? kok nggak keliatan?" Tanyaku pada mereka yang mulai menyantap biskuit masing-masing.
"Mama bobok, sama nonton Tivi pah." Musa menjawab dengan mulut penuh.
"Mama bok-bok ... mama bok-bok ..." Yahya menirukan kakanya. mulutnya belepotan air liur dan biskuit yang ia gigit kecil-kecil. aku tersenyum dan kuusap rambut keritingnya, lalu berlalu mencari istriku. Rupanya dia tertidur, dengan buku yang masih terbuka diatas perutnya.
kutepuk pelan pipinya, tidak biasanya istriku tidur sore-sore begini. katanya tidur sore akan membuatnya bingung dan pusing.
"Ma ...? mama bangun ..." Kataku. sesuatu yang lengket menempel di telapak tanganku saat menepuk pipinya. mata itu sedikit demi sedikit mulai terbuka. dan mulai membulat saat melihat wajahku.
"Papa? ... kapan pulang? anak-anak mana?" Tanyanya.
"Di ruang tamu, makan biskuit ... mama pake apa sih, kok lengket gini." Jawabku sambil mencium telapak tanganku. ada bau amis disana.
"Astaga ... papa? mama lupa kalo lagi maskeraan ..."
"Mama pake masker apa emangnya ...?"
"Pake putih telor pah ..."
"Aduh, pantesan amis gini ma ..."
"Yaaah ... maaf pa, mama mandi dulu ya?"
tanpa menunggu jawabanku, dia sudah berlari ke kamar mandi. masih kudengar teriakanya dikamar mandi.
"Pa ... tolong jaga anak-anak dulu! ... jangan boleh keluar! ... udah mau maghriiib ..."
Ah ... rupanya istriku berniat betul mulai merawat wajahnya. padahal dulu dia sangat cuek dengan tampilanya.
Aku menghitung lembaran-lembaran merah biru itu, lalu segera kumasukkan kedompet dan keluar dari ATM.
hari ini aku berniat membelikan istriku. seperangkat produk perawatan wajah dan beberapa helai daster baru untuk menggantikan daster-daster usangnya.
Biarlah Laptop impian itu tertunda untuk dibeli.
hadiah tidak seberapa ini akan aku berikan pada Etlyn. istri yang rela memberikan seluruh waktunya untuk merawat anak-anakku dan diriku. | Cerpen Misteri Sosok Misteri Hantu Yang Genit