Luka Ini Miliku Bahagianya Milik Kita

"Ketika seseorang jatuh cinta, dia harus siap terluka.

Karena cinta manusia ada batasnya. Jika mengharapkan cinta abadi maka cintailah Rabb dengan seluruh raga dan hati" Nadira Aluna. | Cerpen Sedih Luka Ini Miliku Bahagianya Milik Kita

***

Sudah 5 tahun aku seperti ini. Jalan hidupku ku rubah semenjak kejadian menyakitkan itu menimpa diriku. Namaku Nadira Aluna, orang-orang memanggilku Dira. Dulu, sebelum ku mantapkan diri untuk berhijrah, aku adalah pribadi yang periang dan humoris dengan gaya tomboy. Tapi, sekali lagi kejadian menyakitkan itu merubah total hidupku. Aku tidak tahu rencana apa yang Tuhan buat untukku, setidaknya kejadian ini membuatku sadar bahwa menggantungkan harapan kepada manusia hanya akan mendapatkan kekecewaan, tidak lebih.

"Dira! " aku tersentak dari lamunan masa laluku. Suara kerasnya yang khas selalu membuat orang-orang di sekitarnya pusing, dia berjalan menghampiriku di kamar.

"Al, bisa tidak ngomongnya pelan?" Ujarku dengan melangkahkan kaki keluar kamar. Gadis ayu berparas imut itu keluar mengikutiku.

"Ya elah ra, emang gue kan kaya gini. Udah berape lama lu temenan sama gue? Masa gak kenal gue kaya gimana" Dengan gaya bicara khas betawi dia merbahkan badannya di sofa seolah di rumahnya sendiri.

Alni memang begitu, tidak berubah dari awal kami berteman. Entah apa yang aku lihat dari nya sampai aku mampu berteman, ah tepatnya bersahabat dengannya bertahun-tahun.

"Ra! " teriaknya lagi.

Aku berfikir, berapa energi yang Alni butuhkan untuk berteriak. Sampai pusing aku mendengar setiap teiakannya.

"Kenapa lagi? "

"Minggu depan datang kn? "

"Datang kemana? " tanyaku heran. Ku biarkan dia tetap berbicara sembari ku baca beberapa buku novel favoritku.

"Kok kemane? Ya ke reunian SMA"

Deg.

Serasa bergejolak hati mendengar pernyataan Alni. Mendengar kata SMA membuat hatiku terenyuh. Jika sebagian orang masa SMA adalah masa yang tidak akan terlupakan, aku justru berharap masa itu tidak pernah ku ingat.

Kutarik nafas dan mengeluarkannya secara perlahan, mencoba menenangkan diri.

"Aku tidak ikut" jawabku datar.

Alni bangkit dan berdiri, lalu duduk di sampingku. Kini tatapannya serius.

"Kenape? Apa karena Fatih? Atau karena Karin?"

Sotak kutatap Alni dengan tatapan tajam. Seketika ku menunduk, beristigfar dalam hati. Berharap ketenangan menyelusup ke hatiku.

"Tidak Al" gumanku lemah.

"Jangan bohong, ra. sudah berapa lama ra? Kamu bahkan tidak pernah mencoba membuka hati buat orang lain"

Aku tertunduk diam. | Cerpen Sedih Luka Ini Miliku Bahagianya Milik Kita

Alni tahu semuanya, tapi dia tidak pernah tahu bagaimana rasanya di posisiku.

- Bersambung -