Di kota Jakarta, di saat orang sibuk mencari nafkah, sibuk dengan dunianya. Aku duduk dengan temanku, berbicara serius tentang cinta. | Cerpen Cinta Mataku Dan Hatiku Kelilipan Cinta
Sebut saja fulan dia berumur hampir kepala tiga, namun belum menikah. entah apa yg di pikirkannya. Alhamdulillah hal yang mengejutkan sekarang fulan telah mendapatkan calon nya.
Fulan bercerita panjang lebar tentang si Dia (calonnya) yang katanya sudah pakai cadar.
"Dia itu bagus pemahaman agamanya، bisa bahasa Arab dan Inggris dan Alhamdulillah hafidzah." Ceritanya tanpa jeda. Aku pun gembira mendengar hal itu.
Tapi setelah temanku berbicara tentang semua kebaikan nya. Tak ada ekspresi bahagia dari wajahnya. Aku tak tahu, Aku penasaran.
"Terus kapan mau di halalinnya?" Tanya ku padanya
"Sebenarnya Minggu depan ini akad nikah nya, Tapi..." curhatnya sambil menarik nafas.
"Aku bakal batalin Nikahnya. Karena Orang tua, dan Ustad-ustadku gk ada yang setuju." lanjutnya dengan menghembuskan nafas lega.
"loh kok bisa? Dari yang kamu ceritakan tadi aku simpulkan Dia calon yang baik, malahan beruntung kamu bisa dapatkan Dia." Tanyaku yang semakin penasaran.
"Panjang ceritanya Akhi." jawabnya dengan pasrah
Sungguh tak di sangka. Di balik kelebihan Si fulanah ternyata ada kerusakan yang menyeramkan. Dia pintar tapi nggak punya pikiran. Terkadang tak ada sebab tiba tiba marah. Hafidzah tapi mulutnya kasar bahkan sampai terucap brengsek dari mulutnya. Bisa bahasa arab tapi mudah sekali kalap. Hafidzah tapi ingin sekali mendesah dengan cara yang tak sah. (untuk apa? entahlah). Seperti itulah cerita dari temanku tentang si Fulanah. Yang membuat orang-orang terdekatnya tak merestui hubungan mereka.
Setelah sedikit mendengar hal itu akupun langsung membenarkan petuah orang tua dan ustad-ustadnya. Karena insya Allah itulah yang terbaik. Namun aku masih bingung. Temanku belum bisa move on darinya.
"Akhi kenapa dia bisa berani ngomong brengsek ke ust ya?. Tapi insya Allah dia hafidzah. Baik juga." belanya. Batinku dalam hati orang baik bakal jaga mulutnya akhi.
"Akhi aku kok ada pikiran pingin nikah lari ya?.
Tapi takut durhaka sama orang tua." curhat nya keesokan hari.
"Akhi doakan ya sampai sekarang aku maaih kepikiran dia, kok gak mudah ya melupakannya." curhatnya lusa.
Mungkin seperti inilah yang namanya cinta pertama. Sulit untuk di lupakan. Terlebih lagi bukan cinta yang di dasarkan karena Allah. Tapi karena terlena dengan kelebihannya.
Alhamdulillahnya temanku masih mau mendengarkan orang-orang terdekatnya terlebih Ayah dan Ibunya. Yaa meskipun matanya masih kelilipan cinta. | Cerpen Cinta Mataku Dan Hatiku Kelilipan Cinta