Senjaku yang Panjang Untuk Dirimu Yang Singkat

Debur ombak menghantam bebatu karang yang menjulang di tengah nya.

Sesekali terdengar sayup sayup suara tawa gadis remaja yang memecahkan cakrawala

Entah kebahagian apa yang tengah mereka rasakan bersama sampai tak sungkan sungkan berteriak dan saling menghujat satu sama lain. | Cerpen Sedih Senjaku yang Panjang Untuk Dirimu Yang Singkat

Kebahagian yang aneh? Senja pun turut berbaur menjadi aneh ,pemandangan yang tak lazim terus menjadi santapan mata .sesekali aku tersenyum geli melihat tingkah konyol mereka.

Ah anak muda jaman sekarang pada aneh? Batin ku

Aku kembali menyusuri pantai melihat sekeliling tanpa ada yang terlewatkan dan pandanganku pun tertuju pada sosok gadis yang duduk di tepi pantai ujung kaki nya basah terkena sebutan ombak , rambutnya yang terurai tertiup angin menambah kesan kecantikan pada dirinya.

Aku diam termenung selama ini aku tak pernah dekat dengan wanita apalagi berurusan dengan mereka tapi entah mengapa tiba tiba hati ku tergerak mengubah semua opini ku tentang wanita.

"Ehm... Aku bingung kenapa setiap orang patah hati selalu saja datang pada saat senja lalu menghilang pada saat malam. Sayang sekali senja hanya dianggap sebagai hal yang menyakitkan padahal senja itu adalah awal bagi semangat yang telah hilang".

Kata ku sambil berlalu dari gadis itu.

"Senja itu ciptaan tuhan yang indah tetapi menyakitkan bagi sebagian hamba-Nya".

Aku terdiam sesaat mendengar penuturannya , aku berbalik menatap nya ada kekaguman terselip untuknya tapi kutepis cepat cepat.

"Jadi senja menyakitkan bagi sebagai hamba-Nya termasuk kah kau di antara hamba itu?" tanyaku memancing nya

"Tidak... Senja tidak pernah menyakitiku dan aku tak pernah tersakiti oleh senja ... Dan aku tak pernah merasa terganggu dengan senja ... Jadi untuk apa aku menjadi salah satu hamba yang tidak beruntung itu...

Tidak bisa menikmati senja padahal senja adalah hal yang indah bila kau tau rahasia nya". Jelasnya panjang lebar lalu melempar senyum kearah ku.

"Astaga dragon senyum itu, kenapa sangat mengerikan ... Dan kenapa jantungku berdetak kencang.." batinku aku salah tingkah dibuatnya aku tak tau apa yang harus kulakukan . ada jeda cukup lama diantara aku dan gadis tersebut. Akhirnya dia memulai percakapan yang sempat terhenti tersebut."apa kau percaya senja itu indah tetapi menyakitkan ?" rasanya

Lidahku kelu untuk menjawab pertanyaannya dan

Sialnya aku selalu takut bila dekat dekat dengan yang namanya kaum hawa bertambah sudah deritaku.

Karena tak ingin semakin akrab dengan nya akupun pergi meninggalkan nya tanpa mengeluarkan sepatah kata

Awan nampak menggumpal hitam menutupi langit yang tadinya cerah yang pertanda sebentar lagi hujan akan turun. Aku pun bergegas pulang menghindari ke mungkinan kemungkinan yang berakibat fatal ditambah lagi kondisi tubuhku yang ku yang kurang feet dan jalan yang akan semakin licin bila terguyur hujan.

Baru saja ku ayunkan kaki ku menuju parkiran hujan telah turun dengan deres nya mengguyur tanah pertiwi ini. Akupun berlari mencari tempat berteduh dan mengurungkan niatku menuju parkiran padahal tinggal sedikit lagi saja aku sampai tapi sayang hujan sudah turun dan disana pun tak ada tempat untuk berteduh.

Aku menggigil kedinginan di bawah pondok yang di sediakan untuk para pengunjung.

Tapi sebaliknya disana...... didepan sana ada yang tengah menikmati hujan dia menari nari dibawah rintik hujan, berputar putar bak seorang penari yang handal.

Melompat lompat seperti anak anak yang bahagia mendapatkan mainan. Ku perhatikan dia lekat lekat dari kejauhan dan sontak mataku terbelalak kaget bukan karena apa tetapi dia gadis yang kutemui di tepi pantai tadi.

Aku terdiam sesaat menatap sosoknya yang tanpa ku sadari dia tengah berlari ke arah ku ya...dia berlari kearah ku.

"Hai... Kita ketemu lagi'' sapanya .

Aku kaget sekaligus bingung apa yang harus kulakukan apakah aku harus berlari menerobos hujan hanya untuk menghindarinya?

"Kamu kenapa? Kamu sakit?" tanyanya dan menyentuh kening ku dengan tangan nya.

"Tolong jangan sentuh aku...". Kataku spontan

"Kamu ini aneh banget di sentuh aja marah".

"Ah sudahlah kamu tidak akan faham". Kataku ketus kemudian berlari menerobos hujan.

"Kamu jangan nekat... Hujan saat ini adalah musuh mu bukan teman mu kalau kamu nekat aku gak jamin kamu pulang dengan selamat". Cegahnya

Aku terdiam tak mengerti maksud perkataannya dan samar samar aku rasakan ada kehangatan yang menggenggam pergelangan tangan ku

"Tolong jangan pergi keadaan mu saat ini sangat memprihatinkan" imbuhnya kemudian aku tak dapat mendengar dan melihat apapun semuanya terlihat gelap.

"Hey... Are you serious? Come on man... Jangan buat aku khawatir gini dong?please bangun... Kamu pingsan udah lebih dari 2 jam.." keluh bibir mungil itu.

"Aku juga harus pulang... Ini udah larut malam..." imbuh nya lagi

Setelah itu dia diam dengan seribu bahasa kemudian beranjak meninggalkan pria yang tengah terlelap dalam balutan sweater yang menghangatkan.

Tak lama kemudian gadis tersebut kembali membawa segudang kecemasan.

Sesekali dia menggigit jari jemarinya sembari memperhatikan pria yang terbaring tak berdaya tersebut.

"Seharusnya kamu mendengarkan aku ... Kamu gak usah nekat menerobos hujan, walaupun kita asing satu sama lain.... Kamu tak perlu takut... Aku bukan lah penjahat .... Kalau aku penjahat.. sejak pertemuan pertama sudah ku karungkan lalu ku jual dirimu itu .... Lagian apa untungku menjadi penjahat... Sedangkan aku tak punya dendam ataupun kelainan mental .... Argh... Kamu benar benar membuatku cemas..." batin ku

Ku rogoh saku celana ku lalu mengeluarkan handphone , kutimang timang sebentar handphone ku sembari mengingat-ingat siapa yang bisa menolongku saat ini pada saat ini.

Tiba tiba saja aku teringat pada maxim pria blasteran yang telah 4 tahun belakangan ini dekat dengan ku.

Akupun segera menelponnya

Tak lama berapa kemudian dia mengangkat telpon ku

"Halo.. Lidya tumben kamu nelpon aku?ada masalah apa?" sapanya dari kejauhan

"Oh...max aku tak tau kapan aku sesenang ini bisa mendengar suara mu..

Max can you help me? I have big problem... Dan aku gak tau mesti gimana". Kata ku terus terang pada max

"Are you okay lidya?" tanya nya sedikit cemas

"Im okay but.... Aku terjebak bersama pria asing disini max...maksud ku aku tidak bisa meninggalkan nya di benar benar sekarat sudah 2 jam lebih dia tidak sadarkan diri... Aku cema max..aku bingung disini tidak ada orang lain selain aku dengan pria asing ini.... Ditambah lagi...hari " belum sempat aku menyelesaikan perkataan ku max sudah memotongnya

" lidya kamu sekarang ada dimana? ".

" aku ada di pantai indah dipondok yang berdekatan dengan barisan pohon kelapa " jelasku memastikan lokasi ku padanya

" lidya kamu jangan kemana mana ...! Tunggu aku " perintahnya lalu memutuskan telpon secara sepihak.

"Hilda.... Hilda... Kamu dimana? " gumam pria yang tak lain adalah sosok yg terbaring lemah tersebut dan perlahan lahan dia membuka matanya dan menangkap seorang gadis tengah terduduk di sampingnya

" kamu.... Sedang apa? " hanya itu kata itulah yang mampu ku ucap

Kulihat gadis itu kaget sekaligus senang melihatku

" aku lagi nunggu hujan uang atau berlian biar aku jadi jutawan dadakan.. Ya ngapain lagi kalau bukan nunggu in kamu .. " jawabnya ketus

"Emang siapa yang nyuruh kamu tunggu in aku? " kata ku tak kalah ketus

" dengar ya.. Kalau aku gak tolong kamu bisa bisa kamu itu di seret sama kepiting ke tengah laut karena pingsan sembarang.... Udah tau sakit masih maksa nerobos hujan .... Emang kamu pikir kamu itu pahlawan? Kamu itu juga udah buat aku cemas seharusnya kamu minta maaf atau berterima kasih" omelnya pada ku.

Aku terdiam beberapa saat memperhatikan seksama gadis yang ada di depan ku ini untuk sejenak aku menyimpan rasa kagum padanya tetapi lekas lekas ku tepis. " dia tak jauh berbeda dengan wanita itu... Wanita yang telah membuatku mengubah semua pandangan hidupku tentang wanita " batin ku

"terima kasih..." bisikku padanya sembari berusaha bangkit tetapi tangannya dengan cekatan menidurkan ku kembali seperti semula.

" kalau kamu bergerak sedikit aja... Aku bakal buang kamu ke laut .... Cam kan ini baik baik " ancamnya padaku

" ya allah lindungi lah hamba ... Kuat kan hamba menghadapi gadis yang hamba tak ketahui siapa dan asal muasalnya kalau gadis yg ada di samping ku ini roro kidul tolong balikkan aja ke asalnya.." doa ku yang dengan sengaja ku volumenya ku keras kan

" kamu lagi berdoa ya? " tanya nya polos

" enggak ... Aku lagi nyanyi... Ya iyalah aku lagi doa " jawab ku ketus

"Dengar ya sekali lagi kamu bicara yang macam macam .... Aku gak bakal sungkan buat jual kamu... Ke..."

" lidya...akhirnya ketemu juga .... Aku cariin kamu dari tadi .... " kata max memotong pembicaraan lidya

" max... Syukurlah kamu akhirnya datang juga... Aku sempat khawatir kamu ke sasar .." ujar lidya

" kamu Anaf kan mahasiswa fakultas ekonomi ? Yang di terkenal dikalangan mahasiswi yang konon katanya jadi rebutan ". tanya max

" iya... Saya Anaf dari fakultas ekonomi.. Dan sayangnya saya bukan barang yang bisa menjadi rebutan.... Kalau anda sendiri siapa? " tanya Anaf dengan aksen formalnya kemudian mengulurkan tangan nya

" hm... Jadi gosip itu benar ternyata... Kamu orang nya terlalu formalitas ... Aku jhon maxim panggil aja aku max " ujar Anaf kemudia menyambut uluran tangan Anaf.

"Formalitas apaan coba? Max dia itu nyebelin... Dan aneh... " batin lidya

"Oh ya naf.. Kenalin ini lidya.. Teman aku.. Dia juga satu fakultas sama kamu..." imbuj max

Anaf hanya tersenyum simpul pada lidya begitupun dengan lidya

"Tapi kenapa saya tidak pernah melihatnya? " tanya Anaf pada

"Oh..lidya mahasiswi baru di kampus kita.. " jelas max

Anaf hanya mengangguk kan kepala tanda mengerti.

"Lidya... Mana pria yang kamu bilang sekarat tadi ? " tanya max teringat percakapannya di telpon tadi

" max... Kamu ini tulalit banget... Coba kamu lihat ... Cuman dia yang ada disini!" jawab lidya

" maksud kamu Anaf? Loh kok kamu bisa pingsan di sini naf? Sebenarnya apa yang terjadi ? " kata max meminta penjelasan pada lidya dan Anaf. | Cerpen Sedih Senjaku yang Panjang Untuk Dirimu Yang Singkat

" ehm... Saya tadi sedang tidak enak badan ... Trus ada perempuan menyebalkan datang sehingga saya terpaksa berlari menerobos hujan hanya untuk menghindari perempuan itu ". jelas Anaf

Wajah lidya seketika memerah menahan amarah untuk sejenak lidya diam mencoba mengontrol emosi yang siap meledak kapan saja .

" maaf... Karena aku kamu jadi begini... Sekarang kamu udah baikan dan sepertinya gak butuh lagi bantuan... Jadi lebih baik aku dan max pulang," ujar lidya

" max ... Yuk pulang " ajak lidya dengan menyeret max secara paksa

Malam semakin larut , langit pun semakin indah dengan munculnya bintang bintang yang tak lagi malu bersembunyi di balik awan . dengan santai nya Anaf berbaring di atas pasir dengan beralaskan tikar seadanya . setelah peninggalan lidya dan maxim ia lebih memilih berdiam dipantai merenungkan semua yang selama ini mengganjal di hatinya HILDA AULIA MAGHFIROH sosok perempuan yang pernah menjadi ratu hati nya.

Malam itu menjadi saksi , saksi bisu tentang sakitnya penghianatan

" hilda ..... Aku mencoba melupakan luka yang kau beri.. Tapi luka ini sulit untuk ku lupa... Andai aku lupa tentang luka tentu aku dapat merasa hangat nya mentari yang menyapa.... Indahnya bulan ketika malam menjelma.... Tentu .... Tentu aku akan bahagia.... Tapi bukan aku yg lupa ! Melainkan dirimu ... Kau lupa tentang impian kita bersama ". Batinku tak terasa sesuatu yang hangat mengalir di pipi terus mengalir hingga lepas sudah pertahanan ku . aku benar benar jatuh dalam keterpurukan menangisi kekosongan , aku berlari ...berlari ke arah laut berteriak teriak seperti seorang pecundang ya aku memang pecundang.

"Airmata tak dapat di bohongi dia tau kepada siapa dia jatuh dan untuk apa ... Tapi kenapa aku menangisi mu....! Perempuan yang dengan teganya menghujani ku dengan panah hingga aku bermandi darah! Kenapa .... Kenapa aku menangisi mu hilda kenapa... Tolong jelaskan.... Kenapa kau tinggalkan aku saat impian kita akan terwujud.... Kenapa kau tega membuat ku gila seperti ini..... Apa dosa ku pada mu hilda... Apa....kau menghukum ku terlalu berat hilda.... Hilda aku membencimu...dengan segenap jiwa dan raga ku.... Iya aku membenci mu...." teriakan yang penuh luka memilukan bagi yang mendengar .

Dengan langkah tergopoh gopoh jamilah mendatangi adik nya , Anaf muttaqi Setelah mendapat kabar dari ummi nya bahwa anaf belum pulang sedari tadi sore dari pantai. jamilah yang baru saja selesai mewawancarai pegawai baru di kantornya langsung bertolak ke pantai mencari adik bungsunya , sebab. Dia tau betul bahwa Anaf akan bertindak gegabah bila sendiri.

Langkah jamilah berhenti seketika mendengar jeritan yang memilukan . ia kenal suara siapa itu , suara yang menyimpan luka yang tiada obat nya di dunia kedokteran.

air matanya jatuh menetes menangisi nasib adiknya yang tidak beruntung

" ya allah.... Engkau maha penyembuh segala penyakit... Tolong sembuhkan adikku dari luka jiwa yang tengah di alaminya " doa jamilah tulus

Airmata jamilah semakin deras melihat sang adik menangis dalam keadaan bersimpuh dengan kepala tertunduk .

Jamilah langsung berlari kemudian mendekap sang adik kedalam pelukan yang menenangkan menggantikan peran sosok ibu kandung .

semua bukan tanpa alasan melainkan karena sosok ibu kandung telah pergi meninggalkan mereka .

jamilah lah yang berperan sebagai sosok ibu walaupun kini telah ada ibu baru yang tak kalah cantik dan telaten merawat mereka sejak 9 tahun belakangan ini.

" naf ... Ummi khawatir sama kamu... Abi juga... " kata jamilah membuka pembicaraan tanpa melepaskan pelukannya.

" kak.... Udah dong meluknya aku sesak nih ..... Anaf tau kok kalau anaf ganteng dan perfect" goda Anaf setalah agak baikan. jamilah hanya tersenyum mendengarnya kemudia perlahan melepas pelukannya pada anaf.

" kamu udah baikan... Naf? " tanya jamilah

" makasih kak udah ada pas anaf lagi butuh... Kalau aja kakak gak datang pasti..."

" pasti kamu nangis kayak tante kunti iyakan " potong jamilah. Anaf hanya tersenyum kikuk

" lagian kamu ngapain nangis di sini sendiri? Nanti nyi kidul ke ganggu terus nyulik kamu gimana ..... " gurau jamilah mencairkan suasana

"Ah...kakak... Nyi kidul mana berani nyulik anaf ....kan ada kakak yang terkenal dengan batang penyapu nya...pasti nyi kidul mikir mikir dulu sebelum nyulik ..." ceplos anaf

Jamilah hanya diam tidak menggubris perkataan adik nya saat ini hati dan pikiran nya tengah bergelut satu sama lain

Dalam lubuk hati paling dalam jamilah ingin melindungi adiknya dari luka yang tengah merundungnya tetapi akal sehatnya mengatakan bahwa anaf telah dewasa apa kata orang bila jamilah terlalu dekat dengan adiknya bahkan memeluk adik nya sedangkan mereka telah sama sama dewasa .

" kak? Kakak kenapa?" tanya anaf ketika menyadari perubahan air muka jamilah

" kakak heran aja umur kamu udah 22 tahun tapi kamu masih aja bersikap kekanak kanakan dan manja .... Sama kakak... Apa kamu gak malu? Giliran sama orang lain kamu menunjukkan sikap acuh dan formalitas yang berlebihan ... Apalagi di usia kamu ini kakak gak pernah lihat kamu bergaul dengan teman teman sebaya mu.... Kakak kepikiran apa kata orang nanti.. Nanti mereka berfikiran yang enggak enggak .... Apalagi kita sama sama dewasa naf.... Sudah tak sepantasnya kakak memeluk mu" kata jamilah mengeluarkan segala unek unek nya

"Kak aku gak perduli... Mau umur ku udah 50 tahun pun... Aku bakal tetap bersikap manja sama kakak... Kakak aku gak punya siapa siapa lagi selain kakak..... Hanya kakak orang yang satu satunya kupercaya.

...... Dan Hanya satu wanita yang masih ku percayai hatinya yaitu kakak...

Biarlah aku bersikap acuh pada yang lain biarlah aku .... Dianggap aneh oleh mereka.. Biarlah aku tak punya teman ataupun kekasih sebab masa lalu telah memberiku pelajaran yang tak bisa ku lupakan ....

Aku mohon kak jangan sesekali melepaskan pelukan itu lalu pergi meninggalkan aku .... Seperti yang di lakukan hilda dan ibu .... Aku hidup karena satu wanita yaitu kakak .... Aku hidup karena satu keluarga yaitu kakak... Aku hidup karena ada satu cinta yang masih tulus yaitu cinta kakak.... Dan aku hidup karena satu tujuan yaitu untuk mu kak Tulus "

Ujar anaf Tulus, Jamilah menangis terharu mendengar jawaban adiknya.

"Kak.... Kakak kenapa nangis ? Kata kata anaf ada yang buat kakak terluka " tanya anaf cemas melihat kakaknya menangis

" kakak cuman kelilipan pasir .... Ya udah pulang yuk... Pasti ummi dan abi lagi nunggu di rumah "Bohong jamilah

" max kamu berhutang cerita tentang kejadian hari ini.... Aku mau kamu jelasin secara runtut .... Kalau kamu gak mau cerita jangan panggil aku lidya "

Max tidak menggubris lidya , pikiran nya saat ini tertuju pada jalan yang licin karena hujan . dalam pikirnya dia harus mengantarkan lidya tanpa lecet sedikit pun.

Setelah melewati jalan yang terjal dan licin max tersenyum penuh kemenangan ini memang pengalaman pertamanya berkunjung ke pantai indah dan pengalaman yang tak ingin di ulang nya lagi. cukup sekali saja dia kepantai itu walaupun pantai itu punya panaroma dan keindahan yang berbeda dari pantai lainnya itu tak akan membuatnya kembali lagi kecuali jalanan nya sudah layak di katakan sebagai jalan.

" lidya... Menurutmu... Anaf itu orangnya gimana? " tanya max dengan mata yang masih fokus melihat kedepan

"Pria aneh... Nyebelin... Tempramental..... Dan pria sok tau ..... " ujar lidya , max hanya nyengir kuda hingga tampak deretan gigi yang rapi

" dia pria asing yang membuat ku cemas seolah aku telah terikat dengan nya 1000 tahun sebelum kelahiran ku ke dunia ini .... " gumam lidya. | Cerpen Sedih Senjaku yang Panjang Untuk Dirimu Yang Singkat

Max terdiam mendengar penuturan lidya. seketika terbesit dalam hati kecilnya rasa takut kehilangan sosok gadis ini