Kisah Perjalanan Kecilku Di Paris Perancis Part 7

"Aaa ...!!"

Pagi diawali dengan teriakan melengking dari mulut Hiena. Anak itu berdiri di dekat lemari sambil menutup sebagian tubuhnya. | Cerpen Petualangan Kisah Perjalanan Kecilku Di Paris Perancis Part 7

Aku kembali menutup pintu kamar dengan dahi sedikit berkerut.

Ternyata ... tubuh Hiena bagus juga!

"Tante minta maaf atas kelakuan Nicky pagi ini, Sayang!" Mami meminta maaf sambil menyendokan nasi goreng dari piring ke piring.

"Aku udah bilang nggak sengaja. Cuma mau ngambil sepatu tadi!" Aku membela diri.

"Seharusnya ketuk pintu dulu baru masuk," protes Hiena tanpa menoleh.

"Aku nggak biasa ketuk pintu kamar sendiri!"

"Nicky!" Papi menegur.

Mami melotot, sementara Kak Xander dan Sean cengar-cengir nggak jelas.

Aku mengalihkan pandangan ke piring dan mulai sarapan tanpa kata. Untuk beberapa saat ruang makan hening. Karena kalau makan sambil ngobrol siap -siap saja ada sendok mendarat bebas.

Papi meminum segelas jus jeruk, lalu mengelap mulut.

"Ayo, Xan. Kita berangkat!" ucap papi sambil bangkit berdiri. Sudah 2 tahun ini Kak Xander memang kerja di perusahaan papi.

Sean melirik layar hapenya, "Aku bareng kalian aja deh!" Putusnya sambil ikut bangkit berdiri. Aku dan Sean memang kuliah dengan jurusan yang berbeda.

"Ah, iya hari ini Tante sibuk banget, Sayang. Kamu nggak apa-apa kan?" Mami menatap Hiena penuh penyesalan.

"Nggak apa-apa, Tan," sahut Hiena walau raut wajahnya masih menunjukkan rasa kecewa.

"Oh ya, hari ini kamu ada kuliah, Nick?" Mami menoleh padaku.

Dan aku langsung dapet firasat buruk!

"Nggak ada, Mi. Tapi ada pemotretan. Bakal sibuk di studio. Belum lagi kalo para modelnya masih baru, harus ada persiapan yang...

"Bawa Hiena."

Jleb!

***

"Cepetan! Nanti aku bisa telat!" Aku berteriak dari depan pintu kamar yang tertutup rapat. Sambil melipat kedua tangan terlipat di depan dada.

Kesal, karena sudah lebih dari 20 menit anak itu belum juga siap.

Pintu kamar terbuka. Keluarlah Hiena. Hiena yang terlihat ... cantik.

"Kenapa pake rok? Kamu nggak tau kita pergi naek motor? Ganti sana!"

Hiena menunduk. Menatap rok selututnya. Lalu dengan bibir terkatup rapat dia kembali masuk ke dalam kamar.

Beberapa menit kemudian, dia keluar lagi. Memakai setelan celana jeans ketat dan baju atasan yang bahunya terbuka. Benar-benar menggoda.

"Kenapa pake baju seksi begitu? Kamu kan masih SMA! Ganti sana!"

Hiena menarik napas, terlihat lumayan kesal. Tapi nggak bilang apa-apa. Gadis itu memutar tubuh, kembali masuk ke dalam kamar.

Sementara aku mulai menebak-nebak seperti apa penampilan selanjutnya.

Setelah beberapa menit, dia keluar lagi. Kali ini dengan pakaian yang sama sekali nggak seksi, tapi justru membuatnya terlihat semakin ...

"Ganti!"

Mata Hiena sesaat melebar. Tapi lalu berputar dan masuk lagi. Aku tertawa, dan kembali menebak dengan seru penampilan berikutnya.

"Ganti!"

Lalu,

"Ganti!"

Kemudian,

"Ganti! Ganti!"

Hiena masuk. Kali ini nggak ada tanda-tanda dia akan keluar. Aku mulai heran. Ngapain tuh anak?

"Hie, cepetan!" Aku berseru nggak sabar, "ini udah telat!"

Hiena tak menyahut.

Semenit, dua menit, tiga menit, hingga akhirnya kesabaranku habis. Aku mulai mengetuk pintu kamarnya. Lagi. Lagi. Tetap tak ada sahutan.

Akhirnya aku membuka pintu. Sempet berpikir akan melihat Hiena sedang tertawa puas karena sudah membuatku terlambat, tapi ternyata aku salah.

Anak itu menangis.

Setelah beberapa saat terdiam antara keluar kamar atau menghampiri, akhirnya aku memilih opsi kedua.

"Kalo memang nggak mau ngajak, jangan pura-pura! Semua bajuku udah aku pakai tapi nggak ada satupun yang pantas menurut kamu. Kamu sengaja kan ...? Iya kan ...?" Matanya semakin berkaca-kaca.

Aku terdiam. Nggak menyangka.

***

Setelah membelikan Hiena es krim dan menjanjikan beberapa souvenir yang dia mau, akhirnya kami sampai juga di studio pemotretan.

Hiena duduk di sofa sudut ruangan sambil menikmati es krimnya. Sementara aku dan beberapa model lain mulai berpose di depan kamera.

Aku tahu anak itu sedang memandangiku dari tempat duduknya. Karena itu aku melakukan pemotretan dengan gaya sekeren mungkin.

"Yaelah, Nick!" Panggil Bang Levine, potografernya.

Aku menatapnya dengan alis terangkat.

"Ekspresi lo kenapa malah kaya orang lagi jatuh cinta?" Dengusnya lumayan kesal.

Aku menggaruk kepala.

"Mentang-mentang baru jadian, jadi nggak bisa ekspresi laen!" Sindir Rendy, asistennya, sambil menahan tawa.

Baru jadian? Lalu saat mengikuti arah matanya aku baru sadar. Mereka pikir Hiena pacarku! Ada-ada aja.

Tapi aku memilih nggak menanggapi.

"Maap, Bang!"

"Ya udahlah, take ulang!" Bang Levine memberi isyarat agar kami bersiap lagi.

Satu pose, dua pose, tiga pose, lancar. Hingga akhirnya Bang Levine memberi acungan jempol sebagai tanda selesai.

Para model segera bergerak masing-masing keluar dari zona pemotretan. Sementara aku segera melangkah ke arah Hiena.

"Setelah ini kemana?" Hiena bertanya dengan mata berbinar. Sedikit mendongak menatap wajahku.

Aku membalas tatapannya. Hanya selama beberapa detik. Tapi langsung terlihat semburat rona di kedua pipinya.

"Ayo," ajakku sambil melangkah mendahului.

Kami keluar dari studio yang lumayan besar itu. Baru akan menuruni tangga teras saat kulihat dua orang berjalan mendekat. | Cerpen Petualangan Kisah Perjalanan Kecilku Di Paris Perancis Part 7

"Nick!" Dia memanggil. Ternyata Sean dan kak Miya.

Aku tersenyum. "Dari mana? Kok bareng?"

"Kebetulan ketemu Kak Miya di jalan tadi. Jadi aku kasih tumpangn, sekalian mampir ke sini."

Aku mengangguk-angguk.

"Ngajak Hiena ya?" Kak Miya menyapa karena melihat Hiena berpaling dengan wajah kesal.

"Ah, iya. Kasian di rumah sendirian tadi," jawabku seadanya.

Tambah kesal ekspresi Hiena.

"Nah, gimana kalo ikut aku aja. Kita jalan kemana pun kamu mau, Hie!" Sean mengusulkan. Anak itu memang paling bisa membaca suasana. Salut. Pantesan nggak pernah jomblo!

Hiena melirikku sekilas.

Aku berdehem, "Oke, kalo gitu aku anter Kak Miya."

Masih sempat kulihat dia memutar bola matanya, sebelum akhirnya berjalan mengikuti Sean menuju mobil yang terparkir.

***

Kak Miya ngajak jalan ke Mall. Belanja. Kaya kebanyakan cewek lain, dia pun belanja sampai menghabiskan waktu berjam-jam.

Dan aku mulai lelah.

"Nick, yang ini bagus nggak?"

"Bagus!"

"Sama ini bagus mana?"

"Itu!"

"Bentuknya lucu ya?"

"Kamu lebih lucu, Kak."

Kak Miya tertawa. Sementara aku duduk di kursi berjejer dengan para pria dalam kelelahan yang sama.

"Istrinya, Mas?"

"Bukan."

"Pacar?"

"Bukan."

"Yaelah, Mas, masih jomblo udah diminta nganter cewek belanja. Ngenes amat?"

Dia bangkit berdiri dan berlalu pergi. Mengikuti langkah istrinya yang melenggang sementara semua belanjaan dibebankan ke dalam pelukannya.

Ngenes memang.

"Nick!"

Ternyata Kak Miya sudah menghilang dari toko baju dan kini sudah berdiri di toko sepatu. Dia melambaikan tangan agar aku mendekat.

"Yang itu bagus nggak?" Kak Miya minta pendapat saat aku sudah tepat di hadapannya.

Jarinya menunjuk ke arah sepasang heels warna coklat.

"Bagus."

"Beneran?"

"Hmm."

"Aku cobain ya!"

Dia meraih sepasang heels dan memantaskan kakinya. Biasa saja. Lalu berdiri di depan cermin sambil mengangkat dan memutar kaki sampai berkali-kali. Hadeh.
Aku mengalihkan pandangan ke rak yang lain. Terlihat sepasang heels yang menurutku cocok kalau dipakai Hiena. Karena itu ...

Aku menaruh sepasang heels itu di meja kasir, tepat di samping punya Kak Miya. Gadis itu menoleh sedikit kaget.

"Nick ... buat siapa?" tanyanya ingin tahu.

Aku menatapnya, mencoba mengarang jawaban tapi ...

"Hiena ... minta souvenir ... tadi ..."

Kak Miya mengangguk-angguk. Lalu saat kasir menyebutkan angka yang harus dibayar aku menahan tangan Kak Miya, dan memberikan beberapa lembar uang ratusan pada wanita berseragam itu.

Dalam hati sibuk berpikir, high heels itu termasuk souvenir bukan sih?

***

Sore menjelang malam. Aku melangkah masuk ke ruang dalam. Di sofa depan tivi terlihat punggung Hiena. Ternyata anak itu sudah diantar Sean pulang.

Aku menggenggam bungkusan di tanganku sedikit lebih erat. Mulai sibuk berpikir. Gimana cara ngasihnya?

Akhirnya aku meletakkan plastik berisi kotak heels itu di meja tepat di hadapan Hiena. Biar dilihat.

Dia menoleh, sempat tersenyum lebar tapi segera merubah ekspresi wajah saat sadar itu aku.

Oh, jadi dia lebih suka Sean yang datang?

Gadis itu kembali mengalihkan pandangan ke layar tivi. Bahkan tanpa bertanya bungkusan apa yang baru kuletakkan di meja.

Aku melangkah ke lemari es. Membuka pintu dan mengeluarkan air mineral dari sana. Lalu minum dengan mata masih mengawasi semua yang dilakukan Hiena dari belakang. Berharap dia sadar ada bungkusan yang harusnya ditanyakan.

Tapi ...

"Hie!" Tiba-tiba kudengar suara Sean yang baru masuk.

Dia membawa sebuah bungkusan plastik dengan kotak sama besar dengan punyaku di dalamnya.

Hiena menoleh. Lalu menyambut Sean dengan senyum lebar yang tadi sempat ditundanya.

Tanpa rasa canggung sedikitpun Sean mengempaskan diri di samping Hiena.

"Coba tebak apa ini?" Dia menunjukkan kotak itu pada Hiena.

"Apa?" Hiena balik bertanya.

"Buka aja!" Sean tersenyum.

Dengan penasaran Hiena langsung membuka kotak warna silver itu. Matanya seketika berbinar mendapati sepasang sepatu flat warna putih di dalamnya.

"Wah, ini keren!" Serunya senang.

"Suka?" Senyum Sean semakin lebar.

Hiena mengangguk penuh semangat. "Makasih, Kak!"

Sean tak menjawab, tapi terlihat jelas kebanggaan dari ekspresi wajahnya. Sementara aku ...

Akhirnya aku memutuskan ke kamar. Baru saja akan melangkah saat mendengar Sean bertanya.

"Ini apa?"

Cepat, aku menoleh. Lalu menahan napas dengan mata membesar. Pada saat bersamaan saat Sean meraih kotak di meja dan membukanya.

"Heels?"

Mereka bertatapan, bingung. Lalu menoleh menatapku.

"Ini punya lo, Nick?" Mata Sean menyipit.

"Ah ... ya!" Aku menggaruk kepala dan mendekat, lalu menyambar kotak itu dari tangan Sean.

"Buat siapa?"

Aku menoleh, menyadari Hiena juga menatapku dengan tatapan lebih dari sekedar bertanya.

Akhirnya aku punya kesempatan membalas sikap menyebalkan gadis itu.

"Buat ... Kak Miya." | Cerpen Petualangan Kisah Perjalanan Kecilku Di Paris Perancis Part 7

- Bersambung -