Sebuah Kenangan Ulang Tahun Yang Aneh

Ulang tahun? Aku punya satu kenangan yang berbeda di hari ulang tahun. Dulu, saat aku masih SMA.

Bagi cewek, ulangtahun mungkin adalah hari spesial dimana dia dapet banyak cipika-cipiki, ucapan selamat, dan kado-kado imut lainnya. | Cerpen Lucu Sebuah Kenangan Ulang Tahun Yang Aneh 

Tapi bagi cowok, jangankan kado dan ucapan, ada yang tahu tanggalnya saja sudah bagus.

Hari itu ulang tahunku yang ke-17. Tanpa pesta, tanpa kado, tanpa ucapan. Sedih? Nggak juga. Memang setiap tahun keadaannya seperti itu. Bukan karena tidak ada yang memperhatikan, tapi memang menurutku itu bukan sesuatu yang penting yang pantas untuk dibesar-besarkan.

Bel sudah berdering hampir satu jam yang lalu. Sekolah mulai terlihat sepi. Cuma ada guru-guru di kantor dan kelompok-kelompok anak yang mengikuti ekskul. Sementara aku masih di lapangan. Memantul-mantulkan bola basket ke ring. Bukan karena aku ikut klub basket, tapi karena memang belum berniat cepat pulang.

"Ragh! Entar balikin bolanya ke gudang!" Teriak Ihwan dari pinggir lapangan.

"Yoii!" Sahutku sambil melempar bola sekali lagi.

Beberapa menit kemudian aku memutuskan untuk pulang. Setelah mengembalikan bola basket ke gudang tempat peralatan olahraga, aku melangkah keluar halaman sekolah.

Kali ini aku pulang naik angkot karena motor masuk bengkel. Menyusuri gang menuju jalan raya dengan langkah santai. Menikmati hembusan angin yang meluruhkan daun pepohonan yang berjajar di tepian jalan.

Mataku menangkap sesosok cewek beberapa puluh meter di depan sana. Keliatannya dia juga sedang menuju jalan raya. Dari seragam yang dipakai aku bisa menebak dia sekolah di SMK Negeri favorit yang berdekatan dengan SMA-ku.

Cewek itu mengenakan sweater warna putih dan membawa boneka. Entah boneka Winnie the pooh atau boneka beruang warna kuning, aku tidak begitu ingat. Rambutnya tergerai sepunggung agak bergelombang.

"Hei!" Aku memanggil.

Dia menoleh. Manis. Dahinya sedikit mengernyit saat melihatku. Heran mungkin. Karena kami memang tak saling mengenal.

Aku berlari kecil, lalu menjajari langkahnya.

"Mau pulang ya?"

"Iya," jawabnya ragu.

"Ke arah mana?"

Dia menyebutkan nama satu daerah yang masih satu jurusan denganku.

"Bareng ya?" Aku berucap.

Masih kurasakan tatapan herannya, tapi aku tak peduli dan langsung berjalan mengiringi langkahnya.

Di sepanjang perjalanan kami saling diam. Sesekali dia menoleh mengamati wajahku, aku tahu. Kadang aku pura-pura menatap lurus ke depan, tapi kadang aku balas menatapnya dan dia buru-buru mengalihkan pandangan.

Masih merasa aneh mungkin.

Aku menyetop sebuah angkot, lalu menyuruhnya naik lebih dulu. Setelah itu aku menyusul dan duduk tepat di sebelahnya. Dia memeluk boneka sambil menatap keluar jendela. Kali ini dia sama sekali tidak menoleh padaku.

Angkot sampai di terminal. Dari sini kami harus naik satu angkot lagi untuk menuju ke rumah. Tapi aku menahan lengannya.

"Laper nggak?"

Dia menatapku. Diam. Kuanggap itu sebagai jawaban "iya".

Setelah mengamati warung demi warung makanan di sekitar terminal, mataku terhenti pada warung siomay yang letaknya paling strategis menurutku. Tepat di bawah sebuah pohon -entah apa namanya. Ada beberapa meja dan kursi panjang.

Aku berjalan mendahului, dan dia mengekor di belakang.

Bangku panjang dari kayu itu terlihat sedikit kotor. Aku menoleh padanya dan menyadari seragam roknya berwarna putih. Jadi aku mengambil buku tulis yang kuselipkan di belakang punggung, lalu menaruhnya di atas bangku sebagai alas.

"Duduk," ucapku. | Cerpen Lucu Sebuah Kenangan Ulang Tahun Yang Aneh 

Tanpa bicara dia duduk di atas bukuku. Lalu kembali memeluk bonekanya. Sementara aku langsung memesan dua porsi siomay dan 2 teh botol.

Saat menunggu, kami juga saling diam.

"Belajar apa hari ini?" Pertanyaan tolol mungkin. Tapi itu memang yang kutanyakan.

Dia menjawab dengan menyebut mata pelajaran yang aku tak tahu. Jadi aku cuma mengangguk. Lalu kembali menatap sekeliling. Mengamati suasana terminal.

Tak berapa lama dua piring siomay datang. Aku membantu si penjual meletakkan piring-piring dan juga botol minumannya.

"Makan," ucapku padanya.

Dia tersenyum sekilas. Kulihat ada gingsul saat mulutnya sedikit terbuka. Mungkin itu yang menyebabkan wajahnya jadi semakin manis.

Dia meraih sendok, lalu mulai makan. Pelan, khas cara makan cewek. Aku cuma diam menungguinya menghabiskan makanan, setelah memakan beberapa potong siomay.

Dia juga menyisakan beberapa potongan kecil siomay, lalu menyeruput teh botol hingga separuh.

"Udah makannya?" tanyaku.

Dia mengangguk.

"Tunggu ya, aku bayar dulu." Aku bangkit berdiri dan meninggalkannya sebentar. Setelah membayar semuanya, aku kembali padanya.

Dia sudah berdiri. Jadi aku mengambil kembali buku yang tadi didudukinya. Lumayan hangat. Haha.

"Ayo pulang," ajakku.

Tanpa menjawab, lagi-lagi dia mengekor di belakang. Hingga kami tiba di kumpulan mobil yang menuju daerah rumah kami.

Aku menyuruhnya naik. Tapi tetap berdiri di luar angkot. Hingga sampai sang sopir menyalakan mesin, aku tetap berdiri.

Lalu angkot itu meluncur pergi. Sekilas aku melihat cewek itu menatapku dari balik kaca. Kubalas dengan senyum, lalu melangkah ke tepi halte di situ.

Nongkrong, karena masih ingin bersantai di terminal.

Setelah itu, kami sama sekali tak pernah bertemu lagi. Kadang saat jam pulang dan kulihat ratusan anak SMK keluar, aku mengamati dari pinggir lapangan di dekat sana. Tapi cewek itu tak pernah kulihat lagi. Atau mungkin dia ada, hanya tak tertangkap oleh mataku?

Mungkin.

Saat itu, bahkan aku lupa bertanya siapa namanya.

Sudah bertahun-tahun yang lalu memang. Bisa jadi setelah itu sebenarnya kami pernah saling berpapasan, tapi sama-sama lupa wajah masing-masing. Atau bisa jadi sekarang dia malah salah satu orang yang membaca tulisan ini.

Kalau memang ingat, aku cuma mau bilang, "Terimakasih, karena pernah meluangkan waktu menemani seseorang yang sedang ang tahun tanpa ucapan waktu itu." | Cerpen Lucu Sebuah Kenangan Ulang Tahun Yang Aneh